Â
Uang mendarat di dekat beberapa pasang sepatu yang tersusun rapi di hadapan sang bocah. Dia pungut uang itu lalu memasukkannya ke saku bajunya yang lusuh.
Â
Setelah bapak itu pergi, pemilik sepatu lainnya yang sudah antri, ikut-ikutan mengambil sepatu mereka masing-masing. Batal disemir karena juga tak mau menunggu lebih lama. Sang bocah cuma termangu melihat satu persatu alas kaki itu diambil pemiliknya.
Â
Sejumlah uang dari upah menyemir yang sudah di depan mata pun batal dia peroleh siang itu. Kecuali lima ribu lecek yang di lempar bapak yang ngomel-ngomel tadi.
Â
Aku yang sedang memasang sepatu tak jauh dari sana, mengamati semua kejadian barusan. Karena rutin jumatan di masjid ini, aku bisa memastikan bahwa si bocah baru pertama kali menyemir di sini. Aku hapal wajah anak-anak yang biasa menyemir di sini, dan dia belum pernah kulihat sebelumnya.
Â
Setelah suasana agak sepi, aku dekati dia.
Â