Mohon tunggu...
Ariana Rahmi
Ariana Rahmi Mohon Tunggu... Jurnalis - Citizen Journalist

Pemerhati Isu-Isu Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Akuntan di Balik Fraud Jiwasraya dan Melesetnya Penerimaan Pajak

8 Januari 2020   14:16 Diperbarui: 16 Januari 2020   19:02 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foursquare.com
Sumber foursquare.com

Kantor Kementerian Keuangan (KEMENTERIAN KEUANGAN)Kementrian Keuangan pasti sudah punya jawaban dan alasannya. Juga para oknum buzzer pajak.Direktur Potensi, Kepatuhan, Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Yon Arsal pernah menyampaikan bahwa sampai bulan Oktober saja realisasi penerimaan pajak masih mencapai Rp1.018,47 triliun atau 64,56 persen dari target APBN sebesar Rp1.577,56 triliun.

Namun sungguh tak masuk akal, bukankah Indonesia adalah negri penghasil beragam komoditas penting dunia seperti: minyak sawit 43. Juta ton (no 1); Kopi (no 4) 10 juta karung; karet (no 2) 3,1 juta ton;  cengkeh (no 1) 160.943 metrik ton; timah (no 2) 84.000 ton, tembaga no 2, nikel no 3; batu bara  (no 5) 386 juta ton; dan seterusnya.

Dengan potensi yang hanya dari bunga potong dan susu sapi saja, Belanda misalnya telah mampu menjadi negara sejahtera dengan pendapatan pajak yang besar. Di sini kita melihat, lagi-lagi peran akuntan pajak selain  fraud Jiwasraya.

Akuntan Beralih Profesi jadi Konsultan Pajak

Bukan rahasia umum lagi kini banyak akuntan yang beralih menjadi konsultan pajak dan berada di belakang perusahaan-perusahaan penghindar pajak. Alih-alih menggunakan ilmunya untuk membantu negara mereka malah melakukan praktek yang menguntungkan bagi para penghindar pajak.

Bahkan banyak akuntan yang dibiayai negara melalui STAN, bekerja di kantor pajak, lalu setelah kenal seluk beluk dan pejabat-pejabat tinggi pajak,  beralih nenjadi konsultan membantu pengusaha penghindar pajak tadi.

Mereka tentu berkilah satu saja yang bandel, mengapa digeneralisir? Maaf, harus saya katakan inilah saatnya dibenahi karena mereka tak dilengkapi standar etika yang diawasi dengan baik. Tambahan, kasusnya sudah sistemik dan menjadi rahasia umum.
Bahkan juga tak sedikit yang berkedok LSM, lembaga penekan semacam peneliti merangkap kolomnis dan narasumber, tapi tetap saja konsultan pajak untuk melobi (penghindaran) pajak.

Sekali lagi ini adalah peringatan bagi kita semua untuk tidak percaya begitu saja terhadap advis mereka yang menyesatkan bagi bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun