Mohon tunggu...
argani sukoco
argani sukoco Mohon Tunggu... Penulis - Selalu belajar aksara.

Mari ngobrol di https://twitter.com/Ganis___

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Napi dan Secercah Harapan

19 Februari 2017   20:00 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini rabu tanggal 8 Februari 2017 tepat hampir 3,5 tahun aku terkurung di Lapas Magelang. Kesalahanku sampai masuk lapas disebabkan karena aku melakukan tindak pidana penipuan. Penipuan yang aku lakukan adalah jual beli tanaman gelombang cinta. Gelombang cinta aku jual sekitar Rp. 12 juta kepada seseorang bernama bapak Andi Yosee. Padahal sebetulnya tu hanyalah tanaman palsu yang tidak laku jika dijual Rp. 300.000,00. Dalam persidangan aku di vonis hukuman penjara 3,5 tahun dimulai dari September 2013. Dan setelah 3,5 tahun di tanggal 12 februari aku akan terbebas dan memulai hidup baru.

Selama 3,5 tahun aku terkurung di jeruji besi aku meninggalkan seorang kekasih bernama Windy. Windy lebih tua satu tahun denganku,umurnya sekarang sekitar 26 tahun. 4 bulan awal aku di penjara karena desakan dari orang tua Windy,dia menemuiku di lapas.

"Hai Win,bukankah hari ini bukan hari yang biasa saat kamu menemuiku? Biasanyakan selasa 2 minggu sekali?" Kata pertamaku kepada windy setelah lebih 3 minggu tidak bertemu.

"Ada hal mendesak yang harus aku bicarakan denganmu Jon" jawab windy sambil menunduk seperti akan menangis.

Disitu pun aku kebingungan dan bertanya "Hal apa Win?Katakan saja"

"Maafkan aku sebelumnya,tetapi orang tuaku meminta kita untuk berpisah,mereka tidak mau aku berhubungan dengan orang yang mempunyai kasus", Windy menjawab dengan menangis.

Setelah mendengar hal itu,hatiku pun campur aduk antara sedih dan juga emosi. Aku hanya bisa menjawab sambil menahan tangis "Ah ternyata begitu,aku tak keberatan,ini juga demi kebaikan masa depanmu Win".

Winny masih menangis dan berkata "Benarkah? Kamu tak marahkan akan keputusan seperti ini?"

"Nggak win,tapi ada satu permintaan" tuturku walaupun sebetulnya ingin marah dan menangis.

"Hal apa itu Jon?" sahut Winny.

"Aku ingin kita tetap berkirim surat,aku ingin tetap tahu keadaanmu Win,bolehkah itu?" jawabku.

Winny menjawab dengan sedikit senyum "Ah aku tidak keberatan,aku juga tetap ingin menjaga silahturami kita  juga jon".

Akhirnya siang itu Winny pulang dan aku kembali ke jeruji besi.

Setiap hari aku masih memikirkan Winny. Tapi untunglah kehidupan di lapas bisa membuatku untuk sedikit melupakan Winny. Setiap hari melakukan hal seperti memasak,bersih-bersih area lapas, dan di malam hari pasti berbincang dengan para napi. Di dalam ruang penjara yang ku tempati ada 4 orang termasuk aku. Setiap malam kita berbicara mengenai hidup kita sebelum berada dilapas. Ada yang melakukan tindak penganiyayaan,drug dealer, maupun penipuan yangseperti aku lakukan. Paling menyedihkan adalah kehidupan Pak pujiono karena dia meninggalkan seorang istri yang baru saja melahirkan. Dia dipenjara karena melakukan penganiyayaan seorang warga kampungnya sendiri. Di dalam lapas dari perilakunya sangat terlihat karena dia sangat menyesal dan sudah bertobat. Kami juga sering berbagi makanan yang dikirimkan keluarga pada kita. Dia sering memotivasi anak-anak yang baru masuk penjara agar tidak patah semangatt karena dipenjara.  Kata-kata Pak Pujiono sangat memotivasi.

Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah hampir 10 bulan sejak kedatangan terakhir Winny. Dan dalam waktu 10 bulan itu pun aku belum sekalipun berkirim surat seperti yang aku katakan.

"Huuuh" terdengar keras nafasku.

"Ada apa Jon?" tanya pak pujiono mendengar helaan nafasku.

Aku pun menjawab "Sampai saat ini aku belum berani mengirim surat untuk mantanku pak."

"Kenapa belum berani? Bukankah mennyakan kabar itu bukan masalah,jika kamu takut terus,kamu tak akan mengirim surat padanya" Jawab Pak Pujiono dengan nada sedikit keras.

Aku pun berpikir kata-kata yang dikatakan Pak Pujiyono. Sampai pada akhirnya aku meminta ijin mengirim surat pada sipir. Semalam aku memikirkan untuk menulis surat. Isi surat itu aku menanyakan kabarnya,kabar keluarganya, dan bagaimana kabar pekerjaannya. Surat diberikan kepada sipir dan harus disetujui oleh Kepala Sipir. Dan berselang 1 minggu surat balasan datang dari Winny.

"Hai jon, kabarku baik-baik saja,bagaimana denganmu? Apakah kamu sehat? Keluargaku pun baik-baik saja, aku sempat berkunjung ke orang tuamu saat hari libur,mereka terlihat sehat. Pekerjaanku baik-baik saja walaupun agak membosankan. Kamu baik-baik ya di lapas,jangan berbuat ulah nanti malah tambahhukuman,hehehe. Maaf aku tidak bisa mengunjungimu lagi karena ada sesuatu. Tapi kamu boleh mengirim aku surat kapanpun kamu mau." Begitulah isi surat balasan dari Winny.

Aku sangat senang menerima surat itu walaupun kita sudah tidak mempunyai status hubungan. Karena aturan lapas yang hanya membolehkan berkirim surat 2 minggu sekali,membuatku membalas surat itu 2 minggu kemudian. Aku pun meminta ijin pada Sipir untuk membalas surat. Anehnya saat aku akan mengirim surat,yang mendatangiku bukan sipir yang biasanya melainkan Kepala Sipir,yaitu Pak Hendri. Pak hendri sang Kepala Sipir ini jarang kelihatan jika tidak ada acara penting. Walaupun dipanggil Bapak tapi umur Kepala Sipir itu baru sekitar 36 tahun.

"Kenapa bapak yang menerima suratku?" tanyaku keheranan.

"Tidak ada alasan khusus,aku hanya tertarik dengan orang sepertimu. Mulai sekarang aku yang akan menerima suratmu dan aku yang akan mengirim" Jawab Pak Hendri.

Aku pun masih heran dan tidak percaya surat itu dikirim "tapi benarkan bapak akan mengirim surat ini? Bukannya saya tidak percaya pada bapak,tapi saya masih heran."

"Tenang saja ,aku akan mengirim surat ini,kamu tidak usah khawatir" jawab Pak Hendri.

Tanpa balik bertanya lagi aku memberikan surat ini pada PakHendri dan berdoa semoga surat itu sampai ke Winny. Dan benar saja ,beberapa hari berikutnya surat balasan dari Winny pun sampai kepadaku,yang mengantar juga Pak Hendri. Mengirim surat pada Winny seperti rutinitas 2 minggu sekali.Hampir kulakukan selama aku hampir bebas, dan itu juga menjadi rutinitas Pak Hendri dalam menerima,mengirim surat yang aku kirim. Dan juga sesekali Pak Hendri yang memberikan surat balasan dari Winny kepadaku.

Tanggal 8 Februari 2017 adalah kesempatan terakhirku untuk berkirim surat sebelum aku bebas di tanggal 12 Februari 2017. Dan sebagai surat terakhir aku mengirim surat dengan kuberi penutup untuk mengajak bertemu.

"Win,di tanggal 14 Februari apakah kamu ada acara? Jika tidak ada acara aku ingin bertemu kamu,mungkin untuk terakhir kalinya, aku tunggu di tempat biasa sore hari jam 16.00. Datang ya? Terimakasih." Kira-kira seperti itulah penutup suratnya. Sambil menikmati hari dimana aku bebas dan memulai hidup baru,aku berdoa agar Winny datang. Jika terbebas nanti aku ingin memulai hidup baru dan semoga saja Winny dan keluarganya masih bisa menerima diriku.

Walaupun 3 tahun lebih aku tidak bertemu,tapi harapan untuk kembali dengan mantan sangat besar. Setiap hari aku selalu berdoa agar Winny bisa kembali padaku. Akhirnya tanggal 12 Februari aku terbebas dan aku langsung menyalami para tahanan terutama aku memeluk para teman tahanan satu sel. Dan tidak lupa aku menyalami Pak Hendri. Pak Hendri tidak mengatakan apa-apa,hanya menyalami dan langsung pergi. Mungkin dia tidak suka kepadaku karena terus mengganggunya dengan selalu mengantarkan surat. Setelah keluar dari lapas aku langsung berlari untuk menuju rumah. Sampai dirumah aku melihat ibuku menangis dan memelukku erat. Aku pun juga menangis melihat orang tuaku. 

Ibu memeluk sambil berkata "Nak,kesalahan yang sudah berlalu biarlah berlalu,sekarang majulah jangan pernah ulangi kesalahan".

Aku tertegunmendengar suara ibu dan hanya bisa menjawab "Iya Bu".

Setelah berpelukan dengan orang tua aku langsung masuk rumah. Tak lupa hidangan ibu aku lahap dengan nikmat. Rasanya puas sekali makan makanan yang peuh dengan rasa. Jauh berbeda dengan masakan yang ada di Lapas,hambar.

Tidak terasa sudah tanggal 14 februari dan waktu menunjukan pukul 15.40. Pulang dari mencari kerja aku langsung ke Taman Badakan. Disitu tempat biasa aku sering pacaran dengan Winny. Aku berharap semoga Winny datang walaupun aku juga tidak tahu ingin bicara apa dengan dia. Intinya aku hanya ingin melihatnya dan ingin tahu keadaannya. Pukul 16.20 baru aku sampai di taman. Aku merasa tidak enak pada Winny karena aku terlambat. Dan disebuah kursi ada seorang wanita yang tak lain itu adalah Winny.

Akupun menyapa Winny "Hai Win,sudah lama tidak bertemu,bagaimana kabarmu?"

"Hai Jon,baik-baik saja aku,kamu sendiri bagaimana?sudah dapat pekerjaan?" Jawabnya dengan nada seperti canggung.

"Aku sekarang bekerja di tempat temanku. Apakah keluargamu dalam keadaan sehat?" tanyaku untuk melanjutkan basa-basi.

Sesaat sebelum Winny menjawab ada suara teriakan anak kecil memanggil ke arah kami " Mama"

Aku tergaget melihat anak itu datang dan memeluk Winny. Dan aku langsung bertanya " Apakah itu anakmu,Win?"

"Iya Jon,maaf karena tidak bisa mengatakan secara langsung kalau aku menikah karena ada sesuatu". 

"Ah,tidak apa-apa, bolehkan aku tau siapa suamimu?" tanyaku sambil masih merasa kaget dan berpikir siapa saja teman pria Winny dari dulu.

"Suamiku ada di belakangmu Jon" Jawaban Winny sambil menunjuk arah belakangku.

Dan aku kaget sekali melihat sosok yang aku kenal selama 3,5 tahun ini. Pria yang selalu membantuku dalam urusan surat-menyurat. Tak lain pria itu adalah Pak Hendri si Kepala Sipir.

"Sejak kapan kalian menikah?" tanyaku dengan sangat kesal kearah Winny.

"Aku dan mas Hendri menikah setelah 4 bulan setelah kita putus Jon" Jawabnya.

"Lalu kenapa Pak Hendri selalu memperbolehkan aku menyurati istrimu? Apakah kamu mempermainkanku Pak!" aku bertanya menghadap Pak Hendri dengan sangat kesal.

"Aku tidak berniat mempermainkanmu Jon. Aku memperbolehkan kalian surat menyurat karena itu adalah harapan hidupmu agar tidak menyerah di penjara. Bagiku cinta seorang napi adalah harapan untuk hidup!" kata Pak Hendri dengan mata ingin menangis.

Disitu aku menangis,dan tidak tau akan menjawab bagaimana. Tapi aku berusaha untuk mengerti maksud dari Pak Hendri. Akupun menghirup nafas perlahan dan berkata "terimakasih sudah memberiku harapan walaupun itu palsu,tapi aku senang Winny sudah berada di tangan yang tepat, Semoga kalian bahagia"

Winny disitu hanya menangis dan memeluk anaknya. Pak Hendri disitu yang terlihat ingin menangis mengatakan sesuatu "terimakasih jon sudah mau mengerti kami,aku akan menyayangi Winny,sekarang kau harus mengatur hidupmu suatu saat kamu akan menemukan wanita yang tepat dan juga jangan masuk penjara lagi!"

Aku tidak membalas perkataanya dan langsung menghadap ke belakang sambil mengacungkan jempol. Sedih dan marah tapi aku berterimakasih karena sudah memberikan cahaya harapan di dalam gelapnya penjara.

 

(Fiksi) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun