Agar penghuni kamp tidak lari, tentara Korea Utara memasang pagar listrik di sekeliling kamp.
Sehari-harinya, penghuni kamp yang jumlahnya antara 150 ribu hingga 200 ribu orang itu hanya diberi makan butiran jagung dan kuah asin.
Jika penghuni kamp bekerja dengan baik maka lelaki dan perempuan di antara mereka diperbolehkan menikah. Namun, pasangan yang sudah menikah hanya boleh bertemu dua hingga tiga kali dalam satu tahun.
Korea Utara membangun dua jenis kamp konsentrasi:
- Zona Revolusi untuk mereka yang melakukan kesalahan ringan
- Zona Kendali Penuh untuk mereka yang melakukan dengan kesalahan berat
Penghuni Zona Revolusi “hanya” ditahan beberapa tahun saja, kemudian mereka dibebaskan. Sedangkan di dalam Zona Kendali Penuh, orang dihukum seumur hidup.
Shin dan keluarganya adalah penghuni Zona Kendali Penuh.
Kesalahan berat bagi tentara Korea Utara biasanya berupa kesalahan remeh bagi rakyat biasa. Misalnya, lupa memakai lencana bergambar Kim Il Sung atau Kim Jong Il; duduk di atas koran yang kebetulan ada gambar Kim Jong Il; melipat koran yang ada gambar Kim Jong Il.
Jika seseorang melakukan kesalahan tidak hanya dia saja yang masuk kamp konsentrasi. Seluruh keluarganya, termasuk orang tua, adik, kakak, anak dan cucu, otomatis masuk kamp konsentrasi.
Di dalam kamp pula lah, Shin menyaksikan ibu dan kakak lelakinya disiksa dan dihukum mati. Alasannya, mereka mencoba melarikan diri. Setelah keduanya meninggal, Shin juga disiksa. Tangan dan kaki Shin diikat, perutnya ditusuk dan dikaitkan dengan besi dan punggungnya dipanggang bara api yang panas.
Karena benar-benar tidak tahan, ia dan kawannya, bernama Park, merencanakan pelarian dari dari kamp. Malangnya, Park tewas tersengat pagar listrik. Hanya Shin sendiri yang akhirnya berhasil lolos masuk perbatasan China.
Saat ini, Shin hidup dalam perlindungan Korea Selatan.