Masyarakat Bima memiliki budaya pemeliharaan kuda yang unik dan khas. Kuda Bima biasanya diternakkan liar di alam terbuka, namun untuk tujuan tertentu akan dikandangkan di bawah kolong rumah panggung atau halaman rumah.
Masyarakat Bima memelihara kuda di alam terbuka karena adanya pemahaman bahwa kuda bisa lebih sehat, kuat, dan punya daya tahan yang tinggi jika dibiarkan berkeliaran di alam bebas. Kuda yang diternakkan liar di alam terbuka biasanya akan digunakan untuk pacuan kuda, yang merupakan tradisi dan hiburan bagi masyarakat Bima. Kuda yang diternakkan liar di alam terbuka juga lebih mudah beradaptasi dengan berbagai medan dan cuaca.
Kebiasaan masyarakat Bima memelihara kuda di dalam kandang bertujuan untuk melindungi kuda dari ancaman penyakit, pencurian, atau perburuan. Kuda yang dikandangkan di bawah kolong rumah panggung atau halaman rumah biasanya digunakan untuk transportasi, hewan peliharaan, atau sumber susu. Kuda yang dikandangkan di dalam kandang juga lebih mudah dijinakkan, dirawat, dan diperah.
Masyarakat Bima juga mempunyai kebiasaan pemberian nama pada kuda. Kuda Bima biasa diberi nama-nama yang khas, seperti Nasi Monca, Raja Bolo, Sari Bunga, dan lain sebagainya. Memiliki kuda Bima merupakan simbol kemapanan dan kebanggaan bagi keluarga pemiliknya.
Pemanfaatan Kuda Bima
Kuda Bima juga memiliki peran sosial dan ekonomis bagi masyarakat Bima. Kuda Bima digunakan sebagai sarana transportasi, baik untuk menarik gerobak barang, hasil pertanian, maupun manusia. Kuda Bima juga dijadikan sebagai hewan peliharaan, kuda tunggangan, dan kuda pacuan. Bentuk lain dari pemanfaatan kuda bima adalah sebagai penghasil susu kuda bima.
Transportasi
Kuda Bima digunakan sebagai alat transportasi tradisional yang dapat menarik gerobak barang, hasil pertanian, maupun manusia. Kuda Bima memiliki keunggulan dibandingkan kendaraan bermotor, yaitu lebih hemat biaya, lebih ramah lingkungan, dan lebih mudah melintasi medan yang sulit. Kuda Bima juga menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para pengunjung yang ingin merasakan sensasi berkendara dengan kuda.
Salah satu alat transportasi lokal yang menggunakan kuda Bima sebagai tenaga penarik adalah Benhur (baca: Benhu). Benhur juga dapat dijadikan sebagai alat rekreasi, baik untuk berkeliling desa/kota, maupun untuk mengunjungi tempat wisata.
Pacuan Kuda