Mohon tunggu...
argani sukoco
argani sukoco Mohon Tunggu... Penulis - Selalu belajar aksara.

Mari ngobrol di https://twitter.com/Ganis___

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Napi dan Secercah Harapan

19 Februari 2017   20:00 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Winny menjawab dengan sedikit senyum "Ah aku tidak keberatan,aku juga tetap ingin menjaga silahturami kita  juga jon".

Akhirnya siang itu Winny pulang dan aku kembali ke jeruji besi.

Setiap hari aku masih memikirkan Winny. Tapi untunglah kehidupan di lapas bisa membuatku untuk sedikit melupakan Winny. Setiap hari melakukan hal seperti memasak,bersih-bersih area lapas, dan di malam hari pasti berbincang dengan para napi. Di dalam ruang penjara yang ku tempati ada 4 orang termasuk aku. Setiap malam kita berbicara mengenai hidup kita sebelum berada dilapas. Ada yang melakukan tindak penganiyayaan,drug dealer, maupun penipuan yangseperti aku lakukan. Paling menyedihkan adalah kehidupan Pak pujiono karena dia meninggalkan seorang istri yang baru saja melahirkan. Dia dipenjara karena melakukan penganiyayaan seorang warga kampungnya sendiri. Di dalam lapas dari perilakunya sangat terlihat karena dia sangat menyesal dan sudah bertobat. Kami juga sering berbagi makanan yang dikirimkan keluarga pada kita. Dia sering memotivasi anak-anak yang baru masuk penjara agar tidak patah semangatt karena dipenjara.  Kata-kata Pak Pujiono sangat memotivasi.

Waktu terus berlalu dan tidak terasa sudah hampir 10 bulan sejak kedatangan terakhir Winny. Dan dalam waktu 10 bulan itu pun aku belum sekalipun berkirim surat seperti yang aku katakan.

"Huuuh" terdengar keras nafasku.

"Ada apa Jon?" tanya pak pujiono mendengar helaan nafasku.

Aku pun menjawab "Sampai saat ini aku belum berani mengirim surat untuk mantanku pak."

"Kenapa belum berani? Bukankah mennyakan kabar itu bukan masalah,jika kamu takut terus,kamu tak akan mengirim surat padanya" Jawab Pak Pujiono dengan nada sedikit keras.

Aku pun berpikir kata-kata yang dikatakan Pak Pujiyono. Sampai pada akhirnya aku meminta ijin mengirim surat pada sipir. Semalam aku memikirkan untuk menulis surat. Isi surat itu aku menanyakan kabarnya,kabar keluarganya, dan bagaimana kabar pekerjaannya. Surat diberikan kepada sipir dan harus disetujui oleh Kepala Sipir. Dan berselang 1 minggu surat balasan datang dari Winny.

"Hai jon, kabarku baik-baik saja,bagaimana denganmu? Apakah kamu sehat? Keluargaku pun baik-baik saja, aku sempat berkunjung ke orang tuamu saat hari libur,mereka terlihat sehat. Pekerjaanku baik-baik saja walaupun agak membosankan. Kamu baik-baik ya di lapas,jangan berbuat ulah nanti malah tambahhukuman,hehehe. Maaf aku tidak bisa mengunjungimu lagi karena ada sesuatu. Tapi kamu boleh mengirim aku surat kapanpun kamu mau." Begitulah isi surat balasan dari Winny.

Aku sangat senang menerima surat itu walaupun kita sudah tidak mempunyai status hubungan. Karena aturan lapas yang hanya membolehkan berkirim surat 2 minggu sekali,membuatku membalas surat itu 2 minggu kemudian. Aku pun meminta ijin pada Sipir untuk membalas surat. Anehnya saat aku akan mengirim surat,yang mendatangiku bukan sipir yang biasanya melainkan Kepala Sipir,yaitu Pak Hendri. Pak hendri sang Kepala Sipir ini jarang kelihatan jika tidak ada acara penting. Walaupun dipanggil Bapak tapi umur Kepala Sipir itu baru sekitar 36 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun