Dinda menatap ke arah Dinda " Aku mau pamitan sama om, tante dan kak Dayu ya"
Dinda meninggalkan Dodi dan Dandi di teras rumah.
"Kau jaga Dinda baik-baik. Ingat, aku mengawasimu. Jangan pernah menyakiti hatinya. Aku sudah menganggap Dinda seperti adikku" kata Dandi dengan nada tegasnya.Â
Dodi mengangguk. "Aku pasti menjaganya. Terimakasih"Â
Kata terimakasih dari Dodi menyiratkan makna, sebagai sesama lelaki dewasa, Dodi tahu kalau rasa yang dimiliki Dandi lebih dari sekedar menganggap Dinda sebagai adik. Tapi dia tak ingin membahasnya. Dodi tak ingin menyakiti hati Dandi.
"Aku udah siap" kata Dinda yang sudah berada di teras rumah. "Tante pesan, kamu udah dibuatkan sarapan di ruang makan. Aku pergi dulu ya Dan" Dandi hanya mengangguk. Di melepas pergi dua sejoli.
"Ah rasa, mengapa kau membuatku sesakit ini
Bila aku harus melepas pergi sebuah mimpiÂ
Tak bisakah aku sekedar berbagi
Oh mengapa menjadi sepahit ini"
Aku  baru saja berpuisi ya, keluh Dandi. Mengapa patah hati ini membuatkan jadi berpuisi, bukankah aku tak pernah berpuisi sebelumnya.Â