Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Serpihan Hati Yang Tersisa

17 Oktober 2020   15:48 Diperbarui: 27 September 2023   20:22 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Perlahan kembali ada tetesan hangat jatuh di pipi ku. Butir - butir  air  bening. Kepedihan perlahan menyelinap dalam diam.

Lalu kenangan demi kenangan terbayang di depan mata, sejak pertama kali aku melihat nya, melintas di depan sekolah dasar SD.18, di usia  sepuluh tahun, sampai kami kontak pertama kali via telpon dan akhir nya bertemu muka untuk makan siang bersama di Ramayana, tahun 2011 dulu.

Aku masih ingat puisi yang kukirimkan pada nya  dalam surat pertama kali , ketika kami masih duduk di bangku  SMP,  ketika kami masih remaja, ketika rupa nya sejak hari itu, hati kami terikat dan terpaut dengan sangat erat. Jiwa kami menyatu dalam alunan melodi cinta yang sama. Rupa nya puisi itu membekas begitu dalam di hati nya, sehingga di simpan nya seperti permata, inilah bunyi nya :  
                               
"Sekuntum senyum,
mengembang dalam aliran rasa,
Rahasia apa yang diam dalam debaran?
Saat kau seperti kijang mas,
Melompat-lompat dihadapan ku,
Kusimpan ujud mu, dari sepi ke sepi,
Kutoreh hati mu dengan pisau naluri,
Diam mu sendu, hangat ku rindu

Tempo hari lewat telefon , 

Dia sempat bercerita, bagaimana jantung nya bergetar hebat, dan dada nya ber debar - debar, saat dulu kami masih bersama,  ketika belajar  di belakang istana. Pernah  kaki ku menyentuh kaki nya, tanpa sengaja,  di bawah meja. Bertahun kemudian setelah kepergian ku, setelah kami tak lagi dapat kabar berita,  Dia  juga  sering menyanyikan lagu" Kasih," Hetty Koes Endang untuk sekedar mengobati  luka batin yang tak tertahan kan. 

Kerinduan yang tak menemukan jawaban  karena rasa kehilangan yang begitu dalam.


Dia juga bercerita, 

setelah  Aku menghilang dari depan mata nya , kadang dengan mencuri pandang, Dia sering melihat salah satu  teman ku yang wajah nya mirip dengan ku.  Rupa nya itulah cara nya mengobati rindu hati nya, dengan mencari bayangan ku, yang ada di sekitar nya.

Ketika kadang sholat tarawih di bulan Ramadhan, atau sholat subuh berjamaah di Mesjid Sultan,

 Dia bertemu dengan Ibu ku, dan disalami nya dengan rasa bersalah, karena tak jadi menantu nya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun