Oleh karena itu, diperlukan petunjuk klinis terkait pencegahan dan manajemen gagal ginjal kronis di tingkat layanan primer yang dapat disosialisasikan dan diimplementasikan oleh semua dokter di Indonesia.
Rasa penasaran saya terus berkembang, membayangkan betapa hebatnya layanan kesehatan primer di Indonesia jika penelitian terkait faktor risiko dan model skrining faktor risiko dapat digunakan secara optimal di setiap layanan primer. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada dua hal penting yang harus ada.Â
Pertama, perlu dilakukan penelitian terkait adaptasi model skrining faktor risiko penyakit dari luar negeri yang mungkin telah ada sebelumnya, atau pembuatan model skrining baru jika belum pernah ada sebelumnya, yang sesuai dengan kemampuan layanan primer di Indonesia. Kedua, para pembuat kebijakan harus mampu menerjemahkan penelitian-penelitian tersebut menjadi panduan klinis yang praktis dan dapat diimplementasikan di seluruh layanan primer.Â
Penulis berharap bahwa tulisan ini akan menginspirasi para pembaca untuk meningkatkan penelitian tentang faktor-faktor risiko, terutama penelitian yang berkaitan dengan model penapisan atau skrining penyakit.Â
Penulis berharap akan lebih banyak individu dan kelompok yang terpanggil untuk mengembangkan metode skrining yang efektif, baik untuk penyakit menular maupun non-menular, yang dapat diterapkan di seluruh layanan primer di Indonesia.Â
Layanan primer harus selalu berfokus pada upaya promosi dan pencegahan. Sudah waktunya bagi Indonesia untuk mengikuti contoh positif dari negara maju dengan menempatkan Puskesmas sebagai pusat layanan primer yang berfokus pada promosi dan pencegahan. Selain itu, kemampuan dalam melakukan skrining serta edukasi terkait perkembangan alamiah suatu penyakit harus menjadi prioritas utama bagi dokter-dokter umum di Indonesia.Â
Namun, untuk mencapai tujuan ini, dilema kuantitas dan kualitas dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia jelas dan wajib harus diperhatikan. Seorang dokter tidak akan dapat melakukan skrining dan edukasi secara maksimal jika jumlah pasien yang harus ditangani terlalu banyak. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan rasio antara jumlah Puskesmas dan populasi yang dilayaninya.
Mari giat menumbuhkan penelitian mengenai skrining faktor risiko penyakit di Indonesia, demi menciptakan sistem layanan kesehatan primer yang tangguh, demi efisiensi biaya penanganan penyakit katastropik, dan demi tercapainya status kesehatan warga negara Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H