Mohon tunggu...
Ariyan Abdillah
Ariyan Abdillah Mohon Tunggu... Penulis - Amor fati

Amor fati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "Revolusi Iran" (Cetakan Kedua, 2017) Karya Nasir Tamara

7 Desember 2020   16:11 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:43 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

REVOLUSI IRAN

JUDUL          : Revolusi Iran
PENULIS    : Nasir Tamara
PENERBIT : Kepustakaan Populer Gramedia
CETAKAN  : II, 2017
TEBAL         : 399 Hlm.

"Imperialisme bukanlah pendudukan politik dan militer belaka. Itu juga sebuah penjajahan cara berfikir dan cara hidup yang datang dari luar, terkadang secara halus tak terlihat, merasuki suatu bangsa." (Firuz, seorang Iran).

Revolusi Iran dikemas oleh Nasir Tamara dalam sebuah buku yang kental dengan pandangan jurnalistik. Buku ini menjelaskan terperinci waktu dan tempat mengenai suatu kejadian yang terjadi. Dengan melihat latar belakang penulis yang merupakan seorang jurnalis, tidak heran mengapa penulisan peristiwa bersejarah ini dikemas demikian.

Buku cetakan sebelumnya telah diresensi di laman berikut

Dapat saya simpulkan, buku ini menceritakan tentang kronologis terjadinya Revolusi Iran dari waktu ke waktu. Buku ini memulai pembahasannya dari kembalinya Ayatullah Khomeini ke Iran, selanjutnya baru membahas tentang sejarah umum iran hingga berlangsungnya sebuah revolusi dan diakhiri dengan epilog baru (setelah 38 Tahun Revolusi). Foto, poster dan data lainnya juga memperkuat fakta yang disampaikan dalam buku ini.

SEJARAH IRAN

Revolusi Iran dimulai tidak dikarenakan oleh satu faktor saja. Jika melihat kebelakang, Iran merupakan sebuah kawasan yang dulunya bernama Persia dan pernah dikuasai oleh berbagai macam dinasti kuno hingga modern. Dinasti kuno yang pernah berkuasa di kawasan Iran adalah seperti, Persia, Yunani dan Sasaniyah. 

Namun, pengaruh Islam di Iran mulai muncul dari masa pemerintahaan Khulafaur Rasyidin hingga Dinasti Palavi. Secara mayoritas, kawasan Iran menganut paham Islam Syiah

LATAR BELAKANG REVOLUSI IRAN

  • MUNCULNYA KOLONIALISME MODERN

Pengaruh negara barat di Iran sendiri memang sudah ada sejak abad-abad sebelumnya. Namun, pengaruh negara barat tersebut seiring waktu semakin bertambah. Hal ini bisa dilihat dengan ditemukannya sumber minyak bumi di Iran pada tahun 1900. 

Inggris dan Rusia adalah contoh negara barat yang melancarkan pengaruhnya di Iran. Inggris dan Rusia makin lama makin menguasai kehidupan ekonomi Iran, Shah yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan menjadikan keadaan semakin terpuruk. 

Keresahan rakyat dan kerusuhan yang ada membuat pemerintah sempat membuat pembagian 3 kekuasaan (yudikatif, ekesekutif, legislatif) pada tahun 7 Oktober 1907 dan ditandatangani oleh Raja Mohammad Ali dari Dinasti Qajar.

Kemudian Inggris menolak adanya pembagian kekuasaan tersebut yang otomatis membuat penguasaan Inggris atas Iran menjadi sulit diatur. Raja yang kemudian mencoba mengambil alih negara pun tidak memiliki peranan yang signifikan dan akhirnya Inggris secara penuh menguasai Iran. Inggris memilih mentri yang dapat mengatur kekuasaan di Iran dan dapat melawan Raja Ahmad. 

Inggris akhirnya memilih Reza Khan, komandan Brigade Qazaq di Qazvin dan kemudian menjadi titik awal berdirinya rezim Pahlavi. Sikap Reza Shah yang pro barat dan mengagungkan agama Zoroaster dan Majusi menjadikan raja selanjutnya (anaknya) bersikap tidak jauh dari dirinya. Reza Khan diangkat menjadi Raja Iran pada 1925 dan berkuasa hingga 1941. Pada tahun 1935 nama Persia diganti menjadi Iran oleh Reza Khan.

Mohammad Reza Pahlavi menjadi raja untuk menggantikan ayahnya, Reza Khan pada tahun 1941. Reza Pahlavi membenci Uni Soviet, hal ini dikarenakan Uni Soviet mempengaruhi kemerdekaan Negara Azerbaijan dan Negara Kurdi di Mahabad. Kepemimpinan Reza Pahlavi yang tidak jauh berbeda dengan ayahnya, Reza Khan membuat banyak kalangan melakukan protes. 

Contohnya ialah perseteruan antara Shah dan Dr. Moshadeq. Dr. Moshadeq memiliki misi untuk mengusir para penjajah dari Iran dan menasionalisasikan industri minyak Iran. Namun hal ini ditanggapi oleh Shah Reza Pahlavi dengan kecaman, dikarenakan membuat industri minyak Iran menurun. 

Tanggal 19 Agustus 1953 Moshadeq jatuh ditahan di  rumah tahanan di Desa kecil Hmadabad. Moshadeq tetap aktif memimpin opiosisi hingga akhir hayatnya pada 4 Maret 1967. Mundurnya Moshadeq membuat Amerika Serikat mengambil peranan Inggris di Iran dalam segala bidang.

  • BUDAYA IMPOR

Dengan munculnya kolonialisasi modern oleh bangsa Barat di Iran, tidak heran mengapa terjadi westernisasi di Iran. Hal ini dicerminkan dari adanya gedung-gedung bioskop, tempat hiburan, penggunaan bahasa barat dan lainnya terjadi di awal abad 20 di Iran. Dalam industri juga kebanyakan dari pekerja di Iran adalah pekerja asing yang diimpor dari barat. 

Hal ini menjadikan masyarakat Iran sulit mencari pekerjaan. Pekerja barat ummnya bekerja di Industri minyak, Pengajaran, industri pesawat, mobil, pertanian dan banyak lagi. Orang Iran dipaksa untuk menelan semua kebudayaan Barat tanpa ditanyakan setuju atau tidaknya.

  • PEMERINTAHAN OTORITER

Sikap Shah yang anti kritik dan otoriter menjadikan faktor penting yang menyebabkan timbulnya revolusi. Kantor Khussu Urusan Kerajaan dibentuk Shah sebagai tempat untuk memberi tahu kondisi krusisal kerajaan seperti ekonomi, diplomasi dan pertahanan negeri. 

Sidang kabinet sebenarnya dipegang oleh Shah yang kemudian sebagai tempat sosisasi pemikiran Shah kepada para menteri-mentrinya. Organiassi tambahan seperti “Inspektorat” yang seharusnya menjadi tempat untuk penyaluran pendapat rakyat dan pemerintah malah menjadi sebaliknya.

Pembentukan polisi khusus juga menjadikan Shah semakin otoriter dalam melaksanakan pemerintahan. Sāzemān-e Ettelā'āt va Amniyat-e Keshvar (SAVAK) didiriikan pada tahun 1957 dan memiliki 2 tujuan, yaitu mencari kelompok atau individu yang anti-shah dan mencari di kalangan sipil, untuk infiltrasi ke pers, partai oposisi, kalangan Serikat Buruh dan sebagainya. 

Pada 1975 Front Nasional Iran menerbitkan “Kronik Represi” sejak 1963 dengan nama lengkap para korban, setidaknya korban SAVAK dibagi menjadi beberapa golongan: mahasiswa (Cendikiawan), ulama (Ayatullah Thaleqani), kelompok Gerilya (40 orang ditangkap di tahun 1971). Wanita pertama yang pernah di tembak mati langsung adalah Manijeh Asyraf Zadeh Kermani yang merupakan demonstran anti-Shah. Korban lainnya ialah Moshtafa, anak laki-laki Khomeini yang dirumorkan dibunuh SAVAK pada tahun 1977.

JALANNYA REVOLUSI

Khomeini lahir pada tahun 1902, ayahnya dibunuh karena menentang Dinasti Qajar. Ia mengenyam pendidikan di Qom. Dalam wawancara kepada warga Iran yang dijelaskan daam buku ini, Khomeini menjadi pemimpin Revolusi dikaarenakan Khomeini adalah tokoh yang konsisten menentang rezim Shah Iran. 

Ia menulis pendapat dalam buku pertamanya, Kasyfol-Asrar yang berisi kritikan terhadap Reza Shah (Ayah Shah Iran Reza Pahlavi) yang telah memerintah Iran secara sewenang-wenang, menghancurkan kebudayaan Islam, dan menjadi budak barat. Kritiknya pun terus ditujukan kepada Reza Pahlavi. 

Khomeini memiliki pandangan yang negatif tentang pengaruh Barat di Iran. Carter, Presiden Amerika yang mendukung rezim Shah Iran kala itu menjadi musuh bagi Khomeini

Pada 1963 ia dipenjara untuk beberapa bulan dan setelah itu berada dalam tahanan rumah selama 8 bulan dan baru pada tahun 1964 diperbolehlkan kembali ke Qom. Pidatonya pada tahun 1964 kembali menuai perhatian pemerintah Iran dan Barat, karena isinya mengecam kedua-duanya. Setelah itu, ia diasingkan ke Turki dan Iraq. 

Ia juga mendukung perjuangan orang-orang Palestina. Kemudian, di Irak, Khomeini mulai meneruskan perjuangannya dengan tujuan yang sama, yaitu menumbangkan rezim Shah Iran. Di Irak, Khomeini mulai melakukan ceramahnya menggunakan kaset-kaset. Hal ini dilakukan karena pada saat itu ia tidak memiliki akses untuk menghubungi Iran.. 

Setelah dibebaskannya pers dalam meliput Khomeini, ia mulai memberi komentar yang pro rakyat dan mendukung gerakan anti-Shah. Atas tindakannya ini, banyak gerakan yang tercipta untuk menentang pemerintahan Shah Iran. Pada awal Januari 1979 Shah mengalihkan kekuasaan kepada PM Syapur Bakhtiar. 

Bakhtiar membubarkan SAVAK, membebaskan pers dan meyakinkan Shah Iran untuk pergi ke luar negeri. Hal itu dilakukan Bakhtiar demi meredakan kondisi Iran yang pada saat itu sudah sangat kacau. Setelah itu, Khomeini pindah ke Prancis hingga kepulangannya ke Iran pada Januari tahun 1979.

PEMBERONTAKAN DI BERBAGAI KALANGAN

Pemberontakan juga terjadi di berbagai kalangan di Iran. Kalangan Hakim dan wartawan setidaknya melakukan pemogokan atas dasar proses pengadialan yang tidak bebas dan sangat terpengaruh dengan kebijakan hukum Shah. Pemogokan ini terjadi setidaknya mulai tahun 1977 hingga berjalannya Revolusi.

Selain hakim dan wartawan, mahasiswa juga memiliki pengaruh atas terjadinya revolusi. Tokoh yang populer adalah Dr. Ali Syariarti. Di Universitas, pemikiran Dr. Ali Syariarti melahirkan kembali Islam dengan membuatnya menjadi agama pejuang. 

Munculnya gerakan mahasiswa dimulai setidaknya setelah kudeta 1953 persis ketika wakil Presiden Nixon mengunjungi Teheran. Pada hari itu, 3 orang mati. Setiap tahunnya setelah peristiwa tersebut, dijadikan “hari mahasiswa” sebagai simbol pelawanan terhadap rezim Shah.

Peranan wanita juga tidak kalah penting, wanita-wanita Iran berajasa besar dalam penumbangan dinasti Pahlavi. Mereka memegang senapan, membuat bom Molotov, membantu suami secara moral dan material dan ikut berdemonstrasi. Khomeini juga mengakui peranan wanita di Iran dalam revolusi.

NORMALISASI POLITIK PASCA REVOLUSI

Demi menciptakan sebuah “Negeri Asli Islam”, setidaknya Iran mencoba membangun politik Islam yang sesuai dengan identitas mereka (tidak seperti negeri tetangganya seperti Libya, Arab, Pakistan), maka dijadikanlah Ali bin Abi Thalib sebagi pedoman seorang pemimpin. Ekonomi yang dibangun di Iran sebisa mungkin tidak bergantung kepada Amerika dan negeri manapun. 

Perencanaan pembangunan ekonomi Bani Shadr dilakukan sebagai upaya menormalisasikan ekonomi yang dapat dinikmati oleh pemilik modal dan para pekerja. 

Dewan Revolusi Iran memerintah Iran setelah mundurnya pemerintahan sementara yang dipimpin Bazargan. Bani Shadr terpilih menjadi presiden pertama. Dewan ini menurut Bani Shadr bertujuan untuk membebaskan Iran dari ketergantungan militer dan ekonomi Amerika.

Setidaknya setahun setelah revolusi terjadi, pemerintahan Iran dipegang oleh faqih, presiden, perdana menteri, parlemen dan Dewan Pelindung Konstitusi. 

Kekuatan terbesar dipegang oleh faqih dan dalam hal ini, Khomeini. Seandainya ia meninggal dunia maka Dewan Ahli memilih faqih baru yang memenuhi syarat. Jika tak ada yang memenuhi syarat, maka wewenang faqih akan dipegang oleh sebuah dewan yang beranggotakan 3 sampai 5 orang (foqaha).

Selanjutnya buku ini juga menjelaskan masalah yang terjadi pasca Revolusi, seperti masalah Kurdistan, Krisis Iran-Amerika, dinamika politik sesudah revolusi hingga kondisi iran pada abad ke 21 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun