Â
Bocah itu belum menjawab ketika seorang ibu peminta-minta mendekati kami. Lalu berdiri sedikit membungkuk persis di hadapan kami sambil menengadahkan tangan.
Â
Bocah penyemir sepatu segera mengeluarkan lima ribuan yang dia peroleh tadi, sedikit merapikannya, lalu menyerahkannya ke tangan peminta-minta itu.
Â
Setelah peminta-minta itu berlalu, aku bertanya dengan heran, "Loh, kok malah kamu kasih ke orang? Bukannya cuma itu rizki Mu hari ini?"
Â
"Ini juga bukan rizki saya, Pak. Saya merasa tidak berhak menerimanya. Karena tidak bekerja apa-apa. Lagian, Bapak yang memberi uang itu tadi, sepertinya tidak ikhlas memberinya. Makanya saya sedekahkan saja." Bocah itu kembali menjawab dengan wajah polos namun tetap terlihat ceria.
Usai berkata-kata, dia pun beralu. Pergi meninggalkan aku yang masih terkesima karena takjub mendengar jawabannya barusan. Tak menyangka ada anak kecil bisa punya sikap dan pemikiran seperti itu. Â Dia terlihat begitu tegar. Padahal, aku terenyuh melihatnya dimaki-maki tadi.
Â
Menurutku, meski dia salah, tak sepantasnya dia diperlakukan begitu. Dia hanya seorang bocah kecil yang berusaha membantu orang tuanya. Dia jelas tak paham bagaimana bekerja dengan baik. Tak mengerti bagaimana melayani pelanggan agar tidak kecewa. Mustahil anak sekecil dia mengerti itu semua. Apalagi ini baru pertama kalinya dia menyemir.