Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen (IL) Dia Bukan Untukmu

29 Maret 2020   18:43 Diperbarui: 29 Maret 2020   18:52 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua bunga artifisial. Iluatrasi dua sahabat. Photo by Ari.

Karla tak banyak bicara, "Aku capek, mau langsung tidur. Kamu pulang saja ya". Reino hanya mengangguk, tanpa bicara lagi. Dia tahu, percuma jika mengajak Karla bicara saat itu. Moodnya sedang tidak baik kini.

Hari Senin tiba, di sekolah mereka masih tak bertegur sapa. Ini kelas terakhir di jenjang SMA atau kelas 12. Diandra masuk kelas dan melihat Karla. Entah karena alasan apa, Diandra merasa dekat dengan Karla sejak belajar bersama di akhir pekan lalu. 

"Karla, aku punya rahasia untukmu." kata Diandra ceria. Karla hanya menatap serius pada Karla siap mendengarkan. "Pacarku, Dino, mau pindah sekolah di sini. Hari ini mulai masuk. Aku tak sabar menunggu bertemu dengannya. Lama sekali kami tak bersua. Dia tinggal di jota lain. Tapi karena papanya pindah kerja ke kota ini, makanya kami bisa bersama satu kota lagi. Rasanya aku tak tahan ingin berbagi keceriaan hatiku ini." cerita Diandra tanp putus pada Karla. "Aduh, patah hati lagi deh si Reino". batin Karla. Karla hanya tersenyum kecil mendengarkan Diandra. 

Pulang sekolah, Reino seperti biasa mengajak Karla pulang bersama. "Karla, kemaren Minggu  malam, aku lewat depan rumah Diandra. Aku ingin coba berani dengan datang menemuinya sendiri. Tapi aku lihat dia bersama seorang cowok. Sepertinya dia udah punya kekasih ya. Aku patah hati." curhat Reino. Dan entah berapa kali Karla mendengar curhat Reino tentang patah hati. 

"Iya sudah diterima saja. Fokus aja belajar. Kita kan udah di penghujung masa sekolah. Bentar lagi kita mau kuliah. Kamu mau ambil jurusan apa ya. Aku mendadak lupa." Karla mencoba mengalihkan gundah Reino seperti biasanya. 

Reino juga tahu, tiap kali dia patah hati, selalu saja Karla mengarahkannya pada pembicaraan tentang study seusai kelas 12. Reino selalu bercanda dan mejawab sekenanya. Jawabannya pun terus berganti. Kadang bilang ingin sekolah seni, di kala lain pendidikan, lalu kedokteran, hukum dan lain-lain. Tak pernah serius dengan jawabannya. Sepertinya memang Reino belum benar-benar tahu apa yang diinginkannya. 

Beda dengan Karla yang sejak awal ingin masuk Fakultas Kedokteran. Karla selalu belajar giat dan sangat serius sehingga di masa-masa SMAnya ini dia tak mau memikirkan naksir sama cowok. Meskipun banyak teman cowok yang menitip salam lewat Reino. Satu sekolah tahu kalau mereka berdua bersahabat dekat. 

Kadang Karla dan Reino tertawa bersama saat mengingat-ingat masa-masa saling menyampaikan salam dari teman lain. Tapi jauh di dalam hati Karla, ia sering tak rela setiap kali menyampaikan salam dari Reino kepada teman-teman cewek lainnya. Tanpa disadarinya, mungkin Karla sudah menyimpan rasa sendiri pada Reino.

Sesampainya di rumah Karla, "Rein, maukah kau berjanji satu hal sekarang padaku?" Karla berbicara serius pada Reino. "Apa?" Jawab Reino singkat. "Berhentilah naksir sama teman cewek. Seriuslah belajar dan tentukan pilihan dengan tegas mau ambil kuliah apa." jawab Karla dengan sangat serius. 

"Aku sudah tahu apa yang paling kuinginkan sebenernya. Aku juga serius mempersiapkannya." jawaban Reino membuat Karla kaget. Benarkah selama ini ada yang terlewatkan dari pengamatannya pada Reino. "Oh ya, apa? Kamu selalu berganti-ganti jawaban tiap kutanya masalah kuliah. Kukira kau belum tahu yang kau ingin kerjakan ke depan."

Reino menyeringai dan berkata " Kau tak ingin menghibur hati temanmu ini yang sedang patah hati?" Karla menepuk bahu Reino keras. "Patah hati bagaimana, nyambung aja belum sempat. " jawaban Karla membuat Reino tertawa. "Eh iya juga ya. Nyambung aja belum koq patah, bener juga apa yang kau bilang. Bisa minta segelas es jeruk?" sahut Reino seperti biasanya kalau sudah tiba di rumah Karla. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun