Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Mudah Berkata "Cinta Tidak Harus Memiliki"

20 November 2020   23:05 Diperbarui: 21 November 2020   22:46 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhirnya, saya bisa memaknai dan menjadikannya sebagai bekal kisah kehidupan, bahwa mereka berdua adalah dua gadis yang dipercayakan Tuhan untuk saya jaga sebaik mungkin, hingga tiba saatnya.

Hayo..., jangan dulu buru-buru membuat sebuah simpulan dari pernyataan di atas. Apalagi berprasangka yang iya-iya, menjustifikasi bahwa saya mendua dan membagi cinta. Jauhkan tuduhan tersebut, karena dulu saya adalah tipe cowok berzodiak Leo yang setia dan sabar (cie...cie..., suit...suit). Ikuti dulu kisah-kasih pengalaman indah saya menjaga jodoh orang, baru nanti sila membuat kesimpulan, saran, serta komentar.

Dahulu sekali, Adik cewek saya yang paling bungsu pernah berkata "Mas, kisah cintamu ini kalau dibuat tulisan pasti bagus dan panjang kisahnya." 

Saya dengar sambil lalu waktu itu, karena biarlah itu menjadi kisah cinta dalam hati. Tidak perlu orang tahu, kebetulan juga waktu itu belum bisa menulis dan mengenal tempat yang pas untuk berbagi kisah, seperti saat ini.

Toxic relationship adalah hubungan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri atau orang lain. Hubungan ini juga akan membuat seseorang merasa lebih buruk. Juga bisa sebagai pertanda bahwa hubungan yang anda jalani bersama pasangan tidak berdampak baik bagi kebahagiaan dan kesehatan mental.

Toxic relationship adalah jenis hubungan asmara yang tidak sehat. Tidak sehat di sini berarti ada salah satu pihak yang lebih dirugikan; baik secara psikologis, emosional, bahkan hingga secara fisik dan materi.

Toxic relationship atau hubungan beracun adalah istilah untuk menggambarkan suatu hubungan tidak sehat yang dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. Hubungan ini tidak hanya bisa terjadi pada sepasang kekasih, tapi juga dalam lingkungan teman dan bahkan keluarga.

Menjaga Jodoh Orang Jilid 1

Tepat 20 tahun lalu, pada tahun 2000, saya resmi lulus SMA. Lulus juga dari masa kisah kasih di sekolah. Singkat cerita, ketika duduk di kelas XI SMA, saya sudah mulai berani berpacaran secara resmi. Waktu itu kalau tidak salah saya berada di kelas XI IPS 2, SMA Negeri favorit di Lampung Tengah. Tapi, jika ditanya teman: kamu dulu waktu SMA jurusan apa?, saya jawab IPA dong...biar keren. Padahal maksud saya IPA adalah: Ilmu Pengetahuan Akuntansi.

Ketika duduk di bangku SMA kelas XI, ada teman cewek yang memberi perhatian lebih kepada saya. Tidak butuh waktu lama, kemudian kami pacaran sampai lulus SMA. Setelah lulus, jalan kami berbeda, saya harus berangkat ke Malang untuk melanjutkan pendidikan S1. Sedangkan mantan saya berangkat ke Jakarta untuk bekerja.

Itu tadi baru intro dari cerita saya...

Sekitar dua tahun pacaran dan satu tahun menjalani LDR, hubungan kami mulai berjalan tanpa kejelasan, karena faktor jarak dan sulitnya komunikasi. Kalau tidak salah waktu itu masih trend untuk berkirim surat cinta, dan telpon umum di wartel.

Kisah cinta kemudian mulai berubah, berawal dari kakak kelas kuliah satu asrama yang minta tolong kepada saya untuk titip salam kepada seorang gadis manis (adik kelas kuliah). Kemudian salam tersebut saya sampaikan, tapi dengan sedikit modifikasi, salam tersebut berasal dari saya sendiri (maaf ya kakak kelas).

Singkat cerita, akhirnya sekitar bulan Februari tahun 2001, kemudian kami resmi berpacaran, setelah saya putus hubungan dengan pacar saya sewaktu SMA. Pada awalnya hubungan kami berjalan dengan baik, meskipun kami berbeda suku dan beda adat.

