Hal itu tidak pernah terpikir oleh Senji, karena anak perempuan mereka satu-satunya sudah memiliki keluarga sendiri dan tinggal di kota lain.
Suatu hari Mayu datang berkunjung dan mereka bertiga duduk di meja makan sambil menikmati teh hijau hangat.
"Aku ingin mengenalkan kamu ke Saori," kata sang ibu pada anaknya.
"Siapa Saori," jawab Mayu.
"Teman wanita ayahmu."
"Kenapa saya harus kenal dengan teman wanita ayah?" tanya Mayu sedikit heran.
Senji dan sang isteri sejenak terdiam, mencari jawaban yang  tepat.
"Karena dia tinggal disini, bersama kita." Akhirnya sang isteri menjawab. "Dia di kamar ayahmu sekarang."
Mayu segera melompat dan berlari seperti kucing ke kamar ayahnya. Tidak lama kemudian dia balik ke meja makan, langkahnya lunglai tidak bertenaga nyaris jatuh seakan tungkai kakinya lemah tidak bertenaga. Senji bangkit dari kursi dan membantu Mayu untuk berdiri tegak. Tapi Mayu menepis tangannya dan memandang wajah Senji dengan pandangan yang menjijikan. Rawut muka Mayu saat itu, terekam jelas dalam ingatan Senji hingga saat ini.
"Kamu pasti sudah mengantuk," kata Senji setelah menengak habis tetes terakhir.
Malam itu Senji tidur sambil memeluk Saori, Â kadang dia menangis terisak. Menangis karena isterinya telah pergi. Menangis karena mungkin Mayu tidak akan datang berkunjung lagi.