Masih teringat jelas, lagu yang sering kami nyanyikan "Hatimu Hatiku", dimana salah satu liriknya mengatakan "di antara hatimu hatiku, terbentang dinding yang tinggi. Tak satu jua jendela disana, agar ku memandangmu". Ternyata, dikemudian hari lagu tersebut baru saya sadari, bahwa memang diantara kami terbentang dinding yang tinggi.
Satu hal yang masih saya pertanyakan, mengapa saya dituduh tidak setia, tidak jujur, mendua hati, padahal sebaliknya. Melalui buku harian yang tertinggal, atau sengaja ditinggalkan, tersimpan di bawah tempat tidur, semua akhirnya terjawab.
Memang sulit untuk menentukan pilihan: memegang setangkai mawar. Dengan dua jari agar tidak terkena duri-durinya, atau dengan lima jari dengan resiko tangan tertusuk duri mawar.
Menjaga Jodoh Orang Jilid 2
Butuh waktu cukup lama untuk bisa move on, dari kisah kasih masa lalu. Butuh waktu sekitar dua tahun, untuk bisa memulai lagi perjalan kisah cinta. Tahun 2009, Tuhan kembali mengirimkan kepada saya seorang gadis, yang masih lucu dan lugu, dan usia kami terpaut 8 tahun. Dia seorang gadis baru lulus SMA yang mencari kerja dan mencari tempat indekos, dipertemukan dengan saya.
Singkat cerita akhirnya kami semakin akrab dan dekat, hingga akhirnya pacaran. Uniknya, alur ceritanya hampir sama dengan kisah cinta menjaga jodoh orang jilid 1. Kami pacaran selama 6 tahun, dan juga sudah sempat bertunangan.
Orang tua saya juga sudah pernah berkunjung ke rumah mantan saya yang ke dua ini, kemudian kami dan keluarga sepakat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Kembali keluarga saya berkunjung untuk mendukung rencana kami, meskipun jarak yang sangat jauh (antara Sumatra dan Jawa Timur), namun mereka tetap datang untuk memberikan restu.
Setelah bertunangan, kisah kembali terulang. Saya bisa mengatakan bahwa cinta kami ternyata bertepuk sebelah tangan. Berusaha untuk saya pertahankan, namun kata hati mengatakan bahwa hal ini adalah sulit untuk dilakukan. Godaan datang menerpa, sebagaimana kisah Adam dan Hawa. Tentunya ular lebih cerdik memilih mana sisi yang lemah untuk digoda.
Meskipun mencoba untuk bertahan, namun sia-sia. Akhirnya saya menyerah, menemui orang tua sang mantan untuk menyampaikan situasi kami, dan berpamitan. Hal yang menjadi kebanggaan saya adalah: saya tetap menjadi cowok yang setia, sabar, dan komitmen untuk menjaga kemurnian dari hubungan cinta.
Langkah selanjutnya yang saya tempuh adalah melakukan perjalanan panjang untuk pulang kampung. Menemui orang tua, menyampaikan kabar akhir cinta. Masih hangat dalam ingatan saya, bahwa hanya satu hari saja saya berada di rumah. Sore hari dengan penuh syukur dan bahagia, keluarga kami menerima lamaran untuk adik perempuan saya.
Malam hari, saya sampaikan kabar bahwa hubungan saya dan mantan, tidak bisa dipertahankan lagi. Esok hari, saya sudah kembali ke tanah perantauan untuk kembali bekerja dan memulai hidup yang baru lagi.
Hanya satu hari berada di rumah, mengapa kok repot-repot pulang kampung, kan bisa menyampaikan kabar ini melalui telepon atau SMS? Kata hati mengatakan, saya harus pulang dan menyampaikan kabar ini secara langsung, sebagai bentuk dan rasa hormat kepada orang tua saya.