Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Din and Dan

29 November 2019   20:45 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang bunga Wijaya Kusuma. Photo by Ari

"Dandi, bangun. Ada Dinda di ruang tamu" sepagi ini suara Dayu, kakak perempuannya membangunkannya. Bersamaan pintu kamarnya yang dibuka tanpa permisi. Selesai beberes cepat, mandi dan sudah wangi, Dandi turun untuk menemui sahabatnya. Didapatinya Dinda sedang mengobrol dengan mama dan papanya. 

"Pagi Pa, Ma. Hai Din" semua menoleh ke arah Dandi. Dayu datang dari dapur membawa makanan dan minuman untuk disajikan. Papa dan Mama Dandi menjawab sapaan Dandi lalu berbicang sejenak bersama.

"Dan, ini loh ditungguin dari tadi sama Dinda. Lama banget baru turun" kata Papa Dandi. 

"Lagian Pa, si Dinda ini sepagi gini udah main aja. Dia tuh yang mainnya kepagian. " Dandi menunjuk ke arah Dinda yang bengong mendengar kata-kata Dandi.

"Tumben Dan, biasanya kamu yang pagi-pagi banget main ke rumah Dinda. Kalian kan sahabatan sejak kecil juga." Kata mama Dandi. Dandi diam tak menjawab. 

"Dan, kamu baik-baik saja? " Tanya Dinda tiba-tiba. Dinda merasa aneh dengan sikao Dandi yang sepertinya tidak suka dengan kehadiriannya. Biasa bagi Dinda dan Dandi untuk saling mengunjungi di pagi hari saat libur. Lalu menghabiskan waktu bersama seharian dengan berbagai acara. 

"Dinda, Om dan Tante ke ruang belakang dulu ya. Kalian mengobrol saja, ayo Pa, Dayu" kata mama Dandi seraya berdiri dan pergi meninggalkan Dinda dan Dandi. Mama Dandi memang peka. Dinda hanya mengangguk.

"Dan, apakah aku membuatmu marah karena sesuatu?" Dinda langsung menanyakan kegundahan dan prasangka hatinya. Dandi hanya menggeleng. "Keluar yuk, makan bubur ayam di depan pasar" kata Dandi mengalihkan perhatian. 

"Aku sudah sarapan. Tapi aku temani yuk." Dandi menggeleng. "Tidak jadi ah, ga seru juga aku makan sendirian." Dandi akhirnya makan makanan yang dibawakan kakaknya, Dayu. Dinda merasa bersalah karena menolak ajakan makan bubur ayam favorit Dandi. Tapi dia memang masih kenyang. 

"Dan, aku rasa kau sepertinya sedang tak ingin mengobrol ya?" Dinda mengurungkan niatnya untuk mencurahkan hatinya mengenai Dodi. Mungkin bukan waktu yang tepat. Mereka berdua akhirnya saling diam. 

Dinda jujur merasa bingung dengan sikap sahabatnya. Apakah dia berubah karena Dodi? Ingin semua tanya itu dia sampaikan pada Dandi, tapi melihat gelagat Dandi yang malas bicara, Dinda pun akhirnya hanya diam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun