"Dandi, bangun. Ada Dinda di ruang tamu" sepagi ini suara Dayu, kakak perempuannya membangunkannya. Bersamaan pintu kamarnya yang dibuka tanpa permisi. Selesai beberes cepat, mandi dan sudah wangi, Dandi turun untuk menemui sahabatnya. Didapatinya Dinda sedang mengobrol dengan mama dan papanya.Â
"Pagi Pa, Ma. Hai Din" semua menoleh ke arah Dandi. Dayu datang dari dapur membawa makanan dan minuman untuk disajikan. Papa dan Mama Dandi menjawab sapaan Dandi lalu berbicang sejenak bersama.
"Dan, ini loh ditungguin dari tadi sama Dinda. Lama banget baru turun" kata Papa Dandi.Â
"Lagian Pa, si Dinda ini sepagi gini udah main aja. Dia tuh yang mainnya kepagian. " Dandi menunjuk ke arah Dinda yang bengong mendengar kata-kata Dandi.
"Tumben Dan, biasanya kamu yang pagi-pagi banget main ke rumah Dinda. Kalian kan sahabatan sejak kecil juga." Kata mama Dandi. Dandi diam tak menjawab.Â
"Dan, kamu baik-baik saja? " Tanya Dinda tiba-tiba. Dinda merasa aneh dengan sikao Dandi yang sepertinya tidak suka dengan kehadiriannya. Biasa bagi Dinda dan Dandi untuk saling mengunjungi di pagi hari saat libur. Lalu menghabiskan waktu bersama seharian dengan berbagai acara.Â
"Dinda, Om dan Tante ke ruang belakang dulu ya. Kalian mengobrol saja, ayo Pa, Dayu" kata mama Dandi seraya berdiri dan pergi meninggalkan Dinda dan Dandi. Mama Dandi memang peka. Dinda hanya mengangguk.
"Dan, apakah aku membuatmu marah karena sesuatu?" Dinda langsung menanyakan kegundahan dan prasangka hatinya. Dandi hanya menggeleng. "Keluar yuk, makan bubur ayam di depan pasar" kata Dandi mengalihkan perhatian.Â
"Aku sudah sarapan. Tapi aku temani yuk." Dandi menggeleng. "Tidak jadi ah, ga seru juga aku makan sendirian." Dandi akhirnya makan makanan yang dibawakan kakaknya, Dayu. Dinda merasa bersalah karena menolak ajakan makan bubur ayam favorit Dandi. Tapi dia memang masih kenyang.Â
"Dan, aku rasa kau sepertinya sedang tak ingin mengobrol ya?" Dinda mengurungkan niatnya untuk mencurahkan hatinya mengenai Dodi. Mungkin bukan waktu yang tepat. Mereka berdua akhirnya saling diam.Â
Dinda jujur merasa bingung dengan sikap sahabatnya. Apakah dia berubah karena Dodi? Ingin semua tanya itu dia sampaikan pada Dandi, tapi melihat gelagat Dandi yang malas bicara, Dinda pun akhirnya hanya diam.Â