Kata-kata timbul dari hati. Hati yang baik akan mengeluarkan kata-kata yang baik. Hati yang tidak baik akan mempengaruhi pula dalam bertutur kata. Apakah Anda setuju? Hati adalah pusat terjadinya kehidupan dalam diri kita. Dari sanalah terpancar kehidupan. Mengapa bisa demikian? Jika hati kita berpusat pada Tuhan, maka berbahagialah kita menjalani kehidupan.
Manusia menimbang-menimbang segala perkara di dalam hati. Memikirkannya dengan seksama sebelum akhirnya memutuskan untuk bertindak. Itulah bijaksana kehidupan.Â
Seseorang yang menjalani hidup hanya mengalir saja, tidak mempunyai perencanaan yang matang, terkadang lebih mudah terbawa arus. Bila arus membawanya ke hal-hal baik, beruntunglah dia. Jika arus mengajaknya ke tempat yang tidak baik, celakalah dia. Baiklah setiap kita mempunyai prinsip-prinsip kehidupan yang memberi arah yang baik. Jangan ijinkan pengaruh buruk sekitar kita menjadikan kita jadi sama buruk.Â
Hal praktis termudah mengenai ini adalah lisan kita. Setiap kita wajib mengoreksi diri sendiri. Bagaimana hasil dari setiap tutur kata kita. Kita kadang menyanggah dan membela diri. Karena orang lain yang memicu emosi kita, maka kita mengucapkan kata-kata kasar.Â
Atau saat orang lain melukai kita dalam kata, kita pun ingin membalas, bahkan dengan kadar melukai yang lebih besar. Bagaimana tidak? Itu natur manusia pada umumnya. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa seperti kita semua. Pasti pernah mengalami khilaf dalam berkata-kata ataupun bertindak. Sesabar-sabarnya manusia, pasti pernah sekali atau dua kali hilang sabar.Â
Masalahnya, itu bukan jadi dalih kita untuk membebaskan diri dari tanggung jawab kita terhadap respon orang lain. Meskipun kita menilai, tindakan kita terpaksa buruk pada orang lain karena mereka lebih dulu melakukan hal itu pada kita, sebenarnya kita sedang sama buruknya dengan mereka yang memulainya. Apa bedanya?Â
Lebih mudah menuliskan semua ini, dibandingkan melakukannya. Tapi saya akan tetap tuliskan. Daripada kita terjebak dalam keadaan buruk yang disebabkan oleh orang lain,( dalam arti ikut-ikutan menjadi buruk dengan mereka), ada beberapa saran saya untuk menjaga hati kita agar tetap bisa baik dalam kondisi sekeliling yang buruk.Â
....
1. Tindakan dan perkataan kita seharusnya memberi dorongan/motivasi pada orang lain.
Jika saya tuliskan di sini sebagai perkataan, tentu saja dalam makna lain termasuk tulisan-tulisan kita. Karena tulisan-tulisan kita adalah refleksi perkataan kita. Buah pemikiran kita.
Sejauh mana semua tindakan, perkataan dan tulisan kita sudah memberikan motivasi pada orang lain? Saya memperhatikan kebiasaan-kebiasaan di Kompasiana, bagaiamana para kompasianer saling memotivasi dalam menulis. Komentar yang diberikan pun banyak yang bernuansa membangun. Saya senang sekali berada di lingkup yang seperti ini.Â
2. Tindakan dan perkataan kita seharusnya memberi pengharapan pada orang lain.
Penting sekali bagi seseorang untuk mempunyai pengharapan yang nyata. Karena tanpa harapan, hidup akan berasa hampa dan sia-sia. Tujuan apa yang ingin diraih akan menjadi samar dan tak terkendali. Berbahaya jika orang hidup tanpa pengharapan. Banyaknya kasus "suicide" di dunia, salah satunya adalah karena kehidupan tanpa pengaharapan.Â
Mari kita bersama hidup dengan memberikan kepastian adanya pengharapan akan masa depan bagi orang-orang di sekeliling kita. Gunakan kata-kata positif dan karya nyata yang menunjukkan pada dunia bahwa hifup ini layak dijalani dengan penuh semangat dan pengharapan.Â
3. Tindakan dan perkataan kita seharusnya memberi kasih/perhatian pada orang lain.
Siapakah orang yang menolak untuk diperhatikan dan dikasihi? Sebagai mahluk sosial, setiap kita pasti membutuhkan perasaan dikasihi dan diterima oleh masyarakat. Ya, lingkungan terdekst adalah keluarga dan teman.Â
Bila setiap kita mengembangkan hidup yang penuh cinta kasih dan kepedulian tulud pada sesama, niscaya kehidupan akan berjalan jauh lebih baik dan mudah.Â
....
Bila ketiga hal di atas kita lakukan sepanjang masa, sepanjang hayat kita, tentulah kehidupan di sekitar kita akan lebih beraura positif dan penuh semangat.Â
Marilah bersama-sama kita memperbaiki cara kita berkomunikasi dengan sesama. Tebarkanlah lebih banyak kebaikan dan kemurahan hati dengan ketulusan dan kerendahan hati agar dunia menjadi semakin berwarna cerah oleh kehadiran kita.Â
Bila ada orang yang sengaja memancing amarah kita, membuat kita ingin melupakan emosi negatif pada sekeliling kita, segeralah tahan diri, kendalikan diri, berpikirlah jernih.Â
- Pilihlah tindakan-tindakan yang memberikan pengampunan/maaf pada perilaku buruk mereka.Â
- Pilihlah kata-kata pendamaian di antara mereka yang ingin memperkeruh keadaan. Jangan terpengaruh dalam kenegatifan mereka.Â
- Pilihlah kata-kata yang mendatangkan damai sejahtera bagi orang-orang di sekeliling kita.Â
- Pilihlah kata-kata yang penuh hikmat dan memberi dorongan iman bagi mereka yang mulai lemah dan putus asa.Â
Dan terakhir yang juga tak kalah penting adalah:Â
- Hindarilah kata-kata yang menimbulkan patah semangat, perpecahan, kutukan, kegetiran dan kebodohan.Â
Jauhkanlah semua itu dari hati kita.
..
Jika kita menggunakan semua disiplin sikap di atas dalam kehidupan keseharian kita, maka kita akan menjaga hati di sepanjang hayat kita. Selama nafas kehidupan masih  Tuhan anugerahkan pada kita, selama itulah kita bertugas untuk mendatangkan kebaikan di bumi, tempat di mana Tuhan tempatkan kita. Secara khusus di negara Indonesia. Lebih khusus di kota tempat tinggal kita. Lebih khusus lagi di tengah-tengah keluarga kita.Â
Demikian halnya dalam kita menggunakan media sosial, berlaku semua hal yang saya sampaikan di atas. Terlebih lagi, kita bisa mempengaruhi lebih banyak orang melalui  tulisan-tulisan kita di Kompasiana ini. Jadi, apa pilihan Anda? Mau memberi pengaruh baik atau sebaliknya? Kalau saya pilih memberikan pengaruh baik.Â
...
Salam hangat dan salam damai dari saya
...
Written by Ari Budiyanti
17 Mei 2019
Sumber Buku: Â
War of words by Paul David Trip
#menjagahatisepanjanghayat
#medsos
#Sebulan menjaga hati di media sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H