Rasanya ingin Tuhan panggil saya saja waktu itu daripada menanggung lelah yang tak terkira. Mengerikan ya bahaya secara psikis yang dialami korban banjir seperti saya. Mata saya juga sempat bengkak. Mungkin lingkungan pasca banjir yang kotor menginfeksi saya. Tapi syukurlah bisa sembuh.
Begitulah kira-kira memori saya di masa lalu saat banjir melanda berulang kali di kediaman tercinta dan hampir merenggut nyawa. Syukur kepada Tuhan saya dan keluarga masih tertolong sehingga masih bisa melanjutkan hidup hingga saat ini.Â
Turut prihatin sedalamnya dari hati saya bagi semua warga Indonesia yang terkena banjir. Semoga lekas surut dan ada pemulihan pasca banjir bagi fisik dan mental. Teriring doa tulus dari saya yang pernah dan sering kebanjiran rumahnya di amss lalu. Semoga tidak ada lagi banjir-banjir besar di kemudian hari. Salam empati dari saya.
...
Written by Ari Budiyanti
9 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H