Mohon tunggu...
Ariasdi
Ariasdi Mohon Tunggu... Administrasi - Dunia Pendidikan

Catatan Kecil Dunia Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Viral, Obsesi Kids Zaman Now

21 Desember 2017   17:03 Diperbarui: 25 Desember 2017   18:49 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'VIRAL' menjadi kata yang cukup populer dewasa ini, mulai dari kalangan 'Gen-Z'. Kata tersebut berkembang seiring lajunya perkembangan fasilitas media sosial elektronik sebagai sarana publikasi ekspresi. Fenomena viral jadi obsesi. Budaya instan untuk terkenal menjadi magnet tersendiri bagi kalangan muda 'alay' (sebutan lain buat anak gaul).

Baca juga: "Kidzanow", Generasi Terbodoh yang Pernah  Ada.

Apa itu 'viral'?

Tidak banyak yang tahu bahwa 'viral' merupakan akronim dari 'virus' dan 'virtual'. Nah, kalau sudah disingkap seperti itu, jadi mudah menerjemahkannya. Mari kita bedah secara sederhana.

'Virus' merupakan benda kecil, bersifat parasit obligat yang tidak kasat mata (parasit mikroskopik). Sebagai makhluk hidup, virus juga memiki fase reproduksi. Celakanya, karena tidak memiliki peralatan seluler untuk mereproduksi sendiri, virus memanfaatkan sel makhluk hidup yang ditempatinya dengan cara menginvansi makhluk hidup tersebut. Perlahan tapi pasti, virus menjalar di sekujur tubuh yang diinvansinya. Dengan cara itulah virus berkembang biak.

Karena karakteristik dalam menjalankan fungsi biologisnya tersebut virus diasosiasikan dengan penyakit tertentu. Salah seorang yang terinfeksi virus adalah Raja Mesir, Ramses (Firaun) V, konon meninggal karena terserang virus smallpox (1196 SM). Cukup! Kepanjangan jika diuraikan 'virus smallpox itu apa' dan 'Ramses itu siapa'.

'Virtual' diidentikkan dengan bayangan, penggandaan, duplikasi yang bersifat fatamorgana atau 'seolah-olah' (realitas palsu/semu/maya). Istilah 'virtual' sering bersanding dengan teknologi komputerisasi.

Komputer diyakini sebagai alat yang mampu merepresentasikan alam nyata ke dalam bentuk-bentuk palsu tersebut, berupa kombinasi yang terintegrasi antara teks, gambar, animasi, audio, video (multimedia). Melalui alat berteknologi komputer juga, hasil representasi tersebut bisa digunakan atau dinikmati. Bentuk atau sosoknya, baik dua atau tiga dimensi, mampu menipu dan menghipnotis panca indera pencerapan manusia. Seakan-akan apa yang dialami tersebut benar-benar nyata, sehingga menimbulkan efek sensasi.

Dewasa ini, penggunaan virtualisasi sudah merambah ke segala lini kehidupan, seperti dunia pendidikan (education) atau hiburan (entertainment), sehingga dikenal juga istilah 'edutainment'. Lain kali saja kita bahas lebih mendalam seputar 'edutainment'.

Kita kembali ke 'viral'.

Nah, jika digabungkan, maka 'viral' dapat ditafsirkan secara sederhana; suatu wabah yang melanda dan menjangkiti/menghipnotis manusia tertentu melalui peralatan berteknologi komputer multimedia (penggabungan secara terintegrasi antara teks, gambar, animasi, audio maupun video) yang dapat menimbulkan sensasi penggunanya.

Sebagaimana layaknya 'budaya pop', viral juga digandrungi pada zamannya. Teknologi, yang bertujuan memudahkan pekerjaan manusia, memungkinkan siapapun dengan  gampang menciptakan virus tersebut sehingga mewabah dengan peralatan digital (komputer). Manusia yang dijangkitinya, dengan mudah dan leluasa berselancar mencari (atau kadang disuguhi) konten-konten yang sudah dirancang tersebut di dunia maya. Jika virus tersebut berkesan, menyenangkan, menggelikan, atau (bisa juga) bersifat provokatif, maka (biasanya) orang tersebut terdorong untuk membaginya (sharing/forward) kepada orang lain terdekat. Jadilah wabah yang disebabkan 'virus' di dunia 'virtual' atau 'viral'.

Indonesia orangnya banyak yang lucu-lucu. Menyenangkan dalam bergaul, menggelikan dalam kehidupan, masih ngakak walau hidup susah, atau kadang bertingkah usil, nakal, sedikit jahil dan provokatif. Dunia maya mudah menerima hasil karya dengan memasukkan karakteristik tersebut. Cukup variatif bentuknya, mulai dari teks, gambar, animasi, audio maupun video. Istilah 'meme'-pun muncul dari kreativitas mengolah kata, bentuk dan gerak di atas.

Teks atau kalimat, mudah sekali menjadi viral. Seiring berkembangnya teknologi telepon seluler dan perangkatnya, maka ha-pe pun semakin canggih dengan aneka fasilitas yang cukup menggiurkan dan memanjakan. Bermodalkan telepon pintar, memungkinkan pengguna saling bertukar informasi dalam bentuk multimedia dengan menggunakan aplikasi WhatsApp (WA).

