"Kamu baru, ya?" tanyaku ramah.
Â
"Iya, Pak. Saya baru pertama kali ini nyoba menyemir. Bantu-bantu orang tua cari uang," jawabnya sopan dengan wajah riang namun lugu khas seorang bocah.
Â
"Kenapa kamu telat menyelesaikan semiran? Sayangkan, rezeki yang sudah di depan mata jadi melayang begitu saja."
Â
"Ah, gak pa pa, Pak. Itu bukan rezeki saya namanya. Kalau rezeki saya, ya pasti gak akan melayang," ujarnya polos sambil nyengir.
Â
Aku juga nyengir mendengar jawaban itu. Dia benar, yang namanya rezeki itu memang sesuatu yang senyatanya kita terima. Tak akan hilang lagi jika memang itu ditetapkan Allah sebagai hak kita. Sebaliknya, jika bukan rezeki kita, yang sudah dalam genggaman pun bisa saja melayang karena berbagai sebab.
Â
"Berarti, rezekimu cuma lima ribu itu, ya?" tanyaku lagi.