Mohon tunggu...
Arfa Gandhi
Arfa Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalistik

Berkarya lewat sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kami Terpaksa Turun hingga Tersesat dan Bertemu Pendaki Misterius

21 Juli 2024   04:01 Diperbarui: 21 Juli 2024   04:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendakian Gunung Semeru 2015 (Dokpri)

Karena Rey memiliki tinggi badan 197 cm dan memiliki berat badan hampir 75 kg. Apalagi, dia sangat menolak untuk di gendong karena tak mau merepotkan temannya. Dia hanya memastikan kalau masih sanggup untuk berjalan meskipun pelan-pelan.

Baru seperempat jalan dari Pos 4 menuju Pos 3 waktu sudah memasuki adzan Maghrib. Kami pun memilih rehat sejenak. Dan disana kami tetap bertemu dengan para pendaki.

Sebatang roko kembali kami bakar sambil menyiapkan headlamp karena perjalanan sudah mulai gelap. Setengah 7 kami melanjutkan perjalanan dan saya sempat melihat masih banyak sinar headlamp pendaki yang melewati kami menuju Pos 4.

Namun, saat hendak melanjutkan perjalanan tiba-tiba hati saya terasa tidak enak dan gelisah. Benar saja baru 3 langkah perjalanan saya iseng nengok kebelakang sudah terlihat sangat sunyi sepi. Bahkan, sinar pantulan headlamp dari para pendaki yang sebelum banyak terlihat tiba-tiba hilang seketika.

Hati ini sempat berucap, "Ya Allah dimana saat ini saya berada".

Kami bertiga tetap melakukan perjalanan dengan bekal Bismillah. Hanya kesunyian yang kami dapati saat itu. Hingga beberapa langkah lagi sampai di Pos 3, kami dikejutkan dengan bertemu seorang pendaki yang sedang duduk sendirian.

Dengan jelas saya melihat dia memakai keril berwarna coklat dan jaket warna biru. Dengan pikiran positif kami pun tetap menyapanya "Sendirian aja bang" dan Ia pun menjawabnya "Lagi nungguin temen" sambil senyum kearah kami.

Saya pun merasa lega, karena masih bertemu dengan seorang pendaki yang berkata "Lagi nungguin temannya," dengan begitu otomatis temannya masih berada dibawah mungkin ketinggalan karena dia berjalan terlalu cepat. Saya pun sempat menawarkan rokok kepada sang pendaki meski ditolaknya dengan gestur ekspresi tangan. Dan saya pun izin pamit "Kita duluan ya bang".

Setelah pertemuan itu, langkah kami dari Pos 3 menuju Pos 2 pun terasa sangat berat. Bukan hanya saya yang merasakannya. Rey dan Herli juga merasakan hal yang sama kala itu.

Akan tetapi kami tetap berfikir positif dan tetap melanjutkan perjalanan. Setengah jalan menuju Pos 2 tak ada satu orang pun pendaki yang kami temui. Bahkan, saya pun sempat bingung masa iya teman pendaki tadi tertinggal sangat jauh hingga belum bertemu dengan kami apalagi Pos 2 kira-kira hanya tinggal 3 ratus meter lagi didepan.

Namun kami kembali di kagetkan stelah lagi-lagi bertemu dengan pendaki yang sama sebelum tiba di Pos 2. Saat itu jarak kami dengan sang pendaki tersebut hanya sekitar 5 meter saja. Dan Herli berkata kepada saya, "Itu dia bukannya pendaki yang tadi". Saya hanya tersenyum dan berkata "Udah jalan terus aja, jangan lupa permisi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun