Â
Namun, alangkah terkejutnya aku, ketika azan berkumandang, bocah itu berhenti bekerja. Sepatu yang sudah disemir maupun yang belum, dia susun rapi. Peralatan semir dia masukkan ke kaleng Khong Guan, lalu dia tinggalkan begitu saja. Kemudian dia terlihat bergegas ke tempat wudhu. Tak lama kemudian, dia sudah berada di dalam masjid. Memakai sarung dan baju koko warna coklat yang sudah agak pudar.
Â
Dia duduk pada shaf yang tak jauh dari posisiku. Pertanyaanku pun terjawab sudah.
Â
Jelas dia tidak bisa menyelesaikan menyemir semua sepatu. Karena, ternyata dia ikut shalat Jumat bahkan sejak khutbah dimulai. Tentu ketika shalat Jumat selesai dia tak punya cukup waktu lagi untuk menyemir semua sepatu yang tersisa.
Â
Sementara, anak-anak penyemir lain, kuperhatikan semua masih menyemir. Mereka sepertinya tidak ikut shalat jumat. Atau setidaknya masih bekerja selama khutbah berlangsung.
Â
Bocah ini beda. Dia rupanya mementingkan ikut shalat jumat. Termasuk mendengar khutbah dengan seksama. Karena mendengar khutbah dengan khidmat memang salah satu rukun shalat Jumat. Tidak sah shalat Jumat jika selama khutbah melakukan aktivitas lain. Bahkan, berbicara sepatah kata saja selama khutbah berlangsung sudah merusak kesempurnaan shalat Jumat.
Â