Namun benar bahwa cinta itu buta dan semua terasa indah. Tanpa terasa, enam tahun kami telah menjalani masa pacaran, bahkan sudah sempat untuk tunangan. Proses tunangan yang bisa dibilang mendadak karena permintaan dari orang tua, dan terpaksa disetujui oleh keluarga mantan.

Awalnya saya masih mengira bahwa beda suku tidak menjadi masalah, namun dugaan saya ternyata kurang tepat. Banyak hal dan peristiwa yang terjadi, namun kurang bisa saya tangkap sebagai sebuah isyarat. Pernah suatu kali terjadi peristiwa yang cukup berat untuk saya tanggung sendiri, bahkan mantan saya tersebut harus dijemput keluarganya untuk pulang sebentar ke daerah asalnya.

Saya pun juga memutuskan untuk pulang kampung sejenak, melepaskan beban pikiran. Sempat merasa takut untuk kembali ke tempat kuliah, memikirkan beban yang harus saya tanggung. Melanjutkan hubungan pacaran ada resikonya, putus juga beresiko (maju kena, mundur juga kena).

Sebagai laki-laki, saya harus berani mengambil resiko. Tujuan utama saya adalah menyelesaikan kuliah. Maka dengan penuh keyakinan, saya kembali ke kota Malang, dan tetap menjalin hubungan pacaran kembali.

Tahun 2005, saya akhirnya bisa lulus kuliah S1. Kemudian, berpindah ke kota Surabaya untuk bekerja. Mantan saya masih kuliah di semester akhir, di kampus yang sama. Kamipun menjalani LDR selama satu tahun, antara kota Malang dan Surabaya. Tahun 2006, mantan saya lulus kuliah, kemudian diterima kerja di kota yang sama, Surabaya. Tidak kalah seru kisah cerita selama menjalani LDR.

Tuduhan tidak setia, suka pada cewek lain, dicurigai, sudah menjadi biasa. Padahal saya tipe cowok yang setia....hahaha. Setelah menjalani masa tunangan selama 1 tahun, ternyata malah banyak godaan yang terjadi. Banyak peristiwa yang membuat saya, dia, kami lebih bisa berpikir dan berani mengambil sikap.

Tepat tanggal 10 November 2007, saya mengantarkan sang mantan ke bandara, untuk pulang ke kampung halamannya. Semula saya kira hanya untuk pulang sementara, namun dugaan saya salah. Sebelumnya, sang mantan juga berniat pulang kampung, namun niat itu urung, karena bimbang.

Dalam sebuah pergumulan batin, ketika mengikuti sebuah kegiatan rohani di luar kota, secara khusus saya berdoa dan memohon petunjuk dari Tuhan. Jawaban yang saya terima, bisikan petunjuk yang saya dengar dalam doa saya "sudahlah, ikhlaskan dan biarkan dia pergi".

Maka, 10 November 2007, menjadi moment yang cukup fenomenal bagi kami. Bersama dengan peringatan hari Pahlawan, kami maknai juga sebagai penguat kami. Sang mantan pulang kampung, dan saya masih bertahan sampai saat ini. Kami berdua menjadi pahlawan dalam kisah cinta yang kurang direstui oleh keluarga.

Masih teringat jelas, lagu yang sering kami nyanyikan "Hatimu Hatiku", dimana salah satu liriknya mengatakan "di antara hatimu hatiku, terbentang dinding yang tinggi. Tak satu jua jendela disana, agar ku memandangmu". Ternyata, dikemudian hari lagu tersebut baru saya sadari, bahwa memang diantara kami terbentang dinding yang tinggi.

Satu hal yang masih saya pertanyakan, mengapa saya dituduh tidak setia, tidak jujur, mendua hati, padahal sebaliknya. Melalui buku harian yang tertinggal, atau sengaja ditinggalkan, tersimpan di bawah tempat tidur, semua akhirnya terjawab.

Memang sulit untuk menentukan pilihan: memegang setangkai mawar. Dengan dua jari agar tidak terkena duri-durinya, atau dengan lima jari dengan resiko tangan tertusuk duri mawar.

Menjaga Jodoh Orang Jilid 2

Butuh waktu cukup lama untuk bisa move on, dari kisah kasih masa lalu. Butuh waktu sekitar dua tahun, untuk bisa memulai lagi perjalan kisah cinta. Tahun 2009, Tuhan kembali mengirimkan kepada saya seorang gadis, yang masih lucu dan lugu, dan usia kami terpaut 8 tahun. Dia seorang gadis baru lulus SMA yang mencari kerja dan mencari tempat indekos, dipertemukan dengan saya.

Singkat cerita akhirnya kami semakin akrab dan dekat, hingga akhirnya pacaran. Uniknya, alur ceritanya hampir sama dengan kisah cinta menjaga jodoh orang jilid 1. Kami pacaran selama 6 tahun, dan juga sudah sempat bertunangan.

Orang tua saya juga sudah pernah berkunjung ke rumah mantan saya yang ke dua ini, kemudian kami dan keluarga sepakat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Kembali keluarga saya berkunjung untuk mendukung rencana kami, meskipun jarak yang sangat jauh (antara Sumatra dan Jawa Timur), namun mereka tetap datang untuk memberikan restu.

Setelah bertunangan, kisah kembali terulang. Saya bisa mengatakan bahwa cinta kami ternyata bertepuk sebelah tangan. Berusaha untuk saya pertahankan, namun kata hati mengatakan bahwa hal ini adalah sulit untuk dilakukan. Godaan datang menerpa, sebagaimana kisah Adam dan Hawa. Tentunya ular lebih cerdik memilih mana sisi yang lemah untuk digoda.

Meskipun mencoba untuk bertahan, namun sia-sia. Akhirnya saya menyerah, menemui orang tua sang mantan untuk menyampaikan situasi kami, dan berpamitan. Hal yang menjadi kebanggaan saya adalah: saya tetap menjadi cowok yang setia, sabar, dan komitmen untuk menjaga kemurnian dari hubungan cinta.

Langkah selanjutnya yang saya tempuh adalah melakukan perjalanan panjang untuk pulang kampung. Menemui orang tua, menyampaikan kabar akhir cinta. Masih hangat dalam ingatan saya, bahwa hanya satu hari saja saya berada di rumah. Sore hari dengan penuh syukur dan bahagia, keluarga kami menerima lamaran untuk adik perempuan saya.

Malam hari, saya sampaikan kabar bahwa hubungan saya dan mantan, tidak bisa dipertahankan lagi. Esok hari, saya sudah kembali ke tanah perantauan untuk kembali bekerja dan memulai hidup yang baru lagi.

Hanya satu hari berada di rumah, mengapa kok repot-repot pulang kampung, kan bisa menyampaikan kabar ini melalui telepon atau SMS? Kata hati mengatakan, saya harus pulang dan menyampaikan kabar ini secara langsung, sebagai bentuk dan rasa hormat kepada orang tua saya.

Akhir kisah cinta 2 kali menjaga jodoh orang, kini mereka (para mantan) sudah bahagia bersama dengan pasangan hidup masing-masing. Keduanya sudah saya hantar, saya dampingi sampai selesai kuliah S1. Tugas saya sudah selesai, dan kini saya juga sudah hidup sangat bahagia bersama keluarga cemara, bersama anak dan isteri tercinta.

Pernah terpikir, sulit untuk merelakan bahwa saya yang susah payah menanam dan memelihara, namun orang lain yang memetik dan menikmati hasil panen. 

Namun, kembali kepada refleksi pribadi, bahwa mereka berdua dipercayakan oleh Tuhan untuk saya dampingi, hingga saat ini saya bisa mengatakan "saya bahagia melihat mereka bahagia". Memang butuh sebuah proses dan kekuatan hati untuk bisa mengatakan "cinta tidak harus memiliki".

Saat ini saya bersyukur, bahwa apa yang dulu hilang, kini Tuhan sudah memberikan yang lebih baik lagi bagi saya. Terima kasih Tuhan, atas semua kepercayaan, bekal hidup yang dahulu Engkau berikan, sehingga saya saat ini bisa menjalani hidup dengan lebih dewasa.

Salam kasih

By: Mr. aBc

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun