"Saya juga bisa bilang naik Airbus bikin sakit. Tinggal saya cari-cari saja celahnya untuk dilakukan penelitian. Nanti silakan mereka membuktikan bahwa pesawatnya aman, seperti kita membuktikan minyak kelapa sawit tidak berbahaya bagi kesehatan," kira-kira begitu ucapan Enggar.
Tak cukup dengan ancaman boikot, Indonesia juga menempuh jalur diplomasi secara bilateral maupun multilateral. Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengusulkan uji ilmiah komprehensif dengan adil. Sudah jadi rahasia umum, penelitian yang menyebutkan dampak negatif minyak kelapa sawit dilakukan oleh negara-negara Eropa. Tidak mengherankan jika minyak rapeseed dan kedelai diklaim lebih sehat.
"Jadi pemerintah menolak apa yang sedang mau dilegalkan melalui delegated itu, karena menurut kita itu adalah tindakan yang diskriminatif. Kalau mau diuji ya mari kita uji secara keseluruhan," demikian kata Darmin.
Indonesia pun bakal membawa perkara diskriminasi ini ke hadapan WTO. Delegasi akan menuntut keadilan sikap, mengapa minyak kedelai dianggap low risk sedangkan minyak kelapa sawit high risk? Padahal dari sisi pengrusakan lingkungan, perkebunan kedelai memakan lahan lebih luas dibanding kelapa sawit.
Langkah lain yang mungkin bakal adalah menunda kemitraan dengan Uni Eropa. Saat ini, Indonesia-EU CEPA tengah dirundingkan secara intensif. Bila perkara kampanye hitam ini tak juga mencapai titik temu, hubungan kedua pihak terancam kian memanas. Apalagi Uni Eropa bersikukuh bakal menurunkan penggunaan bahan bakar berbasis CPO.
Membingungkan sekali, ya? Digunakan untuk minyak goreng, salah. Sudah dialihfungsikan sebagai bahan bakar energi terbarukan pun, tetap salah jua.
Pastinya, Indonesia tak bakal tinggal diam. Perkebunan kelapa sawit bukan industri kecil. Jika digabungkan dalam satu rantai pasokan besar, jutaan orang terlibat di dalamnya sebagai pekerja. Jutaan lainnya bergantung secara tidak langsung pada rantai pasokan tersebut sebagai sumber penghidupan.
Maka wajar saja pemerintah selalu marah-marah saat membahas kampanye hitam kelapa sawit. Sebab berkaitan langsung dengan kesejahteraan hidup orang banyak. Juga keamanan sumber perolehan devisa negara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H