Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Din and Dan

29 November 2019   20:45 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang bunga Wijaya Kusuma. Photo by Ari

"Aku cemburu" tiba-tiba kalimat itu muncul begitu saja tersuarakan dari mulut Dandi. "Aku tahu, kau hanya menganggapku sahabat atau mungkin kakak. Tapi ternyata aku mempunyai rasa yang lain padamu. Aku tidak suka melihat kedekatanmu dengan Dodi."

Dinda terhenyak kaget tak terkira. Dia sama sekali tak menyangka kalau sahabatnya jatuh cinta padanya. Dia selama ini hanya menganggap Dandi sahabat baik. Tak pernah terbersit ingin menjadi kekasih. Apakah dengan pengungkapan rasa yang seperti ini akan membuat hubungan Dandi dan Dinda merenggang. 

"Tak usah bicara lagi. Aku tahu pasti rasamu hanya pada Dodi. Dia sosok laki-laki yang kau nanti selama ini kan." 

Dinda masih diam. Rasa sayangnya pada Dandi tak pernah bisa melebihi rasa persahabatan. Apakah sahabat bisa jadi cinta? Nyatanya bisa buat Dandi. Namun tidak bagi Dinda. Hatinya sudah terpaut pada sosok Dodi. 

"Apakah kita masih bisa tetap bersahabat?" Tanya Dinda pelan. Ada sedih melanda hatinya. Akankah demi bersama Dodi dia akan kehilangan sahabatnya? Kau harus pilih Dandi dan bersahabat terus dengannya namun tidak bersama lelaki pujaan hatinya, Dodi si musisi dan pemuisi itu. Ingin rasanya semua rasa tumpah dalam deraian air mata. 

Dandi yang sangat mengenali sahabatbya merasa bersalah. Dia tak ingin membuat Dinda menangis. Namun dia bisa melihat tanda-tanda akan meruah tumpah air mata itu. Secepat yang dia bisa dia berseru

"Ho ho ho, astaga sebentar lagi ada banjir air mata ya. Aduh harus segera beli es krim nih. Tenang saja, kita masih tetap bersahabat koq Din. Tentang rasaku padamu, anggaplah angin lalu. Ga usah pake nangis di sini. Ntar aku diomelin orang serumah udah bikin kamu nangis" kata Dandi sambil tertawa menggoda Dinda. 

Dinda merasa lega. Dandi masih mau bersahabat dengannya meski mungkin akan sedikit beda. HP Dinda berbunyi, sebuah panggilan telepon dari Dodi. 

"Iya Dodi, aku masih di rumah Dandi. Kamu sudah di depan rumah Dandi? Oke aku keluar"

Dandi menatap Dinda. "Koq Dodi tahu rumahku" sambil berjalan mengiringi Dinda ke luar menemui Dodi. Dinda hanya mengedikkan bahu. 

"Dodi, kamu tahu dari mana kalau Dinda ada di sini?" Tanya Dandi. "Tadi aku ke rumah Dinda, tapi kata mami Dinda, Dinda lagi di rumah Dodi. Lalu aku ditunjukkan di sini rumahmu. Jadi kususul Dinda kemari."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun