Berawal dari kemiskinan yang menjadi faktor risiko alias pencetus keadaannya yang mana membuat pasien harus berjibaku dengan keadaan mentalnya dan akhirnya jatuh pada situasi dimana keadaan mentalnya tak memungkinkan ia untuk bekerja, pada akhirnya menurunkan produktivitasnya lalu akan semakin memperburuk kondisi ekonominya.Â
Dengan kondisi ekonominya yang sangat seadanya, hal yang begitu menyedihkan ialah pasien tak bisa melepaskan diri dari kecanduannya atas rokok. Tetangga mengatakan bahwa pasien rela tak makan nasi asal ia bisa tetap merokok.Â
Akhirnya karena tetangga tak tega melihat ia tak makan, beberapa memutuskan untuk membagikan beberapa batang rokoknya setiap harinya untuk pasien agar uang yang ia miliki dapat ia belikan makanan-makanan bergizi yang dapat menunjang kesembuhannya.Â
Dituturkan tetangga bahwa pasien memang seorang pecandu rokok sejak muda. Jumlah rokok yang sekarang ia konsumsi telah jauh sangat berkurang karena ia sudah tak memiliki uang untuk membelinya.Â
Padahal bisa saja jumlah yang ia inginkan sebenarnya lebih banyak dibanding saat ia tak mengidap skizofrenia.Â
Saya pernah membaca jurnal berjudul "Potent dopamine D2 antagonists block the reward-enhancing effects of nicotine in smokers with schizophrenia"Â terkait hubungan rokok dengan skizofrenia.Â
Dikatakan rokok memiliki hubungan erat dengan kejadian skizofrenia dan skizofrenia pun memiliki hubungan erat dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, setelah seorang perokok memiliki skizofrenia.Â
Rasanya ingin sekali saya memarahi rokok walau saya tahu ia adalah benda mati, melihat betapa kejamnya rokok si penguras kantong ini telah berhasil memperdaya pasien saya yang keadaan ekonominya sudah begitu miris dan kondisi kejiwaannya yang sedang dalam proses penyembuhan bahkan sesekali masih sering kambuh, harus terperangkap dalam jerat candunya.Â
Keadaan ekonomi pasien sebelum ia mengidap skizofrenia tak menutup kemungkinan salah satunya diperburuk akan kecanduannya terhadap rokok.Â
Bayangkan saja berapa banyak uang yang bisa ia tabung selama sebulan atas 3 bungkus rokok per harinya. Kalikan saja berapa hari, berapa bulan, berapa tahun ia telah merokok sedari muda.
Mengapa saya ingin memarahi rokok padahal ia adalah benda mati? Karena polemik pro dan kontra terkait rokok telah memuakkan saya.Â