"Tapi bunda mu kan sudah meninggal! Dia gak mungkin bisa lihat lukisan itu," kata salah satu anak, Jack seketika memasang wajah marah padanya. Menatap tajam.
"Lagian kami kasihan kalo kamu harus tinggal sama laki-laki gila kayak gini," kata anak lain sembari menunjuk jijik pada Jack.
"Ayahku tidak gila! Kalian yang gila!"
"Gambaran ayahmu yang paling terburuk di dunia! Apalagi wajah yang sama selalu di gambarnya ini lebih buruk daripada apel busuk!" Salah satu dari empat anak itu mengambil kanvas gambar dengan lukisan Jiya.
Jack beranjak, tapi kemudian Sofia lebih dulu melangkah mendekati teman-teman yang mendorongnya, memukul. Menggeleng, Jack melangkah mendekat ketika putri kesayangannya terbanting lemas.
"Dasar kalian!" Anak-anak itu kerap kali merundung Jiya yang terus menemaninya berjualan lukisan, tapi ia tak bisa banyak berbuat karena mereka adalah anak dari orang-orang penting kota ini. Namun di tengah teriknya siang ini, ketika salah satu anak berani merobek karyanya menjadi dua, Jack tak lagi menahan diri.
"Mati kalian!"
****
"Kak! Kamu gila!" Teriak adiknya yang kini tengah memeluk tubuh Sofia. Gadis itu berdiri dengan beberapa luka di wajah dan lengan. Beberapa luka seperti cambukan juga terlibat jelas, semakin menyayat hati Jack sebagai seorang ayah. Apa ia gagal?
Emosi meledak, Jack menghajar anak-anak yang berani menyakiti putrinya. Namun siapa sangka Dan —adiknya— justru menemukan Sofia dengan keadaan penuh luka.
"Aku mau tinggal sama Papa!" Tangis sofia.