"Aduh, jadi, gimana dong, Yah? Apa kita harus balik lagi? Kan jalan besar udah dekat. Kita coba saja lewati lumpur ini. Sepertinya lumpur itu tidak terlalu dalam. Masih bisa dilewati kayaknya."
"Jangan, Bun. Iya kalau bisa lewat, kalau kita nyangkut di situ, gimana? Sampai pagi kita akan terjebak di sini."
Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara dari jok belakang.
"Ayah, Bunda, jangan lewat sana!"
Suara anak kedua kami terdengar lantang.
Sontak kami menoleh ke belakang. Kami semakin terkejut, karena ketiga anak kami terlihat masih tertidur pulas.
Benarkah itu tadi suara si tengah? Jika iya, apakah dia berteriak dalam keadaan masih tertidur? Atau, itu bukan suara dia? Lantas, suara siapa? Kami merinding.
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H