Mohon tunggu...
argani sukoco
argani sukoco Mohon Tunggu... Penulis - Selalu belajar aksara.

Mari ngobrol di https://twitter.com/Ganis___

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Napi dan Secercah Harapan

19 Februari 2017   20:00 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku dan mas Hendri menikah setelah 4 bulan setelah kita putus Jon" Jawabnya.

"Lalu kenapa Pak Hendri selalu memperbolehkan aku menyurati istrimu? Apakah kamu mempermainkanku Pak!" aku bertanya menghadap Pak Hendri dengan sangat kesal.

"Aku tidak berniat mempermainkanmu Jon. Aku memperbolehkan kalian surat menyurat karena itu adalah harapan hidupmu agar tidak menyerah di penjara. Bagiku cinta seorang napi adalah harapan untuk hidup!" kata Pak Hendri dengan mata ingin menangis.

Disitu aku menangis,dan tidak tau akan menjawab bagaimana. Tapi aku berusaha untuk mengerti maksud dari Pak Hendri. Akupun menghirup nafas perlahan dan berkata "terimakasih sudah memberiku harapan walaupun itu palsu,tapi aku senang Winny sudah berada di tangan yang tepat, Semoga kalian bahagia"

Winny disitu hanya menangis dan memeluk anaknya. Pak Hendri disitu yang terlihat ingin menangis mengatakan sesuatu "terimakasih jon sudah mau mengerti kami,aku akan menyayangi Winny,sekarang kau harus mengatur hidupmu suatu saat kamu akan menemukan wanita yang tepat dan juga jangan masuk penjara lagi!"

Aku tidak membalas perkataanya dan langsung menghadap ke belakang sambil mengacungkan jempol. Sedih dan marah tapi aku berterimakasih karena sudah memberikan cahaya harapan di dalam gelapnya penjara.

 

(Fiksi) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun