Dini Novita Sari, Pengamat sosial dan Ekonomi Keuangan telah memantik diskusi tentang peran para akuntan di balik krisis-krisis keuangan termasuk fraud Jiwasraya 2020. Â (Baca tulisannya di sini)
Saya sangat setuju dengan substansi isi tulisan itu dan hendaknya dijadikan introspeksi oleh para praktisi akutansi.Para akuntan jangan balik badan dan hendaknya mulai ikut bertanggungjawab. Sebesar itu professional fee-nya, seberat itu pula tanggungjawab harus dipikul.
Dalam Setiap Fraud Ada Akuntan Bermasalah
Harap dicatat dalam setiap kasus krisis keuangan dunia, termasuk di sini, selalu ada peran akuntan. Â Bahkan di Inggris kini ada gerakan untuk membatasi peran KAP The Big Four sekaligus mereformasi cara kerja akuntansi yang semakin jadul.
Metode double entry yang dikembangkan Luca Bartolomeo de Pacioli ini sudah berusia lebih dari 4 abad, dan mulai tak mampu menampung aspek-aspek kekinian.
Hampir tak ada ilmu lain yang buku panduannya masih dipakai mahasiswa sejak 40-50 tahun yang silam selain akutansi. Â Padahal dunia mulai meninggalkan tatacara bisnis masa lalu. Sudah bukunya jadul, banyak akuntan yang malas mendalami sistem baru karena berlindung dalam PSAK yang diatur orang-orang lama pula.
Harap dicatat dalam setiap Krisis keuangan yang berdampak luas di sini 1998 maupun di AS tahun 2008, juga dipicu oleh akuntan-akuntan bandel baik pada titik KAP, konsultan pajak maupun birokrasi dan otoritas pengawasnya.
Kini beban kita rangkap, ada akuntan di balik fraud Jiwasraya yang berpotensi menimbulkan krisis besar, dan ada akuntan di balik shortfall penerimaan pajak yang berakibat negri ini harus menerbitkan surat utang tambahan untuk menambal defisit APBN.
Auditor itu Bukan Wartawan Foto Candid
Saya sering mendengar para akuntan berdalih bahwa selama mengaudit mereka hanyalah bekerja bak wartawan foto. Jadi pekerjaannya hanya sekedar memotret secara candid.
Tentu saja tidak demikian! Kita semua tahu, Â Mereka adalah juru potret salon dengan keahlian photo editing dan photoshop. Â
Akuntan adalah arsitek yang dilengkapi ilmu sipil sehingga saran-sarannya bahkan perintahnya, bisa memindahkan pos pencatatan keuangan yang sekaligus bisa berdampak menyembunyikan persoalan. Itulah uniknya metode double entry: Ditahan di sini (atau saat ini) selalu muncul di tempat atau waktu lain.
Jadi ada moral judgment yang bisa mengakumulasi persoalan atau dipakai untuk mencegah persoalan menjadi lebih besar.
Dengan begitu, Â jasa akutansi bisa membuat perusahaan untung besar atau normal, atau bahkan rugi, bayar pajak besar atau kecil, menunda kerugian atau menanggung di depan, termasuk menentukan nasib penabung pada perbankan, pembeli jasa keuangan maupun para investor. Dan pada ujungnya kalau didapat yang bandel, tentu bisa berdampak sistemik.
Termasuk Shortfall Penerimaan Pajak
Sekarang terungkap satu isue lagi. Yaitu shortfall atau tak tercapainya penerimaan pajak yang tahun ini berkisar 20-30% dari target, Rp 259 triliun. Â Dan shortfall ini masih akan terus membesar.
Kantor Kementerian Keuangan (KEMENTERIAN KEUANGAN)Kementrian Keuangan pasti sudah punya jawaban dan alasannya. Juga para oknum buzzer pajak.Direktur Potensi, Kepatuhan, Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Yon Arsal pernah menyampaikan bahwa sampai bulan Oktober saja realisasi penerimaan pajak masih mencapai Rp1.018,47 triliun atau 64,56 persen dari target APBN sebesar Rp1.577,56 triliun.
Namun sungguh tak masuk akal, bukankah Indonesia adalah negri penghasil beragam komoditas penting dunia seperti: minyak sawit 43. Juta ton (no 1); Kopi (no 4) 10 juta karung; karet (no 2) 3,1 juta ton;  cengkeh (no 1) 160.943 metrik ton; timah (no 2) 84.000 ton, tembaga no 2, nikel no 3; batu bara  (no 5) 386 juta ton; dan seterusnya.
Dengan potensi yang hanya dari bunga potong dan susu sapi saja, Belanda misalnya telah mampu menjadi negara sejahtera dengan pendapatan pajak yang besar. Di sini kita melihat, lagi-lagi peran akuntan pajak selain  fraud Jiwasraya.
Akuntan Beralih Profesi jadi Konsultan Pajak
Bukan rahasia umum lagi kini banyak akuntan yang beralih menjadi konsultan pajak dan berada di belakang perusahaan-perusahaan penghindar pajak. Alih-alih menggunakan ilmunya untuk membantu negara mereka malah melakukan praktek yang menguntungkan bagi para penghindar pajak.
Bahkan banyak akuntan yang dibiayai negara melalui STAN, bekerja di kantor pajak, lalu setelah kenal seluk beluk dan pejabat-pejabat tinggi pajak, Â beralih nenjadi konsultan membantu pengusaha penghindar pajak tadi.
Mereka tentu berkilah satu saja yang bandel, mengapa digeneralisir? Maaf, harus saya katakan inilah saatnya dibenahi karena mereka tak dilengkapi standar etika yang diawasi dengan baik. Tambahan, kasusnya sudah sistemik dan menjadi rahasia umum.
Bahkan juga tak sedikit yang berkedok LSM, lembaga penekan semacam peneliti merangkap kolomnis dan narasumber, tapi tetap saja konsultan pajak untuk melobi (penghindaran) pajak.
Sekali lagi ini adalah peringatan bagi kita semua untuk tidak percaya begitu saja terhadap advis mereka yang menyesatkan bagi bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H