Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yusril Ihza Mehendra Dimaki-maki Teman Saya

5 September 2021   08:38 Diperbarui: 5 September 2021   08:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

#lustrum_XIII_Unand

Saya masuk Universitas Andalas (Unand) tahun 94. Tahun 98 terjadi reformasi. Peri kehidupan sosial politik sontak berubah. Termasuk di kalangan mahasiswa. Keterkungkungan berwacana soal politik selama orde baru tiba-tiba berganti dengan kebebasan berbicara sebebas-bebasnya.

Mahasiswa benar-benar merasa berada di alam surga, bebas mau membicarakan apa saja. Dan, yang paling menarik adalah membahas konstalasi politik di era transisi setelah Presiden Soeharto lengser dan digantikan oleh wakil presiden, BJ Habibie.

Kondisi demikian juga terjadi di rumah kos simpang Anduriang. Tempat di mana saya dan beberapa teman dekat sering mangkal. Hari-hari kami selalu diisi dengan perdebatan politik yang sangat panas bahkan tak jarang berubah menjadi pertengkaran sengit.

Saya dan beberapa orang teman sesama mahasiswa Sosiologi banyak membahas sosok 'rising star' politik ketika itu, yaitu Yusril Ihza Mahendra. Seorang profesor muda ahli hukum tata negara yang berwajah ganteng. Namanya mencuat karena menurut pemberitaan ketika itu, Yusril lah yang men-skenario-kan 'lengsernya' Presiden Soeharto. Konon, dia pula yang mengonsep pidato pengunduran diri presiden yang telah berkuasa 32 tahun itu.

Setelah itu, kiprah Yusril mencuat. Dia kemudian mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB), reinkarnasi Partai Masyumi yang di awal kemerdekaan didirikan oleh perdana menteri Indonesia pertama, Muhammad Natsir. Natsir sendiri notabene adalah orang Minang.

Nah, sebagian kami penghuni rumah kos sering memuji-muji kiprah Yusril. Namun, ada seorang teman yang ternyata antipati pada Yusril. Dia mahasiswa jurusan kimia Fakultas MIPA. Kami biasa memanggilnya Ical.

Ical selalu kontra dengan kami kebanyakan. Dia sangat tidak suka dengan sosok Yusril dan sangat memuja Amien Rais. Menurut dia, Amien Rais lah pahlawan reformasi sesungguhnya. Amien Rais konsisten menentang rezim orde baru sejak masih kuat-kuatnya. Beda dengan Yusril yang hanya penumpang gelap reformasi.

Singkatnya, tiap kami berdebat, Ical selalu mendeskreditkan Yusril dan sebaliknya memuji-muji Amien Rais setinggi langit. Demikian Ical selalu berbeda pendapat sangat keras dengan kami.

Perdebatan kami makin intens menjelang pemilu pertama di masa reformasi tahun 99. Yaitu ketika muncul wacana siapa yang pantas menjadi presiden Indonesia selanjutnya. Dan, lagi-lagi nama Yusril dan Amien Rais menjadi salah dua dari sekian nama yang dianggap pantas.

Seperti sebelumnya, saya dan beberapa teman menjagokan Yusril. Sementara, Ical juga konsisten menjagokan Amien Rais dan terus-terusan menyatakan Yusril sama sekali tidak berhak menikmati kue reformasi yang diperjuangkan secara konsisten oleh Amien Rais dan tokoh-tokoh anti orde baru lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun