Mohon tunggu...
Ari Widodo
Ari Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Apapun yang kau kerjakan, keteguhan dalam berproses membuahkan hasil yang indah, percayalah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bingkai SMK di Masa Pandemi Covid-19: Telaah Kritis dalam Perwujudan Keterampilan Humanis

7 Januari 2021   10:13 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dunia dihadapkan dengan globalisasi, perkembangan dan penyesuaian didalam dunia industri. Namun, ironinya pendidikan SMK tidak mampu menjamin lulusannya untuk dapat menjadi pekerja tetap di dalam sebuah perusahaan. 

Hal tersebut dapat terlihat bahwa angka pengangguran pada level SMK masih terbilang cukup tinggi. Berbagai hal yang terjadi akibat Pandemi Covid-19 kesempatan kerja di Indonesia, yang berimbas pada tidak tertampungnya seluruh lulusan SMK yang masuk ke dunia kerja pada tahun 2020. Kondisi demand tersebut akan menjadi salah satu indikator penyebabnya tingginya angka pengangguran lulusan SMK kedepannya. 

Permasalahan demand yang mengakibatkan pengangguran ini, sebaiknya diselesaikan dari sisi demand juga. Karena sangat tidak relevan jika penyelesaiannya selalu diselesaikan dari sisi supply yakni sisi SMK sebagai penghasil dan pemasok tenaga kerja. Orientasi kurikulum yang dibuat hanya sebatas dan penunjangan dalam mewujudkan masyarakat siap kerja disebuah perusahaan. 

Praktiknya didalam pembelajaran siswa hanya diajarkan sesuai tuntutan kurikulum dan tidak mengedepankan aspek aktualisasi diri dari tiap peserta didik. Hal ini sesuai dan menjadi landasan bagi Samuel Bowles dan Herbert Gintis dalam meninjau keterkaitan antara kapitalisme dengan sekolah, mereka membuat buku yang berjudul Schooling in Capitalist America Educational Reform and The Contradictions of Economic Life implikasinya menjadi pijakan bagi para sosiolog kritis dalam meninjau lebih lanjut hubungan dualitas antara sekolah dan perusahaan (kapitalisme). 

Karena, sosiolog biasanya menilai apakah hubungan antara asal sosial (biasanya diukur dengan karakteristik sosial ekonomi orang tua) dan pencapaian pendidikan individu bervariasi di seluruh kelompok kelahiran yang dipengaruhi oleh derajat yang berbeda dari perluasan pendidikan (Breen & Jonsson 2005).

Banyak SMK didirikan, dengan fokus kompetensi seperti yang diinginkan Presiden dalam ranah hard skill dan soft skill di setiap bidang mulai dari teknik hingga yang sifatnya keuangan, dan terkait dengan ekonomi digital yang diwadahi oleh Kementerian Perindustrian. 

Dilansir dari antaranews, Dirjen Pendidikan Sekolah Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto, menilai integrasi antara SMK dan industri menjadi kebutuhan mendesak menghadapi masa pandemi Covid-19. Pengembangan program “link and match” antara SMK dan industri harus dipandang secara optimistis sebagai langka mencari solusi agar industri bisa bertahan dengan SDM yang memadai. 

Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja lulusan SMK di tanah air juga semakin optimal. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pendidikan kejuruan yang dikemukakan oleh Djojonegoro, (1998) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja. Pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia kerja). 

Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada “hands-on” atau performa dalam dunia kerja.

Dalam karya Bowles dan Gintis, penekanan diberikan pada pentingnya sekolah dalam membentuk tipe kepribadian yang berbeda yang sesuai persyaratan sistem hubungan kerja dalam mode ekonomi produksi." 

Dengan cara ini, bagi Bowles danGintis, pendidikan tidak hanya mengelompokkan individu ke dalam serangkaian posisi yang relatif tetap dalam masyarakat —alokasi posisi yang ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan politik — tetapi proses pendidikan itu sendiri, kurikulum formal dan tersembunyi, mensosialisasikan orang untuk menerima sebagai legitimasi peran terbatas yang akhirnya mereka isi dalam masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun