Bahkan aku tak sanggup memejamkan mata, karena di pelupuk mata ada senyum Mu. Â
Barangkali Tuhan berkehendak menjadikan Kau sebagai  pasangan hidup ku?
 Itulah mengapa kemudian Dia hunjamkan beliung cinta yang sangat tajam,  menusuk jantung, hati dan jiwa ku?Â
 Luka parah yang tak sanggup kutanggung dan ku obati sendiri sampai hari ini?
Karena itulah Aku harus menjalani hidup,  dan menjalani nasib  yang aku sendiri tak yakin atas takdir Ku? ,Â
Membuang diri menyeberang samudra, jauh ke tanah Jawa. Â Apakah ini memang takdir atau nasib hidup Ku? Â
Karena di jiwa terdalam, aku meyakini bahwa kau di lahirkan untuk Ku, Kau hadir untuk jadi pendamping Ku, teman hidup Ku, Kau adalah takdir ku, sampai salah satu dari kita menutup mata?Â
Salahkah jika Aku mencintai Mu? Â
Bahkan hingga hari ini, aku masih bertanya - tanya.Â
Untuk membina sebuah keluarga, rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, mana yang harus di dahulukan?Â
Apakah cinta yang datang dari hati yang tulus paling dalam, atau menikahi seseorang yang asing dan mengikatkan diri dalam sebuah upacara sakral bernama pernikahan? Â