Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen (IL) Dia Bukan Untukmu

29 Maret 2020   18:43 Diperbarui: 29 Maret 2020   18:52 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua bunga artifisial. Iluatrasi dua sahabat. Photo by Ari.

"Jangan biasakan denger lagu sedih begitu ah, nanti emosimu kebawa jadi sedih berlama-lama, ga baik buat kesehatan" tiba-tiba saja Reino sudah duduk di depan Karla. Senyuman manis tersungging menghiasi bibirnya. Karla hanya menatap wajah sobatnya itu tanpa menimpali. Merasa dicuekin, Reino langsung memencet tombol off di HP Karla. Otomatis musik sendu yang didengar Karla terhenti. 

Lagu yang terlantunkan milik Yovie Nuno berjudul Demi Hati langsung terhentikan alunannya saat itu juga. Lirik lagunya ini cocok banget sama Karla. Makanya Karla suka banget lagu ini. Apalagi bagian lirik lagu ini: "Berulang kali kau titip salam untuknya ku tak rela tuk menyampaikannya". Itu alasan kenapa Karla suka lagu ini

"Rein, iseng banget sih kamu!" Gerutu Karla kesal. Lagi-lagi hanya senyuman manis lagi diberikan sebagai jawaban. 

"Karla, weekend ini ada acara tidak? Temani aku yuk." rajuk Reino pada sobatnya itu. "Ada. Aku mau selesaikan tugas. Banyak gitu. Emang kamu udah selesai?" jawab Karla masih dengan sedikit nada kesal. 

"Justru itu, temani aku selesaikan semua tugas itu di rumah Diandra. Aku sungkan nih kalau mau ke sana sendiri. Makanya ajak kamu. Mau ya, please?" suara Reino dibuat selembut mungkin. Dia tahu banget kalau sobatnya hampir selalu luluh dengan cara yang satu ini.

Karla menatap serius ke Reino. Itu membuat Reino salah tingkah kini. "Kenapa menatapku begitu? Mau?" tanya Reino menyelidik. "Oke. But in one condition, .." jawab Karla. 

Reino mengeryitkan keningnya. "Aduh apa ini pakai syarat segala, iya udah apa syaratnya?" jawab Reino dengan nada penasaran. "Kamu harus ikut bicara sama Diandra. Jangan cuma aku dan Diandra yang bicara. " kata Karla yang sangat mengenal sobatnya tiap kali minta bantuannya untuk pedekate (pendekatan) pada cewek. Selalu saja lebih banyak diam. Karla yang harus mengobrol banyak dengan teman cewek Reino.

Karla sering heran. Kenapa Reino bisa seberisik itu saat dengannya dan menjadi super pendiam bila bersama cewek lain. Nah kalau sudah begini, Karla yang marah-marah pada Reino di akhir pertemuan. Sesaat setelah mereka pulang. Kenapa temannya tak jua berubah. Entah berapa banyak cewek yang ditaksir Reino dan semua lewat begitu saja karena Reino kebanyakan diam. Karla jadi pengantar salam pada teman-teman cewek yang pernah ditaksir Reino.

"Emm, baiklah. Kucoba." sahut Reino pelan. "Dan ini yang terakhir aku akan berusaha membantumu. Jika kamu masih banyak diam saat bersama cewek yang kamu taksir." tegas Karla. Reino menatap sobatnya itu tak percaya. Karla tak pernah begitu selama ini. 

Dan akhir pekan itu, Karla dan Reino datang ke rumah Diandra. Lalu mereka belajar bersama.  Herannya, itu terjadi lagi. Saat bersama teman cewek yang disukainya, Reino lebih banyak terpaku. Lagi-lagi Karla jadi yang banyak bicara dengan Diandra. 

Karla kesal sekali. Dalam perjalanan pulang, Karla tak banyak bicara. Dia hanya diam seribu bahasa. Demikian juga Reino. Dia sadar kalau dirinya sudah tak bisa menepati janjinya. Dia masih juga lebih banyak diam saat bersama teman cewek lain yang disukainya. 

Karla tak banyak bicara, "Aku capek, mau langsung tidur. Kamu pulang saja ya". Reino hanya mengangguk, tanpa bicara lagi. Dia tahu, percuma jika mengajak Karla bicara saat itu. Moodnya sedang tidak baik kini.

Hari Senin tiba, di sekolah mereka masih tak bertegur sapa. Ini kelas terakhir di jenjang SMA atau kelas 12. Diandra masuk kelas dan melihat Karla. Entah karena alasan apa, Diandra merasa dekat dengan Karla sejak belajar bersama di akhir pekan lalu. 

"Karla, aku punya rahasia untukmu." kata Diandra ceria. Karla hanya menatap serius pada Karla siap mendengarkan. "Pacarku, Dino, mau pindah sekolah di sini. Hari ini mulai masuk. Aku tak sabar menunggu bertemu dengannya. Lama sekali kami tak bersua. Dia tinggal di jota lain. Tapi karena papanya pindah kerja ke kota ini, makanya kami bisa bersama satu kota lagi. Rasanya aku tak tahan ingin berbagi keceriaan hatiku ini." cerita Diandra tanp putus pada Karla. "Aduh, patah hati lagi deh si Reino". batin Karla. Karla hanya tersenyum kecil mendengarkan Diandra. 

