Sampai di Cemoro Kandang, kami berlima pun akhirnya melakukan briefing, lanjut atau tidak karena Rey sepertinya menahan sakit yang luar biasa dari kakinya.
Setelah briefing panjang, akhirnya kita putuskan dua teman saya, yakni Thynol dan Andre White kami sarankan untuk tetapkan melanjutkan pendakian dan membawa salam kami kepada Mahameru.
Sedangkan Saya memilih membawa Rey yang ditemani Herli untuk turun ke Ranu Pane. Setelah ditutup dengan sebuah doa akhirnya kami pun berpisah di Cemoro Kandang. Dan ini menjadi awal dari kisah mistis yang saya, Rey dan Herli alami.
Kisah mistis menuju desa Ranu Pane Pos 3 ada 2 kali.
Kala itu sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore. Perjalanan dari Cemoro Kandang menuju desa Ranu Pane kira-kira memakan waktu sekitar 6 jam. Mungkin bisa lebih karena pastinya saya tidak bisa memaksa Rey yang sedang mengalami sakit pada kakinya untuk melakukan treck lebih cepat.
Yang pasti saat itu saya hanya bilang kepada kedua teman saya kalau pasti hanya kita yang melakukan treck ke bawah. Karena para pendaki lainya menuju ke atas. Apalagi saya sempat mendapat kabar dari seorang pendaki kalau di bawah sangat membludak.
Jadi pihak otoritas Gunung Semeru hanya membatasi pendakian sekitar 1000 orang setiap harinya dan simaksi ditutup sekitar pukul 5 sore. Memang saat kami berada di Cemoro Kandang, ratusan pendaki terus terlihat berdatangan tak ada hentinya hingga menjelang sore hari.
Bahkan saat saya kembali tiba di Ranu Kumbolo dari Cemoro Kandang sekitar jam 4 sore terlihat benar-benar sangat membludak tenda-tenda pendaki yang sudah terpasang dan masih banyak juga pendaki yang baru datang.
Kami tetap bertegur sapa lalu kembali melakukan perjalanan menuju Pos 4 dan masih bertemu dengan pendaki. Herli pun meminta untuk break sekaligus memberikan ruang istirahat untuk Rey yang sedang menahan sakit untuk membuka sepatunya terlebih dahulu.
Kapas betadin yang dibalut dengan hansaplas pun kembali diganti. Banyak juga pendaki yang membantu kami kala itu membagikan sedikit perbekalan P3K mereka dan juga air minum untuk bekal kami menuju Ranu Pane.
Waktu sudah menunjukkan hampir setengah 6. Karena saya pun tidak bisa memaksa teman saya untuk terus berjalan. Saya hanya menunggu saat dia siap untuk melanjutkan perjalanan. Dan jika ada yang bertanya kenapa tidak digendong? Jawabnya saya hanya tidak sanggup.