Peranan wanita juga tidak kalah penting, wanita-wanita Iran berajasa besar dalam penumbangan dinasti Pahlavi. Mereka memegang senapan, membuat bom Molotov, membantu suami secara moral dan material dan ikut berdemonstrasi. Khomeini juga mengakui peranan wanita di Iran dalam revolusi.
NORMALISASI POLITIK PASCA REVOLUSI
Demi menciptakan sebuah “Negeri Asli Islam”, setidaknya Iran mencoba membangun politik Islam yang sesuai dengan identitas mereka (tidak seperti negeri tetangganya seperti Libya, Arab, Pakistan), maka dijadikanlah Ali bin Abi Thalib sebagi pedoman seorang pemimpin. Ekonomi yang dibangun di Iran sebisa mungkin tidak bergantung kepada Amerika dan negeri manapun.
Perencanaan pembangunan ekonomi Bani Shadr dilakukan sebagai upaya menormalisasikan ekonomi yang dapat dinikmati oleh pemilik modal dan para pekerja.
Dewan Revolusi Iran memerintah Iran setelah mundurnya pemerintahan sementara yang dipimpin Bazargan. Bani Shadr terpilih menjadi presiden pertama. Dewan ini menurut Bani Shadr bertujuan untuk membebaskan Iran dari ketergantungan militer dan ekonomi Amerika.
Setidaknya setahun setelah revolusi terjadi, pemerintahan Iran dipegang oleh faqih, presiden, perdana menteri, parlemen dan Dewan Pelindung Konstitusi.
Kekuatan terbesar dipegang oleh faqih dan dalam hal ini, Khomeini. Seandainya ia meninggal dunia maka Dewan Ahli memilih faqih baru yang memenuhi syarat. Jika tak ada yang memenuhi syarat, maka wewenang faqih akan dipegang oleh sebuah dewan yang beranggotakan 3 sampai 5 orang (foqaha).
Selanjutnya buku ini juga menjelaskan masalah yang terjadi pasca Revolusi, seperti masalah Kurdistan, Krisis Iran-Amerika, dinamika politik sesudah revolusi hingga kondisi iran pada abad ke 21 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H