Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... Administrasi - Simplicity is Greatness

Student of BKWSU (Brahma Kumaris World Spiritual University)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meditasi Bebersih Pikiran

25 April 2019   08:30 Diperbarui: 25 April 2019   08:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keheningan diperlukan untuk mengetahui apakah dalam pikiran saya ada sampah atau tidak.  Tanda-tanda dari adanya sampah dalam pikiran saya adalah, adanya gap antara pikiran, kata-kata dan perbuatan saya. Artinya, apa yang saya pikirkan beda dengan apa yang saya katakan, dan apa yang saya katakan, beda lagi dengan apa yang saya lakukan. Inilah pertanda adanya sampah. Dari manakah datangnya sampah-sampah tersebut?

Sampah pikiran terdiri dari pikiran sia-sia dan pikiran negatif. 

Pikiran sia-sia datang dari berbagai informasi tentang (a) peristiwa-peristiwa yang sudah tertadi dan saya tidak mampu "membubuh titik" atas itu. Saya terus menerus memikirkan dan membicarakannya hingga sekarang, dan (b) pikiran tentang masa depan yang saya tidak pernah tahu kejelasannya. Saya mencemaskan dan mengkhawatirkan masa depan. Sedangkan pikiran negatif datang dari kecurigaan dan prasangka jelek terhadap sesuatu, situasi atau jiwa lain.

Ini semua adalah sampah atau racun. Ini menghalangi ingatan saya kepada pesan  Tuhan. Sampah pikiran saya menggagalkan upaya saya untuk menjadi perwujudan dari firman Tuhan yang disampaikan dalam setiap kitab suci. Misalnya saja tentang pesan bahwa bahwa setiap jiwa adalah anak ruhani dari satu Ayah Ruhani dan oleh karenanya, semua jiwa adalah bersaudara. Pelajaran tentang persaudaraan ini merupakan pelajaran yang  pokok dan tersulit.

Padahal zaman keemasan, zaman yang diimpi-impikan oleh setiap jiwa itu, adalah, zaman ketika jiwa-jiwa berada dalam satu daratan dan hidup dalam persaudaraan dan kekeluargaan yang tentram, damai dan bahagia. Itu adalah sistem di sana.

Bagaimana saya mau masuk/pulang kembali ke sana, tanpa terlebih dahulu belajar sistem kehidupan yang berlangsung di sana? Impossible.

Terimakasih sudah membaca. Salam hormat dan semoga seluruh dunia bergerak mencapai kedamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun