Maafkan dan ampuni dosa dan kesalahan nya.Â
Terimalah Dia kembali kepangkuan Mu, dan tempatkanlah Dia di tempat yang terbaik disisi Mu, " Amiin Ya Rabbal Alamiin.Â
Kutup doa ku dengan telapak  tangan mengusap muka, yang penuh dengan cucuran air mata.
Jam sembilan pagi, jenazah nya telah selesai di sholatkan.Â
Aku tak berani mendekat untuk ikut sholat. Karena disitu keluarga nya berkumpul semua. Apa jadi nya jika aku sholat jenazah dengan berurai air mata, atau pingsan di dekat keranda nya?Â
Jam sepuluh pagi jenazah nya di antarkan ke pemakaman.
 Aku sengaja lebih  dulu dan menunggu di dekat tempat Dia akan di makam kan hari itu.  Kulihat liang lahatnya sudah disiapkan. Kondisi nya kering dan tak kelihatan air menggenang. Â
Ketika peti jenazah nya akan diturunkan, aku mengambil posisi memegang tali yang akan menurunkan peti.Â
Perlahan peti nya diturunkan ke liang lahat, aku ikut memberi aba - aba agar  seimbang turun nya, dan tidak miring. Â
Sesaat setelah peti kayu itu menyentuh tanah, tali ditarik,  dan liang  lahat mulai di timbuni, mendadak pandangan ku terasa kabur.
 Tubuh ku terasa seperti melayang.Â