Konflik yang konon katanya antara kesehatan dan ekonomi yakni saat rokok sudah jelas secara ilmiah sangat berbahaya untuk kesehatan yang mana menimbulkan berbagai penyakit dari kepala hingga kaki dan sudah seharusnya ditarik dari peredaran.
Masih saja harus ditahan karena ego dan alibi akan perusahaan-perusahaan rokok yang katanya menyerap banyak lapangan pekerjaan. Jadi kalau sudah begini, tak apa dong jika rokoknya saja yang saya marahi.Â
Penulis berharap, melalui tulisan ini dapat setidaknya memberikan potret sebuah lingkaran setan antara rokok, skizofrenia, dan kemiskinan. Lewat tulisan ini penulis tidak sama sekali mengatakan bahwa skizofrenia hanya terdapat pada masyarakat dengan ekonomi menengah bawah (kaum miskin).Â
Skizofrenia bisa terdapat pada siapapun mengingat faktor risikonya yang juga sangat beragam. Namun, skizofrenia dengan kemiskinan patut dijadikan perhatian berbagai pihak yang berwenang.Â
Sudah seyogyanya pasien skizofrenia dengan kemiskinan tak hanya dilihat dari segi medisnya saja, namun juga dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya.Â
Jika menangani dari segi medis saja, skizofrenia dan kondisi-kondisi gangguan kejiwaan lain tak akan teratasi secara sempurna. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap keadaan kejiwaan seseorang.Â
Oleh karena itu solusi terhadap mereka dengan gangguan kejiwaan dan kemiskinan tak terbatas hanya dengan penanganan medis saja.Â
Solusi terkait bagaimana memberdayakan ekonomi pasien dan keluarga dengan keadaan kejiwaannya yang membatasi produktivitasnya perlu dipikirkan agar mampu memutus lingkaran setan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H