Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Efisiensi Biaya Penanganan Penyakit Katastropik

4 Juni 2023   12:02 Diperbarui: 4 Juni 2023   23:00 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, diperlukan petunjuk klinis terkait pencegahan dan manajemen gagal ginjal kronis di tingkat layanan primer yang dapat disosialisasikan dan diimplementasikan oleh semua dokter di Indonesia.

Rasa penasaran saya terus berkembang, membayangkan betapa hebatnya layanan kesehatan primer di Indonesia jika penelitian terkait faktor risiko dan model skrining faktor risiko dapat digunakan secara optimal di setiap layanan primer. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada dua hal penting yang harus ada. 

Pertama, perlu dilakukan penelitian terkait adaptasi model skrining faktor risiko penyakit dari luar negeri yang mungkin telah ada sebelumnya, atau pembuatan model skrining baru jika belum pernah ada sebelumnya, yang sesuai dengan kemampuan layanan primer di Indonesia. Kedua, para pembuat kebijakan harus mampu menerjemahkan penelitian-penelitian tersebut menjadi panduan klinis yang praktis dan dapat diimplementasikan di seluruh layanan primer. 

Penulis berharap bahwa tulisan ini akan menginspirasi para pembaca untuk meningkatkan penelitian tentang faktor-faktor risiko, terutama penelitian yang berkaitan dengan model penapisan atau skrining penyakit. 

Penulis berharap akan lebih banyak individu dan kelompok yang terpanggil untuk mengembangkan metode skrining yang efektif, baik untuk penyakit menular maupun non-menular, yang dapat diterapkan di seluruh layanan primer di Indonesia. 

Layanan primer harus selalu berfokus pada upaya promosi dan pencegahan. Sudah waktunya bagi Indonesia untuk mengikuti contoh positif dari negara maju dengan menempatkan Puskesmas sebagai pusat layanan primer yang berfokus pada promosi dan pencegahan. Selain itu, kemampuan dalam melakukan skrining serta edukasi terkait perkembangan alamiah suatu penyakit harus menjadi prioritas utama bagi dokter-dokter umum di Indonesia. 

Namun, untuk mencapai tujuan ini, dilema kuantitas dan kualitas dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia jelas dan wajib harus diperhatikan. Seorang dokter tidak akan dapat melakukan skrining dan edukasi secara maksimal jika jumlah pasien yang harus ditangani terlalu banyak. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan rasio antara jumlah Puskesmas dan populasi yang dilayaninya.

Mari giat menumbuhkan penelitian mengenai skrining faktor risiko penyakit di Indonesia, demi menciptakan sistem layanan kesehatan primer yang tangguh, demi efisiensi biaya penanganan penyakit katastropik, dan demi tercapainya status kesehatan warga negara Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun