Mohon tunggu...
Ariyan Abdillah
Ariyan Abdillah Mohon Tunggu... Penulis - Amor fati

Amor fati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "Revolusi Iran" (Cetakan Kedua, 2017) Karya Nasir Tamara

7 Desember 2020   16:11 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:43 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peranan wanita juga tidak kalah penting, wanita-wanita Iran berajasa besar dalam penumbangan dinasti Pahlavi. Mereka memegang senapan, membuat bom Molotov, membantu suami secara moral dan material dan ikut berdemonstrasi. Khomeini juga mengakui peranan wanita di Iran dalam revolusi.

NORMALISASI POLITIK PASCA REVOLUSI

Demi menciptakan sebuah “Negeri Asli Islam”, setidaknya Iran mencoba membangun politik Islam yang sesuai dengan identitas mereka (tidak seperti negeri tetangganya seperti Libya, Arab, Pakistan), maka dijadikanlah Ali bin Abi Thalib sebagi pedoman seorang pemimpin. Ekonomi yang dibangun di Iran sebisa mungkin tidak bergantung kepada Amerika dan negeri manapun. 

Perencanaan pembangunan ekonomi Bani Shadr dilakukan sebagai upaya menormalisasikan ekonomi yang dapat dinikmati oleh pemilik modal dan para pekerja. 

Dewan Revolusi Iran memerintah Iran setelah mundurnya pemerintahan sementara yang dipimpin Bazargan. Bani Shadr terpilih menjadi presiden pertama. Dewan ini menurut Bani Shadr bertujuan untuk membebaskan Iran dari ketergantungan militer dan ekonomi Amerika.

Setidaknya setahun setelah revolusi terjadi, pemerintahan Iran dipegang oleh faqih, presiden, perdana menteri, parlemen dan Dewan Pelindung Konstitusi. 

Kekuatan terbesar dipegang oleh faqih dan dalam hal ini, Khomeini. Seandainya ia meninggal dunia maka Dewan Ahli memilih faqih baru yang memenuhi syarat. Jika tak ada yang memenuhi syarat, maka wewenang faqih akan dipegang oleh sebuah dewan yang beranggotakan 3 sampai 5 orang (foqaha).

Selanjutnya buku ini juga menjelaskan masalah yang terjadi pasca Revolusi, seperti masalah Kurdistan, Krisis Iran-Amerika, dinamika politik sesudah revolusi hingga kondisi iran pada abad ke 21 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun