Faktor risiko tersebut meliputi penyakit hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskular, riwayat infeksi atau adanya batu pada saluran kemih, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan obesitas. Â
Dengan tingginya angka PTM kronis yang menyedot banyak dana JKN tersebut, saya kemudian berpikir bahwa masalah ini dapat timbul salah satunya ialah akibat lemahnya sistem kesehatan di tingkat layanan primer di Indonesia.Â
Sebagaimana yang pernah saya ulas di tulisan pertama saya, terdapat satu masalah besar yang ditemui para tenaga kesehatan di Puskesmas di Indonesia (tentu saja dari sekian banyak masalah lainnya), yakni masalah menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan.Â
Masalah saat harus menghadapi puluhan bahkan seringkali hingga ratusan pasien yang datang setiap harinya ke poli umum Puskesmas dengan jumlah tenaga kesehatan atau sebut saja jumlah dokter yang terbatas.Â
Banyak Puskesmas yang hingga kini memiliki jumlah dokter yang kurang dari jumlah ideal yang dipersyaratkan jika dikomparasi dengan jumlah penduduk yang dicakupnya.Â
Dengan demikian, menjadi keniscayaan jika kemudian para tenaga kesehatan tak mampu memberikan pelayanan yang komprehensif nan holistik untuk para pasiennya.Â
Lalu pula jelas menjadi tak terelakkan jika seluruh faktor risiko di satu pasien tidak dapat teridentifikasi oleh tenaga kesehatan. Memberi celah berkembangnya penyakit tak menular yang kronis dan ya tadi, yang memakan banyak biaya.
Mencegah PTM yang Menyedot Banyak Dana JKN: Alat dan Model Skrining yang Terintegrasi
Dalam situasi seperti ini, saya kemudian merasa bahwa ada sesuatu yang seharusnya ada di meja pemeriksaan pada fasilitas-fasilitas layanan kesehatan tingkat primer di Indonesia, yaitu sebuah model atau alat skrining yang terintegrasi terkait penyakit tak menular, terutama penyakit kronis, yang dapat digunakan secara praktis di tingkat layanan primer di Indonesia.Â
Rasa penasaran saya kemudian saya lanjutkan dengan mencari jurnal yang membahas mengenai model skrining penyakit tak menular yang dapat diterapkan di Puskesmas dan klinik di Indonesia.Â
Saya kemudian terdorong untuk melakukan pencarian jurnal dengan kata kunci seperti model, promotif, dan preventif yang mengarahkan saya lalu menemukan sebuah penelitian yang berjudul "Making and Validating a Promotive and Preventive Effort Model for Stages 1-5 of Chronic Kidney Disease in Primary Care Services"Â penelitian oleh Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini menyampaikan bahwa masih banyak dokter di layanan primer yang belum sepenuhnya memahami faktor-faktor risiko penyakit gagal ginjal.Â