Jangan tanya pula teknik pertarungan yang ditampilkan. Dramatisasinya boleh lah. Saling teriak, saling umpat. Tapi ya, begitu-begitu aja tekniknya. Udah 30 tahunan sinetron dibuat, gak berubah tekniknya. Ntar habis berantem, seni pembuatan lukanya pun dibuat asal-asalan.Â
Di luar sinetron, acara TV lain yang banyak disiarkan adalah acara komedi. Tentu saja komedi untuk menghibur. Membuat penonton tertawa. Tidak ada yang salah dengan ini.
Tapi, coba direnungkan, apa saja yang ditertawakan oleh penonton ?
Banyak topik sih. Lucu-lucu pula. Tapi ada beberapa topik yang perlu dicermati.
Ada 3 topik yang rasanya aneh  dijadikan bahan komedi, yaitu prank, roasting dan menjadikan orang jatuh/kecelakaan sebagai sebuah video lucu.
Memang, acara prank itu niatnya hanya untuk lucu-lucuan. Tapi, bukankah sedari kecil kita diajarkan sebuah peribahasa "sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya".
Tapi kan ini hanya acara TV. Di sinilah masalahnya. Apa yang ditonton di TV itu punya dampak untuk ditiru oleh para penontonnya. Kita ingin membangun bangsa yang jujur. Bangsa yang dipercaya. Tapi bagaiman hal itu akan terwujud jika kita terbiasa terkekeh-kekeh dengan prank ?
Roasting sekarang jadi aneh. Mereka bisa saja mengatakan yang penting orang yang di-roasting-nya mau. Padahal salah seorang komedian pun pernah berseloroh. Kok mau ya, selebritas yang sudah punya segalanya, mau di-roasting,hanya demi sebuah konten. Bukankah kita sering diajarkan bahwa jangan  pernah mengungkap aib orang di depan umum ? Jangankan mengungkap aib di depan umum, mengingatnya saja sebaiknya jangan. Ingatlah kebaikan seseorang, lupakan aibnya. Ini malah diumbar di depan umum, dan menjadi bahan tertawaan.
Masalah video lucu. Tontonan ini betul-betul tidak bisa membedakan mana video lucu dan mana video musibah. Ada orang jatuh, ada orang celaka, digabung menjadi sebuah acara video lucu. Orang sakit, orang jatuh, orang celaka kok diketawain. Kata almarmuh Meggi Z, sungguh teganya, teganya, teganya....
TV adalah tontonan yang bisa berdampak sebagai tuntutnan.
Acara yang baik akan menjadi tuntunan yang baik pula.