Pulang sekolah, Reino seperti biasa mengajak Karla pulang bersama. "Karla, kemaren Minggu  malam, aku lewat depan rumah Diandra. Aku ingin coba berani dengan datang menemuinya sendiri. Tapi aku lihat dia bersama seorang cowok. Sepertinya dia udah punya kekasih ya. Aku patah hati." curhat Reino. Dan entah berapa kali Karla mendengar curhat Reino tentang patah hati. 

"Iya sudah diterima saja. Fokus aja belajar. Kita kan udah di penghujung masa sekolah. Bentar lagi kita mau kuliah. Kamu mau ambil jurusan apa ya. Aku mendadak lupa." Karla mencoba mengalihkan gundah Reino seperti biasanya. 

Reino juga tahu, tiap kali dia patah hati, selalu saja Karla mengarahkannya pada pembicaraan tentang study seusai kelas 12. Reino selalu bercanda dan mejawab sekenanya. Jawabannya pun terus berganti. Kadang bilang ingin sekolah seni, di kala lain pendidikan, lalu kedokteran, hukum dan lain-lain. Tak pernah serius dengan jawabannya. Sepertinya memang Reino belum benar-benar tahu apa yang diinginkannya. 

Beda dengan Karla yang sejak awal ingin masuk Fakultas Kedokteran. Karla selalu belajar giat dan sangat serius sehingga di masa-masa SMAnya ini dia tak mau memikirkan naksir sama cowok. Meskipun banyak teman cowok yang menitip salam lewat Reino. Satu sekolah tahu kalau mereka berdua bersahabat dekat. 

Kadang Karla dan Reino tertawa bersama saat mengingat-ingat masa-masa saling menyampaikan salam dari teman lain. Tapi jauh di dalam hati Karla, ia sering tak rela setiap kali menyampaikan salam dari Reino kepada teman-teman cewek lainnya. Tanpa disadarinya, mungkin Karla sudah menyimpan rasa sendiri pada Reino.

Sesampainya di rumah Karla, "Rein, maukah kau berjanji satu hal sekarang padaku?" Karla berbicara serius pada Reino. "Apa?" Jawab Reino singkat. "Berhentilah naksir sama teman cewek. Seriuslah belajar dan tentukan pilihan dengan tegas mau ambil kuliah apa." jawab Karla dengan sangat serius. 

"Aku sudah tahu apa yang paling kuinginkan sebenernya. Aku juga serius mempersiapkannya." jawaban Reino membuat Karla kaget. Benarkah selama ini ada yang terlewatkan dari pengamatannya pada Reino. "Oh ya, apa? Kamu selalu berganti-ganti jawaban tiap kutanya masalah kuliah. Kukira kau belum tahu yang kau ingin kerjakan ke depan."

Reino menyeringai dan berkata " Kau tak ingin menghibur hati temanmu ini yang sedang patah hati?" Karla menepuk bahu Reino keras. "Patah hati bagaimana, nyambung aja belum sempat. " jawaban Karla membuat Reino tertawa. "Eh iya juga ya. Nyambung aja belum koq patah, bener juga apa yang kau bilang. Bisa minta segelas es jeruk?" sahut Reino seperti biasanya kalau sudah tiba di rumah Karla. 

Semenjak itu, Reino tak pernah lagi bercerita kalau dia sedang naksir cewek lain. Dan rasanya Reino memang tak pernah lagi naksir teman cewek lagi. Dia sungguh-sungguh mengikuti saran Karla untuk serius belajar. 

Kini kalau belajar kelompok mengerjakan tugas, mereka hanya melakukannya berdua saja. Masa-masa menitipkan salam dan menyampaikan salam sudah tidak ada lagi. Reino selalu menjawab teman yang menitip salam untuk Karla, "Karla tidak menerima salam dalam  bentuk apapun. Bilang aja sendiri. Aku berhenti jadi penyampai salam." Jawaban Reino membuat teman-temannya mengira Karla sudah punya kekasih.

Masa SMA atau kelas 12 pun berlalu. Merwka telah lulus kini."Reino, aku punya berita baik. Aku senang banget. Aku diterima di Fakultas Kedokteran UI. Kasi aku selamat dong." Karla bercerita dengan senang. "Eh kamu diterima di mana?" tanya Karla penasaran. 

"Sama denganmu" jawab Reino tenang. Karla terperanjat. "Serius?" Karla memang saking seriusnya belajar sampai tak sadar kalau Reino ambil pilihan kuliah yang sama dengannya. Ah mungkinkah ada kisah lain di masa kuliah nanti antara Reino dan Karla?

 ... tamat ...


Lagu: Demi Hati 

Penyanyi: Yovie Nunno

Written by Ari Budiyanti

Sunday, 29 March 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun