"Selamat pagi bu, mau diantar kemana?", tanya lelaki paruh baya itu.
"Pagi..., ke timur pak. Ini alamatnya...", kuulurkan catatan alamat itu dan...
"Inggih...baik bu...", jawabnya sekali lagi ramah.
Jarak tempuh dari rumah tinggalku ke padhepokan kurang lebih satu jam. Sejatinya aku ingin membaca selama dalam perjalanan, tapi cara kendara taksi itu tidak cukup nyaman untuk mendukung rencanaku. Kumasukkan kembali buku ke dalam tas dan aku memutuskan diam saja dalam dzikir. Sesekali kudapati pak taksi mengamatiku dari kaca spion. Sepertinya ingin mulai pembicaraan, tapi khawatir mengganggu.
"Sudah berapa lama naksi, pak?", tanyaku mengejutkannya.
"Ehmm...sepuluh tahun, bu... nuwun sewu, ibu dinas dimana?, tanyanya balik.
"Tuh...sebelah kiri kita, itu kampus tempat saya bekerja...", jawabku ketika persis kami melewati depan tempat kerjaku.
"Wuuaah...besar ya, bu?"
"Iya...gedungnya memang besar"
"Maksud ibu?"
"Eh...tidak..tidak ada maksud apa-apa...iya..kampus kami memang besar, pak. Rektor sering bangga karena presiden dan orang-orang besar, kalau ke sini memang selalu lewat depan kampus kami...yaaa...meskipun tak mampir...hihihi....", jawabanku membuatnya ikut tertawa bersamaku.