Di satu sisi, polisi wajib menjaga ketertiban berlalu lintas, dan di sisi lain mereka berhadapan dengan remaja yang mencari dan ingin menunjukkan jati diri mereka. Penulis melihat bahwa disinilah diperlukan tindakan yang bijaksana, seringkali kita merasa takut atau kawatir apabila bertemu dengan polisi di jalan.
Sama halnya dengan yang dirasakan para remaja, sehingga mereka mendambakan sosok polisi yang tidak menakutkan, tapi menjadi panutan dan sahabat mereka.
Mari kita lihat hal ini sebagai sebuah harapan yang baik, yang mengarah kepada suatu perubahan. Namun hendaknya para remaja tidak hanya bisa menuntut,remaja yang baik juga pasti akan berusaha menjaga ketertiban dimanapun dia berada.
Sekarang mari kita lihat benang merah dengan Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah. Mengacu pada Kurikulum 2013, maka sebagai guru dituntut harus Cakap, Ulet dan Kreatif. Mengapa demikian, karena bukan jamannya lagi menerapkan model belajar yang melulu "gurusentris".
Fakta mengatakan: " Orang akan melakukan apa yang dilihatnya (people do what people see) " (bdk. Dr. John C. Maxwell). Demikian juga hal ini berlaku pada diri para remaja, khususnya para siswa di sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, siswa akan bersama dengan para guru di sekolah antara jam 07.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Atau jika sekolah menerapkan sistem full day, maka siswa akan berinteraksi dengan guru sampai dengan pukul 15.00.
Di sinilah diperlukan sosok guru yang ideal bagi para siswa, jangan sampai mereka malah merasa tertekan, karena hampir setengah hari bersama guru yang kurang bahkan tidak mereka senangi. Justru harus sebaliknya, mereka harus merasa nyaman untuk belajar, sehingga mereka sungguh mampu menyerap ilmu yang diberikan oleh para pendidik.
Sebuah penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa: manusia belajar 89% dari apa yang dilihatnya, 10% dari apa yang didengarnya dan hanya 1% dari indra yang lainnya. Menarik bukan?, bagaimana dengan siswa di sekolah?
Penulis yakin mereka juga mengalami hal yang demikian. Siswa akan banyak belajar atau mendapat ilmu dari apa yang dilihatnya selama proses belajar di sekolah.
Hanya masalahnya bagaimana siswa akan mudah menangkap pelajaran yang kita ajarkan, jika apa yang mereka lihat adalah sosok guru yang membosankan, dan tidak menarik siswa untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Di mana seharusnya mereka melihat hal yang baru, melalui model pembelajaran yang variatif & menarik, namun mereka tidak mendapatkannya.
Apalagi dengan adanya model pembelajaran sistem daring/online pada masa pandemi ini. Apakah para guru sudah mampu menerapkan model KBM daring/online dengan baik?