Namun, pertanyaan tersisa hari ini: bagaimana nasib ratusan ribu penghuni kamp lainnya?
Lebih penting lagi, bagaimana masa depan Korea Utara?
Sebelum meninggal, Kim Jong Il menyiapkan Kim Jong Un (27 tahun) menjadi penerusnya.
Ia adalah anak bungsu Kim Jong Il dari selir yang bernama Ko Young Hee. Ko Young Hee lahir dan besar di Osaka, Jepang, sampai usia 7 tahun. Setelahnya, Ko kembali ke Korea Utara mengikuti orangtuanya.
Tahun lalu, Kim Jong Il mengukuhkan Kim Jong Un sebagai Daejang (Jenderal). Ini suatu cara untuk mempersiapkan kepemimpinan di bawah anaknya sendiri.
Riwayat Kim Jong Un sebenarnya penuh misteri, bahkan bagi rakyatnya sendiri.
Meskipun demikian, ada satu orang asing yang mengenal Kim Jong Un dengan baik, iaitu João Micaelo. João adalah sahabat selama Kim Jong Un bersekolah di Liebefeld, Bern, Switzerland, antara 1998 sampai 2001. Kim Jong Un waktu itu memakai nama samaran Pak Un.
João mengatakan bahwa Kim Jong Un menggemari olahraga basket, menonton film, bermain komputer dan Playstation. Kim Jong Un juga lancar berbahasa Jerman.
Namun demikian, sulit memprediksi apakah ‘sedikit’ pendidikan Barat yang dialami Kim akan mengubah pandangannya tentang dunia luar.
Yang jelas, untuk beberapa waktu ke depan, Kim Jong Un akan memimpin Korea Utara dengan bimbingan “pembisik” bernama Chang Song Taek, pamannya sendiri. Masa depan Korea Utara ada di tangan keduanya.
Tapi yang pasti, seluruh dunia berharap ia tidak melanjutkan kediktatoran ayahnya. Korea Utara mungkin salah satu negara yang masih mempunyai kamp konsentrasi a la Hitler di jaman modern ini.