Anggi terdiam sesaat melihat luka terpancar dari pandangan mata sahabatnya. Jadi selama ini, Sita banyak membicarakan isi puisi penulis favorit Anggi itu karena isinya senada dengan apa yang sedang dirasakannya. Kenapa aku ga sepeka itu ya. Pikir Anggi.
Siapa orang itu? Tak ada satupun orang di sekitar mereka yang bisa sebegitunya membuat sohibnya jatuh cinta. Anak ini sulit jatuh cinta, batin Anggi. Tapi Anggi tidak mau memaksa Sita bercerita padanya. Pasti ada alasan.
"Sita, besok kita nonton yuk, film apa ya? Kisah action atau humor saja ya? Yang penting jangan tema kisah cinta romatis seperti di drama Korea," sekali lagi Anggi ingin mencoba mengalihkan rasa sakit di hati sohibnya.
"Halah paling endingnya yang ditonton Science Fiction deh." Sita tahu film kesukaan sohibnya yang selalu mengajak dia berpikir serius. Seriap kali menonton film sama Anggi pasti juga ga jauh-jauh dari Science Fiction temanya.Â
Anggi hanya tertawa kecil mendengar jawaban sahabat karibnya. Batal deh acara nonton filmnya. Sita sedang tidak berselera, pikir Anggi.
"Terus besok kita mau ngapain dong, Sita?"
Sita tersenyum melihat temannya sudah kebingungan mencari ide untuk menghibur dia. "Ga ada, kamu lanjut melukis saja. Aku mau jalan-jalan ke pantai aja besok. Aku ingin lihat laut dan berjemur lama di pantai. Semoga ga hujan ya."
Dalam hati Anggi agak cemas, khawatir kalau temannya bakal macam-macam di pantai. "Aku temani ya, udah lama aku ga ke pantai juga."Â
Sita mengangguk saja. "Aku ngin lihat sunrise ya, jadi pagi banget berangkatnya. Kamu bisa?"
"Eh bisa dong," Anggi tersenyum.