Hari ini saya meresepkan obat untuk penderita skizofrenia di poli umum Puskesmas. Seperti biasa, pasien-pasien dengan masalah kejiwaan terutama kasus-kasus skizofrenia memang jarang dibawa serta.Â
Saya hanya dapat melakukan anamnesis kepada keluarga. Jika biasanya anamnesis dilakukan kepada anak pasien.
Hari ini tak saya sangka-sangka seorang tetangga dari pasien yang datang untuk memberikan perkembangan kondisi pasien dan mengambil obat yang kami resepkan.Â
Saya bertanya mengapa bukan anaknya yang datang seperti biasa. Dua tetangga pasien menjawab bahwa anak dari pasien berkata sudah tak ingin mengurusi lagi ibunya.Â
Terhitung sudah dua tahun sejak ibunya terdiagnosis dengan diagnosis kejiwaan skizofrenia. Sang anak pernah mengatakan dipertemuan kontrol sebelumnya.
Jika ia menikmati segala proses yang diberikan Allah YME untuk memberikan pengasuhan alias merawat ibunya dengan mengingatkan mandi, membuatkan makan, mengingatkan meminum obat, dan secara rutin mengajak ibunya berkomunikasi untuk mengetahui bagaimana perkembangan sang ibu.Â
Dari pertemuan saya dengan dua tetangga ini menyadarkan saya betapa besarnya beban kelelahan mental yang dialami seorang pengasuh dari pasien skizofrenia.Â
Seperti yang kita ketahui bersama, skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang memerlukan perawatan di rumah oleh para anggota keluarga. Menjalankan peran sebagai seorang pengasuh dari pasien skizofrenia tentu bukanlah tugas yang mudah.Â
Tak jarang para pengasuh pasien skizofrenia kemudian akan menunjukkan emosi negatif seperti malu, marah, dan frustasi.Â
Jika kita berpikir dengan adanya era Jaminan Kesehatan Nasional lalu dapat mengurangi beban finansial keluarga terkait biaya memeriksakan pasien kepada seorang ahli.