Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Celah Kebijakan Tata Laksana Diabetes Melitus di Layanan Primer

3 September 2022   21:11 Diperbarui: 5 September 2022   07:30 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Kedua dari "Realita Kebijakan Prolanis DM"

Diabetes Melitus Sebagai Penyakit Katastropik

Penyakit katastropik merupakan penyakit yang memerlukan perawatan yang lama dan biaya yang tinggi. 

Penyakit Diabetes Melitus atau DM ialah salah satunya. Banyak dari komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit DM ialah juga merupakan penyakit katastropik, seperti penyakit gagal ginjal. 

Nyatanya, hampir keseluruhan faktor risiko dari penyakit katastrofik termasuk DM ialah faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi, dengan kata lain ialah dapat dicegah.

Tindakan promotif dan preventif sebagai aksi yang dilakukan dari hulu kemudian menjadi kunci untuk menjamin keberlangsungan Dana Jaminan Sosial (DJS) untuk kesehatan, mengingat tingginya biaya pelayanan kesehatan yang selama ini ditimbulkan oleh penyakit-penyakit katastrofik.

Kendala Prolanis di Klinik Pratama dan Praktik Dokter Pribadi

Walau Prolanis di Puskesmas dalam pelaksanaannya masih memiliki beberapa kekurangan yang kemudian membawa banyak evaluasi dan memerlukan perbaikan dari berbagai aspek. Paling tidak, Puskesmas mampu menunjukkan bahwa Puskesmas merupakan FKTP yang paling siap dalam pelaksanaan Prolanis.

Prolanis merupakan singkatan dari Program Pengelolaan Penyakit Kronis. Dibuat sebagai sekumpulan kegiatan yang komprehensif dan terstruktur karena melibatkan kerja sama pemberi layanan kesehatan dan pasien sebagai penyandang DM. Tidak hanya kegiatan yang bersifat kuratif, namun juga promotif dan preventif.

Berbagai tingkatan prevensi dilakukan yakni prevensi primer, sekunder, hingga tersier. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun