"Dok, apakah dokter memiliki tempat praktik mandiri selain bekerja di Puskesmas ini?" Tanya pasien setelah saya menutup edukasi dan menyerahkan resep obat kepada pasien dengan menanyakan apakah ada yang ingin si pasien tambahkan atau tanyakan.
"Saya dokter internship bu di sini. Internship itu semacam dokter yang baru saja lulus dari kuliah kedokteran dan lalu ditempatkan di Puskesmas dan Rumah Sakit di seluruh Indonesia di bawah pendampingan dokter senior untuk memahirkan praktik di lapangan, bu. Saya belum diperbolehkan untuk bekerja di praktik mandiri sebelum menyelesaikan program internship selama satu tahun ini."Â
Pasien nampak mengangguk mengisyaratkan paham bahwa saya adalah seorang dokter fresh graduate alias dokter junior yang belum memiliki kewenangan untuk memiliki ijin praktik di tempat lain selain tempat yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan untuk program internship ini.Â
"Wah, saya pikir ada tempat praktik mandirinya dok. Kalau begitu, apakah dokter ada nomor WhatsApp dok jika sewaktu-waktu saya ingin bercerita terkait keluhan saya? Saya senang sekali dokter adalah dokter yang mau mendengarkan keluhan saya."
"Oh boleh bu, namun mungkin konsultasi via WhatsApp nanti sifatnya akan membantu ibu saja ya untuk proses pengambilan keputusan untuk membawa ibu atau semisal keluarga ibu ke puskesmas dan gambaran apakah penyakit tersebut memiliki kemungkinan untuk dirujuk. Yang jelas, nanti saya pasti akan tetap mengarahkan ibu untuk pergi ke Puskesmas jika ada keluhan, agar tak ada pemeriksaan yang terlewatkan."
"Siap dokter tidak apa-apa." Kemudian saya memberikan nomor whatsapp saya kepada pasien.Â
Pasien ini merupakan pasien kedua di minggu ini yang menanyakan apakah saya memiliki tempat praktik mandiri.Â
Potongan percakapan di atas pada akhir interaksi saya di dalam ruang poli umum puskesmas bersama seorang ibu berusia tiga puluh delapan tahun yang mengeluhkan nyeri dan sensasi panas pada bagian ulu hatinya.
Saya pun di hari itu memberikan sebuah pencerahan penting yang akan saya ingat seumur hidup saya sebagai perpanjangan tangan Allah YME untuk memberikan kesembuhan kepada mereka yang membutuhkan.Â
Saat itu saya mendiagnosis keluhan pasien sebagai dispepsia. Saya tuliskan demikian karena ini keluhan yang baru saja muncul seminggu yang lalu dan tak pernah ada riwayat seperti ini sebelumnya.Â