Pengiriman pesan singkat melalui SMS yang biasanya menyedot pulsa dan karakter  terbatas, dengan fasilitas WA bisa lebih leluasa, selagi kuota internet masih tersisa. Aplikasi yang didirikan Brian Acton, Jan Koum dan dibantu temannya Alex Fishman (24/2/2009) dengan modal $400.000 tersebut begitu  populer dewasa ini, selain Tweeter, Black Barry Masanger (BBM) dan LINE.

Pesan atau berita berupa teks lebih terbuka menjadi viral melalui aplikasi di atas. Pada hari besar tertentu, dengan bermodal kopi paste, satu pesan akan cepat berpindah.

Ucapan Selamat Idul Fitri yang Anda buat dan kirim kepada seseorang misalnya, akan disebar juga kepada orang lain jika kalimatnya menarik dan gurih. Jangan heran seandainya  pesan yang Anda buat itu kembali lagi ke Anda dari pengirim berbeda.

Inilah realita dunia maya. Mulai dari cerita-cerita lucu (Balada Mukidi), kata-kata hikmah, hingga tulisan berbelangsungkawa bisa di-viral-kan. Pada saat pergantian tahun nanti telepon pintar Anda akan memuat pesan yang sama (Selamat Tahun Baru 2018) dari beragam relasi.

Sebagaimana halnya teks, video-pun melalui Youtube atau Facebook sangat mudah mengangkat karya sesorang menjadi viral. Masih ingat dua remaja puteri 'Sinta dan Jojo'? Lagu Keong Racun yang sedang top pada saat itu (2010) dibuat singkronisasi gerak bibir  (lips-sinc) oleh dua remaja puteri tersebut dengan gaya kocak dan tengil. Berbekal peralatan sederhana, video tersebut diunggah ke kanal Youtube. Boom! Meledak! Banyak yang gandrung. Diunduh lebih dari sembilan juta kali, membawa Sinta dan Jojo ke puncak ketenaran melebih pelantun aslinya, Lissa.

Duo mahasiswi yang berteman akrab sejak SMA tersebut tetap melanjutkan studinya di perguruan tinggi  berbeda. Sekarang Sinta (Sinta Nurmansyah), setelah menyelesaikan studi di Universitas Pasundan dan melepas masa remajanya (2013), memutuskan ikut suami dan bermukim di Perancis. Sedangkan Jojo (Jovita Adityasari) selepas kuliah di UPI, tetap eksis sebagai artis endorse produk pakaian muslim. Semakin cantik setelah berhijab.

Setahun kemudian muncul Norman Kamaru. Lantunan 'Chayya-Chayya' di posko jaga tempat dinasnya sebagai anggota kesatuan brigade mobil kepolisian perpangkat letnan, melambungkan namanya (2011). Video berjudul 'Polisi Gorontalo Menggila' yang diunggah ke Youtube dengan durasi 6 menit 30 detik tersebut menjadi viral. Hentakan gaya meniru gerakan Shakh Rukh Khan mengubah nasibnya. Norman diundang dalam berbagai acara. Sanjungan, pujian dan penghargaan membuat Norman larut. Kesibukan di dunia entertainmen memaksanya kepada pilihan; meninggalkan kesatuannya.

Beralih ke awal tahun 2016 media elektronik wara-wiri menayangkan kasus misteri kopi sianida yang menewaskan  Wayan Mirna Salihin. Jalannya sidang yang mendudukkan Jessica Kumala Wongso sebagai terdakwa, cukup menyedot perhatian publik dan menjadi viral.

Tahun 2016 ditutup dengan sebuah viral yang sangat fenomenal. Viral tersebut merambah ke berbagai belahan dunia. Video rekaman sekumpulan anak-anak di pinggir jalan raya, membawa tulisan dan berteriak 'Om Telolet Om' ketika bis antar kota melewati mereka menjadi penutup tahun yang manis. Suara terompet mobil tersebut menginspirasi selebriti internasional, seperti Zedd dan The Chainsmokers untuk dijadikan nada dasar karyanya. 'Om Telolet Om' menjadi topik utama di media sosial Facebook dan Tweeter. Bahkan seorang Ronaldo-pun ikutan latah.

Beberapa hari lagi 2017 meninggalkan kita. Sebagaimana halnya 2016, akhir tahun ini kita masih memiliki 'stock'.

'Tak Tun Tuang' tiba-tiba menyeruak dan menjadi calon kuat Nominator Video Viral Akhir Tahun. Lagu tersebut telah dilihat lebih dari 2 juta kali melalui kanal Youtube MVM Music.

Mari kita nikmati saja 'Tak Tun Tuang' dari Upiak Isil yang di-cover banyak orang tersebut. Jangan lihat dari tenggorokan siapa lagu itu dilantunkan. Sheryl Shazwanie itu dari Malaysia. Wonderframe itu dari Thailand. Vietnam dan Filiphina-pun dengan fasih menyanyikan lagu berbahasa Minang tersebut. Upiak Isil, si pelantun pertama, telah berhasil menyatukan rasa berbagai belahan dunia.

Viral sejati adalah yang bisa merekat rasa, persatuan dan kesatuan, hingga ke manca negara. Nanda Silvia (nama asli Upiak Isil), puteri kelahiran Bukittinggi , Sumatera Barat, 32  tahun silam tersebut telah membuktikannya.

Viral yang tidak melukai nurani menjadi obsesi Kids Zaman Now. Bahkan (mungkin) bagi siapa saja yang hidup di Zaman Now.

Kita tunggu viral-viral segar selanjutnya di tahun 2018.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun