Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Membungkam Jarak

1 Juni 2024   09:35 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:54 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay.com

.....

Pagi hari yang cerah kedua sahabat ini sudah sampai pantai dan menunggu sunrise, matahari terbit. Bayangannya di laut nampak indah sekali. Memang kalau dilihat langsung masih ada silau tapi ini pemandangan yang sangat indah.

"Anggi, kamu tahu tidak, mangapa aku ingin melihat sunrise pagi ini?" Sita bertanya dengan senyum cerah di wajahnya. 

Anggi menggeleng. "Kenapa?" tanya Anggi singkat  "Gantian aku yang "berfilosofi" ya." jawab Sita menirukan cara berbicara Anggi kalau sedang serius menyampaikan pendapatnya, ini membuat Anggi tertawa kecil.

"Sunrise, atau matahari terbit memberi sebuah harapan. Sebelumnya sangat gelap malam hari menguasai angkasa  kita bisa tertidur nyenyak jika sedang tak ada masalah berat. Tapi kalau hati penat dilanda rindu karena cinta sepihak dan ada jarak, rasanya akan kesulitan meredam semua itu. 

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan itu seperti membungkam jarak.  Bukan jarak pandang saja yang harus dibungkam atau ku buat diam, tapi jarak hati dan kepalaku. Maksudnya, aku tak mau hatiku terus menguasai isi kepalaku. Untuk saat ini.

Aku harus bisa menerima kenyataan, ada jarak yang harus dibungkam antara hati dan pikiran."

Anggi masih belun paham dengan penjelasan Sita tapi dia diam saja. Ada kalnya kita hanya ingin didengarkan bukan?  Buat Anggi, membungkam jarak malah bisa jadi judul puisi baru. 

"Anggaplah rasa rindu dan sakit itu seperti kegelapan malam yang tidak menyenangkan saat ini bagiku namun aku tahu kalau pagi hari ada sunrise yang selalu hadir menggantikan malam.

Begitu juga perasaanku, pada waktunya akan berganti dan sekarang aku harus bisa benar-benar move on dari segala ketidaknyamanan hati ini, begitu Anggi."

Sedikit paham, Anggi pun mengangguk pelan. "Yuk sekarang kita main air laut saja Nggi," lanjut Sita. Anggi agak keget ternyata udah selesai ya berfilosofinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun