Mohon tunggu...
Arief Affandy
Arief Affandy Mohon Tunggu... Guru - Guru

Nonton Film Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penelitian Tindakan Kelas

26 November 2023   13:02 Diperbarui: 26 November 2023   13:08 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Peningkatan Motivasi Belajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

KELAS XI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN 1

SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

DISUSUN OLEH:

ARIEF AFFANDY, SE

YAYASAN DWIJA BHAKTI

SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

Kompetensi Keahlian : Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pemesinan, Teknik Komputer dan Jaringan. NPSN 20503434

Alamat : Jl. Kusuma Bangsa No.74 Telp (0321)863246 -- 861996 Jombang

Website: www.smkdb1jombang.sch.id E-mail : smkdwijabhaktisatu.jmg@gmail.com

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penelitian tindakan kelas " Peningkatan Motivasi Belajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1 di SMK Dwija Bhakti Jombang" dapat tersusun.

Dengan selesainya penyusunan Laporan ini, tak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada :

  • Bapak Muhammad  Wahyuddin Jaya,S.Pd. selaku Kepala SMK Dwija Bhakti 1Jombang
  • Bapak Supirman selaku Ketua Komite SMK Dwija Bhakti 1 Jombang
  • Bapak/Ibu Guru beserta staff karyawan SMK Dwija Bhakti 1 Jombang
  • Siswa SMK Dwija Bhakti 1 Jombang , Khususnya siswa  XI Teknik Komputer dan Jaringan
  • Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan PTK ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun laporan penelitian tindakan kelas ini, tetapi kami juga yakin masih ada kekurangan, sehingga saran dari semua pihak sangat saya nantikan, dalam rangka penyempurnaan dalam pelaksanaan program penelitian tindakan kelas ini.

Jombang ,  Nopember 2023

LEMBAR PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati hasil peneliatian Tindakan Kelas selama PPG dan PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG dari :

  • Identitas peneliti :

Nama               : Arief Affandy, SE.

NIM                : 233142712977

Unit Kerja       : SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

  • Lokasi             : SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG, Jl. Kusuma Bangsa No. 74 Sengon -- Jombang
  • Judul               : Peningkatan Motivasi Belajar Produk Kreatif dan  Kewirausahaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning KELAS XI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN 1 SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANg

Jombang,   Nopember 2023

Kepala Sekolah 

Muhammad Wahyuddin Jaya, S.Pd.

Halaman Judul******************************************************************************* 1

Kata Pengantar***************************************************************************** 2

Lembar Pengesahan ..........................................3

Daftar Isi********************************************************************************************* 4

Daftar Gambar******************************************************************************** 5

Daftar Tabel************************************************************************************** 5

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang******************************************************************************* 6

Rumusan Masalah********************************************************************* 11

Tujuan******************************************************************************************* 11

BAB II

Aktivitas Belajar************************************************************************ 13

Hasil Belajar********************************************************************************** 16

Model Pembelajaran PBL*************************************************** 21

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian*************************************************************************** 28

Desain Penelitian************************************************************************** 30

Setting Penelitian******************************************************************** 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian****************************************************************************** 32

Pembahasan************************************************************************************* 36

BAB V PENUTUP

Simpulan********************************************************************************************** 41

DAFTAR PUSTAKA*********************************************************************** 42

LAMPIRAN**************************************************************************************** 43

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1

Alur tahapan model PTK menurut Kemmis dan MCTaggart

29

Gambar 2

Grafik Rata -- rata hasil belajar siswa

36

Gambar 3

Grafik Prosentase Ketuntasan Belajar siswa

36

Tabel 1

Tabel Data Hasil Siklus 1 dan Siklus 2

34

BAB I

PENDAHULUAN


  • Latar Belakang

Pada abad 21 ini merupakan era globalisasi. Dunia menghadapi perubahan menuju babak baru yang jauh lebih kompleks dari abad-abad sebelumnya. Era globalisasi ini disebabkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menyebabkan hampir tidak ada belahan dunia yang dapat mengisolasikan dirinya dengan negara lain. Globalisasi membawa pengaruh besar dalam berbagai bidang, salah satunya adalah pendidikan di Indonesia

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik. Guru dituntut untuk bisa sabar dan mempunyai sikap terbuka disamping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya ialah kemampuan mengembangkan model pembelajaran. Dalam mengembangkan

model pembelajaran seorang guru harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi peserta didik, materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

Pendidikan ialah salah satu sektor dalam menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Apabila ada kegagalan dalam pendidikan maka dapat berimplikasi pada kegagalan suatu bangsa. Menurut UU No. 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".

Dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan nasional, telah direncanakan dan diterapkan beberapa kebijakan, salah satunya adalah dengan adanya perubahan kurikulum. Dalam UU No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu". Beberapa perubahan kurikulum yang hingga saat ini sedang diterapkan secara bertahap, yaitu Kurikulum Merdeka.

Dalam Kurikulum Merdeka , siswa dituntut menjadi lebih aktif. Bukan hanya sebagai penerima materi, tetapi juga lebih berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta mengeksplorasi semua sumber belajar yang ada, dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator lingkungan pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran. Menurut Mulyasa menjelaskan bahwa menjadi guru yang kreatif dan menyenangkan harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan pendekatan serta harus tepat memilih metode atau model pembelajaran yang akan diajarkan[1].

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang mengajarkan siswa bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan[2], [3]. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat membantu siswa untuk belajar menggunakan konsep apa yang mereka pahami dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Dalam PBL juga dibutuhkan kerjasama yang kuat antar siswa. Mereka akan bekerjasama dalam mengumpulkan informasi dan menemukan hipotesis permasalahan untuk kemudian secara bersama-sama saling menukar informasi untuk mencari jalan keluar dari sebuah permasalahan yang sedang dianalisis. Prinsip-prinsip penerapan model Problem        Based Learning yaitu:

  • Melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima orang.
  • Guru membimbing siswa dalam penyelesaian masalah tersebut.
  • Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.
  • Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.
  • Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut[4], [5]

Langkah Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki prosedur yang jelas dalam melibatkan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan. Menurut Mohammad Nur, langkah-langkah atau tahapan pembelajaran model Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

  • Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa kepada masalah, yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya. Siswa merumuskan masalah yang akan dipecahkan
  • Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa merancang pemecahan masalah sesuai permasalahan yang telah dirumuskan
  • Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi berbagi informasi setelah mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah
  • Tahap 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran, yaitu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa menampilkan karyanya/menjelaskan hasil kegiatan pemecahan masalahnya
  • Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Siswa melakukan refleksi/evaluasi terhadap kegiatan peemecahan masalah yang telah dilakukan[6], [7]

Berdasarkan langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Mohammad Nur, dapat disimpulkan langkah-langkah atau sintaks dalam menggunakan model PBL yaitu:

  • Pengenalan masalah kepada siswa berdasarkan materi yang diajarkan kepada siswa.
  • Siswa diorgaisasikan dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi dalam penyelesaian masalah.
  • Hasil analisis kelompok siswa dipresentasikan kepada kelompok siswa yang lain.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi mengenai hasil penyelidikan yang dilakukan oleh siswa.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) secara umum terdapat kelebihan serta kekurangan dalam setiap model pembelajaran, begitu pula dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Sanjaya dijabarkan sebagai berikut:

  • Kelebihan Model Pembelajaran PBL
  • Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran.
  • Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.
  • Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
  • Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.
  • Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.
  • Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari siswa.
  • Pemecahan masalah memberi kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata[8].
  • Kelemahan dari Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
  • Jika minat siswa kurang atau masalah kurang menarik siswa, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba.
  • Keberhasilan strategi pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
  • Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari[8].

Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, oleh karena itu pemilihan model pembelajaran harus variatif, inovatif dan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini terdapat beberapa model yang dapat digunakan, salah satunya ialah model pembelajaran Problem Based Learning. Menjelaskan mengenai model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dalam penyampaiannya dilakukan dengan cara mengajukan suatu permasalahan, menyajikan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog yang berbasis kontekstual[9]. Selain itu model Problem Based Learning merupakan model yang digunakan untuk mendorong siswa berpikir kritis dan aktif dalam belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah- masalah di dunia nyata [10], [11].

Kelebihan Model Problem Based Learning yaitu (1) siswa secara langsung dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pengetahuan siswa dapat terserap dengan baik, (2) siswa dilatih bekerja sama dengan siswa yang lain (3) siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber[12]. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Komang Udiyani dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Korespondensi"[13].

Berdasarkan pengamatan dan sharing dengan guru / teman sejawat SMK Dwija Bhakti 1 Jombang , untuk mata Pelajaran  Produk Kreatif dan Kewirausahaan pada saat penelitian, adanya suasana belajar yang tidak kondusif membuat motivasi belajar siswa menurun, ditambah lagi kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru, yang lebih banyak menggunakan metode ceramah membuat siswa cenderung pasif, beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa memilih bercerita dengan temannya dan kurang aktifnya siswa dalam memberikan umpan balik terhadap pertanyaan dan stimulus yang diberikan oleh guru sehingga guru susah mengontrol sejauh mana pemahaman siswa, kegiatan pembelajaran menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal ini juga mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Sebagian besar aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru. Akibatnya siswa menjadi tidak tertantang untuk berfikir kritis, analitis, solutif, dan aktif di dalam kelas. Adanya aktivitas belajar yang monoton dan kurang menarik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, penggunaan media pembelajaran yang monoton yang tidak bervariasi, dimana kurang melibatkan aktivitas peserta didik, adanya anggapan bahwa pembelajaran Kompetensi Kejuruan (Produk Kreatif dan Kewirausahaan) itu sulit, peserta didik terkesan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar (teacher centered), sehingga kesulitan memahami materi dan mengerjakan tugas yang disampaikan, yang ditunjukkan oleh masih adanya peserta didik yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

Adanya fenomena tersebut menuntut para guru untuk bisa menetapkan strategi belajar yang efektif dan efisien agar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai . Sudjana (2001:8) menjelaskan bahwa pembelajaran hendaknya diupayakan oleh pendidik secara sistimatis untuk untuk menciptakan kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, sangat membantu dalam menetapkan strategi tersebut

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, yang merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil suatu keputusan pemecahan masalahnya, yang kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja. Peneliti disini mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama antar siswa serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah serta untuk memperjelas permasalahan yang dihadapi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI-  Teknik Komputer dan Jaringan  1 pada mata pelajaran Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang?.

Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1 pada Mata Pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang?

  • Tujuan

Berdasarkan batasan masalah di atas, tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

  • Untuk mengetahui peningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1 melalui model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran Produk Kreatif Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang.
  • Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1  melalui model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang.

BAB II

Aktivitas Belajar

Pengertian

Prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2014:95). Proses pembelajaran merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses belajar itu sendiri, maka pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memusatkan titik tolak kegiatan (M. Yamin, 2007:75). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sophocles (lima abad Sebelum Masehi) dikutip dalam Warsono dan Hariyanto, (2013:3) bahwa "Seseorang harus belajar dengan cara melakukan sesuatu, karena walaupun Anda berpikir telah mengetahui sesuatu, Anda tidak akan memiliki kepastian tentang hal tersebut sampai Anda mencoba melakukannya sendiri".

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas bahwa dalam proses pembelajaran harus terdapat suatu aktivitas. Aktivitas yang dilakukan tidak hanya oleh guru, melainkan siswa sebagai peserta didik. Dengan adanya aktivitas oleh siswa di dalam proses pembelajaran maka dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, membuat siswa cenderung berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran.

Dari pemaparan di atas dapat dirangkum bahwa aktivitas belajar adalah dasar untuk guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) untuk mencapai tujuan dan hasil belajar. Dengan adanya aktivitas maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran berpusat kepada siswa sebagai peserta didik.


Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Pada proses pembelajaran, aktivitas yang dilakukan siswa tidak hanya mendengar dan mencatat saja. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan siswa. Untuk mengukur dan menilai apakah siswa melakukan aktivitas di dalam proses pembelajaran, 

guru memiliki bebeberapa indikator. Menurut Paul B. Diedrich dikutip oleh Sardiman (2014:101) kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

  • Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
  • Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
  • Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
  • Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
  • Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
  • Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak.
  • Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan-hubungan, mengambil keputusan.
  • Emotional   activities,  seperti   misalnya,  menaruh   minat,  merasa   bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari uraian aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas dapat dilakukan pada proses pembelajaran yang cukup kompleks. Interaksi-interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran akan menimbulkan pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu yang baru atau yang belum dipahami atau belum dialami. Belajar aktif adalah suatu usaha untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Belajar aktif ditandai melalui keaktivan siswa secara fisik maupun mental, dimana keaktivan mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan dengan keaktivan fisik. (M. Yamin, 2007:52)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Untuk menumbuhkan aktivitas dalam proses pembelajaran, Gagne dan Briggs (1979) dikutip dari M. Yamin (2007:83) menjelaskan bahwa terdapat 9 aspek yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka beperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
  • Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.
  • Mengingatkan kompetensi prasyarat.
  • Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.
  • Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
  • Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  • Memberikan umpan balik (feedback).
  • Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
  • Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

Mc Keachie dikutip Warsono dan Hariyanto (2013:8) mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:

  • Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran,
  • Penekanan kepada aspek afektif dalam pembelajaran.
  • Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama yang membentuk interaksi antar murid.
  • Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atau karena siswa berbuat kesalahan.
  • Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.
  • Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah.
  • Jumlah        waktu   yang   digunakan  menangani  masalah   pribadi   siswa,   baik yang berhubungan ataupun tidak berhubungan dengan materi pelajaran.

Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran maka guru harus mampu menarik perhatian dan memotivasi siswa kemudian menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Disamping itu juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil keputusan dan mendorong partisipasi siswa selama proses pembalajaran berlangsung. 

  • Hasil Belajar
  • Pengertian

Menurut Nana Sudjana (2014:3) menyatakan bahwa "hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik". "Hasil belajar merupakan hasil dari pencapaian tujuan belajar, tujuan belajar sendiri yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mental/nilai-nilai" (Sardiman, 2014:28). Selanjutnya Sardiman (2014:28) menyatakan bahwa hasil belajar meliputi beberapa aspek antara lain:

  • Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep, atau fakta (kognitif)
  • Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
  • Hal ihwal kelakuan, keterampilan, atau penampilan (psikomotorik)

Secara lebih jelas, Benyamin S. Bloom, dkk (1956) seperti dikutip dalam Zainal Arifin (2013:21) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:

  • Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu:

Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik 

untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: mendefinisikan, mengidentifikasi, menyatakan.

  • Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat memahami atau mengerti tentang mata pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh.
  • Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara        lain: menunjukkan, menggunakan, mengubah.
  • Analisi (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: mengurai, membuat diagram, menggambarkan kesimpulan.
  • Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana, atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: merencanakan, memodifikasi, menciptakan.
  • Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: menilai, membandingkan, mengkritik.

- Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah 

  • pertumbuhan batiniah dan terjadi   bila   peserta   didik   menjadi   sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dan membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
  • Kemampuan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: memilih, mengikuti, menanyakan.
  • Kemampuan menanggapi/menanyakan (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemampuan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: menunjukkan, mengemukakan, menuliskan.
  • Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu secara konsiten. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: mengusulkan, memilih, menerangan.
  • Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain: mengubah, mengatur, membandingkan.
  • Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kata kerja operasional yang digunakan sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu:
  • Muscular or motor skill,  meliputi: melompat, menggerakkan, menampilkan.
  • Manipulations of materials or objects, memperbaiki, membersihkan, membentuk

Neuromuscular coordination, mengamati, memasang, menggunakan.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah melaksanakan suatu proses pembelajaran.

Pengukuran Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan perilaku peserta didik setelah menghayati proses belajar. Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan sesuatu, kata "sesuatu" bisa berarti peserta didik, guru, gedung belajar dan sebagainya, dalam proses pengukuran hasil belajar tentu guru harus menggunakan alat ukur (Zainal Arifin, 2013:6) Alat ukur yang digunakan adalah tes. Menurut S Hamid Hasan (1988) dalam Zainal Arifin (2013:3) "tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan."

"Penilaian merupakan proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yangdiperoleh dari pengukuran hasil belajar" (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011:141). Sugihartono, dkk (2012:130) menyatakan bahwa "penilaian merupakan suatu tindakan untuk memberikan interprestasi terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan norma tertentu untuk mengetahui tinggi- rendahnya atau baik-buruknya aspek tersebut". Menurut Nana Sudjana (2014:3), "penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu". Nana Sudjana (2014:5) membagi jenis-jenis penilaian menjadi beberapa macam, antara lain:

  • Penilaian formatif: yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar- mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri.
  • Penilaian sumatif: yaitu penilaian yang dilakasanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuan yaitu melihat hasil yang dicapai siswa.
  • Penilaian diagnostik: yaitu penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus.

Penilaian selektif, yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi.

  • Penilaian penempatan yaitu penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut.

Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan nontes. Tes dapat berbentuk lisan, tulisan (uraian dan objektif), dan tindakan. Nontes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus. Zainal Arifin (2013) menjelaskan pengertian jenis penilain hasil belajar sebagai berikut:

  • Tes Uraian

Disebut bentuk uraian karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan lainnya. Tes uraian dibagi menjadi dua yaitu:

  • Uraian Terbatas: dalam menjawab soal, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya, harus ada pokok- pokok penting yang terdapat pada sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
  • Uraian Bebas: peserta didik bebas menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri, mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Guru harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
  • Tes Objektif

Tes objektif jawabannya antara benar dan salah, tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara jawaban yang telah disediakan, memberikan jawab singkat, dan melengkapi pernyataan atau pernyataan belum sempurna. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk antara lain:

  • Benar-Salah (True-False) : adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.

Pilihan Ganda (Multiple Choice) : terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna yang sering disebut stem. Pilihan jawaban 

  • terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar disebut kunci jawaban, dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor atau decoy atau fails). Soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, da evaluasi.
  • Menjodohkan (Matching) : terdiri dari kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, kolom soal dan kolom jawaban.
  • Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapi (Completion) : soal berupa suata kalimat tanya yang dapat dijawab dengan singkat dan kalimat pernyataan yang belum sempurna.
  • Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.

  • Tes Perbuatan (Performance Test)

Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Alat yang digunakan dalam tes perbuatan adalah lembar pengamatan dan portofolio. Tes perbuatan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan- kesalahan yang dilakukan peserta didik dapat diamati dan diukur sehingga menjadi pertimbangan untuk praktik selanjutnya.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar merupakan suatu proses atau kegiatan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa sebagai peserta didik setelah melaksanakan suatu proses pembelajaran menggunakan alat ukur berupa tes dan nontes. Pengukuran hasil belajar akan menghasilkan atau dapat digunakan sebagai bahan untuk penilaian hasil belajar. Pengukuran hasil belajar lebih bersifat kuantitatif sedangkan penilaian hasil belajar bersifat kualitatif dari hasil belajar peserta didik.

  • Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
  • Pengertian

Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu 

permasalahan. Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan yang diberikan. Sama halnya seperti project based learning, tingkat keberhasilan metode ini bergantung pada keaktifan peserta didiknya. Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan.

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran ini dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dimana siswa terlibat untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Dengan demikian, siswa akan dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Pembelajaran dengan model ini merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk "belajar bagaimana belajar" bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan (Daryanto, 2014).

Menurut Arend (Dewi, dkk, 2013) pengertian dari model problem based learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada sebuah permasalahan yang mengantarkan mereka pada pengetahuan dan konsep baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada situasi permasalahan bermakna yang dapat memfasilitasi siswa menyusun pengetahuan sendiri, mengembangkan inkuiri, kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Menurut Bridges (Wasonowati, dkk, 2014) model problem based learning diawali dengan penyajian masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah. Melalui kegiatan tersebut aktivitas dan proses  

berpikir ilmiah siwa menjadi lebih logis, teratur dan teliti sehingga mempermudah pemahaman konsep.

Menurut Suradijono (Syafi'I, dkk, 2004), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Prinsip Dasar Problem Based Learning (PBL)

Beragam model pembelajaran yang berkembang saat ini,salah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL). Premis dasar PBL adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Glaser (1991) menyebutkan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses kognitif itu disebut juga metakognisi. Proses kognitif selalu mempengaruhi penggunaan pengetahuan, faktor-faktor sosial, dan kontekstual dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam PBL, yakni:

Prinsip 1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan kekepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

Prinsip 2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan 

(did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?

Prinsip 3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990). Jika tujuan pembelajaran adalah mengajarkan pebelajar untuk menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dunia nyata, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dilakukan? Mandl, Gruber, dan Renkl (1993) menyarankan empat cara yaitu: pengajaran harus diletakkan dalam konteks situasi pemecahan masalah kompleks dan bermakna; pengajaran harus dipusatkan pada pengajaran keterampilan metakognitif dan bilamana mengunakannya; pengetahuan dan keterampilan-keterampilan harus diajarkan dari perspektif yang berbeda dan diterapkan pada setiap situasi yang berbeda; belajar harus berlangsung dalam situasi kerjasama untuk mengkonfrotasikan keyakinan yang dipegang oleh masing-masing individu. Strategi ini dilandasi oleh dua model yang saling melengkapi cognitive apprenticeship dan anchored instruction. Kedua model ini menekankan bahwa pengajaran harus terjadi dalam kontek masalah dunia nyata atau parktek-praktek professional. Faktor sosial juga mempengaruhi belajar individu. Glaser (1991) beralasan bahwa dalam kerja kelompok kecil pembelajar mengekspose pandangan alternatif adalah tantangan nyata untuk mengawali pemahaman. Dalam kelompok kecil pembelajar akan membangkitkan metode pemecahan masalah dan pengetahuan konseptual mereka. Mereka menyatakan ide-ide dan membagi tanggung jawab dalam memanage situasi masalah. Bruning, Schraw, dan Ronning (1995) menyatakan bahwa pengajaran sains sangat efektif bila hakikat sosial pembelajaran diterima dan digunakan untuk membantu pebelajar 

memperoleh peman ilmiah secara akurat. Bertolak dari prisnip-prinsip pembelajaran di atas, pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu: Dewey dan Kelas Demokratis: Konstruktivisme Viaget dan Vygotsky, Belajar Penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004).

  • Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan belajar dengan menggunakan problem based learning terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, belajar multidisiplin dan keterampilan hidup. Pembelajaran dengan model problem based learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal, antara lain:

  1. Permasalahan dunia nyata
  2. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
  3. Keterampilan menyelesaikan masalah
  4. Belajar antardisiplin ilmu
  5. Belajar mandiri
  6. Belajar menggali informasi
  7. Belajar bekerjasama
  8. Belajar keterampilan berkomunikasi
  • Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:

  1. Belajar dimulai dengan satu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata peserta didik
  3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. Menggunakan kelompok kecil
  6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dimulai dengan adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka 

perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari (Hamdayana, 2014).

Arifin (dalam Pratiwi, dkk, 2014), menyatakan bahwa ada tiga ciri utama pembelajaran berbasis masalah:

  1. merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam impelementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis masalah, menuntut peserta didik secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pembelajaran;
  2. aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi;
  3. pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah.

Sears dan Hersh (dalam Sumarmo, dkk, 2011) mengemukakan beberapa karakteristik model problem based learning:

  1. Masalah harus sesuai dengan kurikulum.
  2. Masalah bersifat tak terstruktur, solusi tidak tunggal dan prosesnya bertahap.
  3. Siswa memecahkan masalah dan guru sebagai fasilitator.
  4. Siswa diberi panduan untuk mengenali masalah dan bukan formula untuk memecahkan masalah
  5. Penilaian berbasis performa autentik.

Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning

Sintak merupakan tahapan yang harus dilalui pada suatu model pembelajaran. Adapun sintak model pembelajarannya adalah sebagai berikut.

  • Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik

Pada tahap ini guru akan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran serta proses agar peserta didik termotivasi untuk belajar.

  • Mengorganisasi peserta didik dalam belajar

Pada tahap ini, guru mengorganisir tugas yang akan diberikan pada peserta didik, misalnya penentuan topik, prosedur tugas, dan sebagainya.

  • Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok

Guru membimbing peserta didik agar mereka bisa mendapatkan sumber atau referensi yang sesuai untuk permasalahan yang ditugaskan.

  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik

Pada tahap ini, peserta didik akan dibantu oleh guru dalam mempersiapkan hasil yang akan dilaporkan, misalnya laporan, dokumentasi, rekaman, serta teori pendukung lainnya.

  • Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Guru meminta peserta didik untuk merefleksi dan mengevaluasi hasil yang diperoleh, baik dari sisi proses maupun metode.

Adapun contoh problem based learning dalam pembelajaran bisa dilihat melalui sintak berikut.

  • Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik

Guru menunjukkan materi menggunakan media powerpoint dan video materi Hak atas Kekayaan Intelektual. Lalu, peserta didik mengamati powerpoint dan Video tersebut dan diminta menyampaikan tanggapannya. Terakhir, peserta didik diminta membuat pertanyaan terkait materi tersebut, misalnya "bagaimana jika terdapat permasalahan penyalahgunaan hak merk yang hampir sama ?"

  • Mengorganisasi peserta didik dalam belajar

Pada tahap ini, peserta didik harus mencari sumber/referensi terkait Hak atas Kekayaan Intelektual terkait Hak cipta, hak merek dan Hak Paten.

  • Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok

Peserta didik diberi lembar kerja terkait materi Hak atas Kekayaan Intelektual.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik

Peserta didik membuat catatan hasil penyelidikannya terhadap pertanyaan yang diajukan. Lalu, catatan tersebut diolah hingga berbentuk laporan.

  • Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Guru membimbing peserta didik dalam menganalisis hasil kerjanya tentang pengaruh kepadatan terhadap pencemaran air. Lalu, hasil tersebut dipresentasikan dan dievaluasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

 Jenis Penelitian

Penelitian mengenai implementasi model pembelajaran problem  based learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1 pada mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)

 

Penelitian dilakukan secara partisipatif karena guru terlibat langsung dalam semua tahapan penelitian yang meliputi perumusan masalah, perencanaan, analisis, dan pelaporan penelitian. Untuk mengetahui hasil proses pembelajaran maka guru akan mengadakan evaluasi setelah pembelajaran. Siklus tahapan PTK berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya. Diawali dengan perencanaan (plan), dilanjutkan dengan tindakan (action), diikuti dengan pengamatan (observation) terhadap tindakan yang dilakukan dan selanjutnya adalah melakukan refleksi (reflection). Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah dan disebut sebagai pra siklus. Desain pada penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari Kemmis & McTaggart (1998) dikutip dari Wijaya (2010:21). Alur dari tahapan model PTK menurut Kemmis & McTaggart

Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart dalam Wijaya (2010:21)
Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart dalam Wijaya (2010:21)

Model Kemmis & McTaggart merupakan desain yang paling mudah dipahami dan diterapkan untuk pelaksanaan PTK. Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, komponen pelaksanaan dan observasi menjadi satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan dan terjadi dalam waktu yang sama. Kedua komponen tindakan tersebut akan dilakukan pada waktu yang bersamaan. Selanjutnya tindakan yang dilakukan pada tiap siklus akan dievaluasi, dikaji dan direfleksi dengan tujuan meningkatkan efektivitas tindakan pada siklus berikutnya.

  • Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan (plan) kegiatan yang dilakukan yaitu pembuatan instrumen penilitian yang meliputi lembar observasi model pembelajaran project based learning, lembar observasi siswa, pembuatan perangkat pembelajaran, dan evaluasi siswa untuk mengukur hasil belajar siswa.

  • Pelaksanaan (Action) dan Pengamatan (Observation)

Tindakan di sini maksudnya tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Dalam pelaksanaan (action) meliputi tindakan yang dilakukan sebagai upaya membangun pemahaman siswa terhadap penerepan model pembelajaran project based learning dan melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang dirancang sebelumnya.

Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran sesuai dengan tindakan yang telah dilaksanakan. Melalui pengamatan, observer dapat mencatat berbagai kekuatan dan kelemahan guru dalam melaksanakan tindakan sehingga hasilnya dapat dijadikan refleksi untuk penyusunan rencana ulang dalam siklus berikutnya.

  • Refleksi (Reflection)

Tindakan menganalisis, melihat dan mempertimbangkanhasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh pengamat 

(observer). Tahap refleksi adalah tahap yang menentukan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya, apakah harus dilakukan penerapan pembelajaran pada siklus selanjutnya atau harus dihentikan apabila sudah mencapai target yang telah ditentukan sesuai dengan indikator keberhasilan pembelajaran.

  • Perencanaan yang direvisi (Revised Plan)

Rencana yang dirancang oleh guru berdasarkan hasil refleksi dari pengamat pada siklus sebelumnya untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan Model

Problem Based Learning, dan penelitian ini mempergunakan 2 siklus yaitu siklus I, dan siklus II

Secara umum penelitian tindakan terdiri dari empat langkah dengan menggunakan model Kurt Lewin yaitu:

  • Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, seperti: Penyusunan Perangkat Pembelajaran, yang terdiri dari (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Materi Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik, Media Pembelajaran dan Lembar Penilaian) serta instrument pengamatan.
  • Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan tindakan (melakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP), skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan yang akan diterapkan. Langkah- langkah yang akan dilakukan antara lain;
  • Guru mengunggah materi desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa yang lebih lengkap sesuai dengan standar kompetensi pada materi tersebut ke dalam penugasan pada video pembelajaran
  • Peserta didik mengamati tayangan video
  • Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum dipahami setelah mengamati video tadi
  • Peserta didik diminta membuat kelompok diskusi
  • Peserta didik diminta untuk berdiskusi sesuai dengan LKPD yang sudah di bagikan
  • Peserta didik memberikan tanggapan dengan mengerjakan semua penugasan tersebut. Selanjutnya, peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber yang relevan dalam memecahkan masalah

Guru membimbing peserta didik dalam diskusi 

  • Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
  • Kelompok lain menanggapi presentasi yang ada
  • Peserta didik dan guru menarik kesimpulan
  • Guru memberikan apresiasi terhadap hasil diskusi, memberikan penguatan, evaluasi, dan refleksi
  • Observasi (Observe), Observasi ini dilakukan saat memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan pencatatan terhadap gejala yang terjadi di indikator penelitian. Mengamati apa yang menjadi kendala, sehingga diketahui adanya masalah yang terjadi pada proses pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan peneliti di sini untuk menetahui kegiatan peserta didik dalam pembelajaran di kelas dan melihat data kemajuan hasil belajar peserta didik.
  • Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Melihat seberapa jauh indikator keberhasilan suatu tindakan dan dampak suatu tindakan yang terjadi, selanjutnya merekomendasikan untuk siklus tindakan selanjutnya[14].
  • Setting Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan  pada tahun ajaran  2023/2024

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 minggu yaitu bulan Oktober minggu ke dua. Namun apabila indikator aktivitas dan hasil belajar belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya bulan Nopember minggu ke dua dan ketiga.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan 1 tahun ajaran 2023/2024 yang mengikuti  mata pelajaran Produk  Kreatif dan Kewirausahaan   dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


  • Hasil Penelitian

Secara umum, jenis penelitian ini dipercaya mampu menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang biasa terjadi di kelas, serta meningkatkan kinerja (profesionalisme) guru dalam proses membelajarakan suatu materi di kelas. Hasil penelitian tindakan kelas tidak dapat digeneralisasikan karena hanya berlaku pada kelas yang memiliki permasalahan saja. Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Kriteria keberhasilan terhadap tindakan ditetapkan berdasarkan ketuntasan belajar yang diterapkan oleh sekolah dan berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun kriteria keberhasilan tersebut adalah pembelajaran dinilai berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik ranah kognitif.

Pada hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan bahwa motivasi belajar peserta didik meningkat           yang ikut mempengaruhi peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I sampai siklus II yang terlihat dari meningkatnya jumlah peserta didik yang mampu mencapai nilai KKM yaitu 75, dari siklus I sebesar 75% menjadi 87,5% pada siklus II atau meningkat 12,5 %.  Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan Pada tabel berikut ini:

Tabel 1 : Perbandingan Data Hasil Belajar dari Siklus 1 Sampai Siklus II

hasil penilaian siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
hasil penilaian siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

hasil penilaian siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
hasil penilaian siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
Grafik 1: Perbandingan rata-rata hasil belajar peserta didik siklus I dan Siklus II

Grafik hasil belajar siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
Grafik hasil belajar siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
Pada tabel terlihat semakin meningkatnya Nilai rata-rata kelas, yang dibarengi dengan semakin berkurangnya peserta didik yang nilainya tidak tuntas, sehingga nilai Ketuntasan Minimal dapat tercapai bahkan mencapai keberhasilan yang sangat tinggi Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dari siklus I sampai Siklus II

Grafik  2: Perbandingan ketuntasan belajar peserta didik siklus I dan Siklus II

Grafik hasil belajar siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
Grafik hasil belajar siswa SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

Dari tabel dan gambar di atas diperoleh bahwa pada akhir siklus I dan Siklus II pada penelitian ini menghasilkan kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik selama pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan dengan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1  sangat baik, hal ini sesuai dengan harapan peneliti dimana dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan tercipta kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


Pembahasan

Penelitian yang dilakukan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang juga dikenal dengan istilah Classroom Action Research. PTK merupakan salah satu penilitian yang cocok dilakukan oleh seorang guru, karena penelitian ini difokuskan pada permasalahan pembelajaran yang timbul di dalam kelas guna memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif. Data hasil penelitian yang akan dipaparkan merupakan data hasil pengamatan tentang beberapa hal yang menyangkut pelaksanaan selama tindakan berlangsung, yaitu Peningkatan Motivasi Belajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1 di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang

Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap minggunya masing-masing kelas mendapatkan 2 jam pelajaraan Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Penelitian ini menggunakan waktu dua jam pelajaran yaitu dengan alokasi waktu 2X40 menit karena dengan waktu tersebut lebih dari cukup untuk melakukan penelitian yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun Materi yang digunakan dari Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan adalah Desain Kemasan, siswa mampu menjelaskan desain kemsan dan fungsi kemasan. Lalu Mteri Hak atas Kekayaan Intelektual, siswa mampu menjelaskan dan menganalisis pengertian tentang  HaKI dan Hak Cipta, Hak Merk dan Hak Paten

Penelitian yang dilakukan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran tatap muka mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1  dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkkan oleh data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran tatap muka dan kuisioner yang langsung diberikan dan diidikan oleh peserta didik. Selain itu, hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil evaluasi belajar peserta didik yang dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 hasil penelitian perbandingan rata-rata hasil belajar peserta didik siklus I dan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar, peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Siklus 1 nilai rata-rata kelas dari 75 meningkat menjadi 87,5 pada siklus II.

Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena peserta didik mudah menyerap materi dengan model balajar Problem Based Learning, karena PBL dapat merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. PBL juga memberikan tantangan pada peserta didik sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat diukur dari indikator minimal tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah : Meningkatnya tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari jumlah siswa yang aktif ataupun persentase setiap aspek yang diamati. Aspek tersebut antara lain: bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat dalam kelompok, menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat orang lain, mengerjakan soal atau lembar kegiatan, kerjasama dalam kelompok, dan presentasi kelompok. Dengan menggunakan metode belajar PBL siswa menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah- masalah yang timbul dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis siswamendapat pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.

Peningkatan juga terlihat pada tercapainya persentase KKM yang ditunjukkan oleh gambar 2 Perbandingan ketuntasan belajar peserta didik yang dimulai dari siklus I yaitu 75% meningkat menjadi 87,5% pada siklius II. Meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar Kompetensi Kejuruan (komputer) yang dicapai siswa. Tingkat keberhasilan hasil belajar siswa berdasarkan perolehan nilai yang lebih tinggi dari rata-rata nilai siklus atau tes formatif sebelumnya. Sedangkan untuk indikator keberhasilan hasil belajar siswa adalah di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70%. Apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%, maka hasil belajar siswa dapat dikatakan berhasil. Namun apabila rata-rata nilai kelas tes formatif pada penelitian ini bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%, maka hasil belajar siswa dapat dikatakan belum berhasil. Selain itu, rata-rata hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi sampai sangat tinggi dari acuan yang sudah ditetapkan. Pada gambar 2 dan 3 terlihat dengan jelas peningkatan yang terjadi pada siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1.

Sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada kegiatan pembelajaran tatap muka, guru lebih sering memberikan materi ajar melalui metode ceramah dan penugasan kepada peserta didik, akan tetapi motivasi belajar peserta didik sangat rendah. Setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan, Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 75% menjadi 87,5 % pada siklus II Peningkatan motivasi belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 65,1% menjadi 85,9% pada siklus II atau meningkat sebesar 21 %, dan berada pada kategori sangat tinggi.

Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1  dinyatakan sangat baik, hal ini sesuai dengan harapan peneliti dimana dengan model pembelajaran Problem Based Learning akan tercipta kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan refleksi pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan sesuaian penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan tersebut antara lain adalah kurangnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran yang ditunjukkan melalui partisipasi peserta didik dalam hal menjawab apersepsi yang diberikan oleh guru pada kegiatan awal dinilai masih kurang, kegiatan pemecahan masalah masih didominasi oleh peserta didik tertentu dalam kelompoknya, interaksi peserta didik dengan guru dalam hal bertanya kepada guru masih terbatas, dan masih sedikit peserta didik yang berani dalam mengemukakan pendapat ketika melakukan diskusi kelompok di sela-sela kegiatan pemecahan masalah/soal-soal.

Kekurangan yang masih ada pada siklus I kemudian diperbaiki dengan perencanaan yang lebih matang pada siklus II, seperti memberikan pancingan pertanyaan yang relatif lebih mudah sehingga peserta didik memiliki keberanian untuk menjawab, mewajibkan setiap anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya yang diharapkan akan membuat setiap peserta didik mejadi lebih aktif dan tidak bergantung pada peserta didik tertentu saja, membimbing peserta didik untuk lebih berani dalam bertanya dengan melakukan pendekatan yang lebih baik, dan membimbing peserta didik agar tercipta suasana diskusi yang melibatkan semua anggota kelompok.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, semakin meningkatnya keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan lebih baik dimana peserta didik lebih aktif dalam menjawab dan bertanya.

Semakin baiknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II juga memberikan dampak semakin meningkatnya motivasi belajar peserta didik pada siklus II yang tercermin dari semakin meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, begitu juga dengan keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan tugas juga semakin meningkat.

Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan semakin baik dimana peserta didik semakin aktif dalam menjawab dan bertanya. Adanya peningkatan pada siklus ke II ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1 dikatakan berhasil. Penelitian ini berakhir pada siklus ketiga karena motivasi belajar peserta didik telah mencapai kriteria keberhasilan seperti yang telah ditetapkan dan telah mencapai ketuntasan.

BAB V

PENUTUP

  • Simpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan di SMK Dwioja Bhakti 1 Jombang pada kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan  dapat disimpulkan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu :(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • Pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dirasa dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik siklus I sebesar 75 meningkat menjadi 87,5 pada siklus II.
  • Tingkat ketuntasan belajar yang semula sebesar 75% di siklus I meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan 1 di SMK Dwija Bhakti Jombang. Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari aspek memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dari siklus I sampai siklus II sebagian besar aspek mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa mencapai indicator keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 100%
  • Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada kegiatan pembelajaran memberikan dampak positif pada hasil belajar pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan, dimana dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi dan memotivasi peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berpandangan luas dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dan juga dapat memberikan bekal kecakapan berfikir secara ilmiah dalam menghadapi pembelajaran abad 21

Daftar Pustaka

  • H. E. Mulyasa, "Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)," Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
  • D. F. Wood, "Problem based learning," Bmj, vol. 326, no. 7384, pp. 328--330, 2003.
  • W. Hung, D. H. Jonassen, and R. Liu, "Problem-based learning," Handb. Res. Educ. Commun. Technol., vol. 3, no. 1, pp. 485--506, 2008.
  • D. Sukidin and D. Suranto, "Manajemen Penelitian Tindakan Kelas," Jakarta Insa. Cendekia, vol. 10, 2002.
  • A. Zainal, "Penelitian tindakan kelas," Bandung: Yrama Widya, 2006.
  • B. Wibawa, "Penelitian Tindakan Kelas," Jakarta: Dirjen Dikdasmen, pp. 2572--2721, 2003.
  • N. Hanifah, Memahami penelitian tindakan kelas: teori dan aplikasinya. UPI Press, 2014.
  • W. Sanjaya, "Penelitian Pendidikan jenis, metode dan prosedur," Jakarta: Kencana, 2013.
  • A. Sapriati and S. Tatminingsih, "Pembelajaran Tentang Sanitasi Untuk Siswa SD di Daerah Banjir."
  • M. P. Rusman, Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media, 2017.
  • Rusman, Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Rajawali Pers/PT Raja Grafindo Persada, 2011.
  • B. Ginting and K. Natalia, "Perbedaan Kemampuan Berpikir Logis Matematis Peserta Didik Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII SMP Swasta Advent Barusjulu," 2020.
  • K. D. S. Udiyani, D. M. S. Mardani, and I. W. Sadyana, "Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual dengan Adobe Flash Berbasis Standar Proses Kurikulum 2013 Revisi untuk Sekolah Dasar Di Bali," J. Pendidik. Bhs. Jepang Undiksha, vol. 6, no. 2, pp. 223-- 234, 2020.
  •  K. Lewin, "Action research and minority problems," J. Soc. Issues, vol. 2, no. 4, pp. 34--46, 1946.

        

LAMPIRAN

PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG
PPL di SMK DWIJA BHAKTI 1 JOMBANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun