Mohon tunggu...
Ares Faujian
Ares Faujian Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Saya berprofesi sebagai guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Manggar dan juga aktif sebagai penulis serta editor buku/ artikel di Kep. Bangka Belitung. Selain pernah mendapatkan penghargaan literasi dari Bupati Belitung Timur hingga Ketua DPRD Belitung Timur tahun 2020. Beberapa prestasi dan apresiasi yang pernah saya raih di tingkat regional dan nasional, yaitu: (1) Lulus seleksi dan dipilih sebagai Fasilitator Literasi Baca-Tulis Tk. Regional Sumatra oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud RI tahun 2019; (2) Terbaik/ Juara III Nasional Guru Dedikatif dan Inovatif Kemdikbud RI tahun 2020, sehingga diapresiasi pula menjadi Agen Penguatan Karakter (APK) oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud RI tahun 2020; (3) Anugerah Pegiat Literasi “Parasamya Suratma Nugraha” oleh Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat tahun 2021; (4) Penghargaan ”10 Penulis Terbaik Kompetisi Opini Tingkat Nasional” oleh Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Pengelolaan Program Berdampak pada Murid di Sekolah

28 Mei 2023   23:17 Diperbarui: 28 Mei 2023   23:23 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

1. Pengalaman/ materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Materi modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid ini menadi pelengkap dari perjalanan penulis pada perjalanan Pendidikan Guru Penggerak

Pada esensinya, penulis mendapatkan pembelajaran bahwa pengelolaan program yang berdampak positif pada murid ini bisa dimulai dengan program-program yang sederhana dan berbasis kebutuhan murid. Jika kekuatan aset di sekolah sangat mendukung, manifestasi dari growth mindset (pola pikir bertumbuh/ berkembang) bisa menjadi penguat bahwa program sekolah bisa ditingkatkan levelnya sesuai dengan kondisi modal sekolah masing-masing.

Setelah melakukan pembelajaran, refleksi yang penulis dapatkan yaitu, pengelolaan program yang berdampak positif pada murid ini harus memperhatikan 3 aspek, yakni suara, pilihan dan kepemilikan murid. Terutama ihwal kepemilikan murid. Secara umum, aspek suara dan pilihan murid pada sebagian guru sudah diimplementasikan di kelas. 

Namun, ada hal yang menjadi pengalaman baru bagi penulis, yakni pengelolaan program harus juga memperhatikan aspek kepemilikan murid. Artinya, agar program ini bukan hanya milik guru ybs, maka dari itu, sebaiknya guru juga melakukan komunikasi dua arah (timbal balik) agar program juga menjadi kesadaran bersama dan mindfulness "kesadaran penuh" bagi siswa.

Materi modul 3.3 tentang Pengelolaan Program Berdampak Positif pada Murid ini semakin memperjelas dan memperdalam pengalaman hidup saya sebagai guru. Sehingga materi pada modul 3.3 ini ialah cara mengimplementasikan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan visi guru penggerak, dengan menuangkannya menjadi program yang berdampak positif pada murid. Materi-materi pada modul 3.3 ini yaitu:

  • Kepemimpinan murid, yaitu: a) definisi kepemimpinan murid, b) suara murid, pilihan murid, kepemilikan murid, c) kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila;
  • Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid;
  • Pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid;
  • Program atau kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

Supaya kita bisa membuat murid menjadi pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri (kemimpinan murid atau student agency), maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Hal ini dilakukan guna membangkitkan potensi kepemimpinannya agar dapat berkembang dengan baik. Dalam hal ini, peran guru adalah sebagai pendamping bagi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya, serta mengurangi kontrol guru terhadap mereka.

Menurut OECD (2019: 5), 'kepemimpinan murid' berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Konsep kepemimpinan murid ini sebenarnya berawal pada prinsip murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif memengaruhi kehidupan mereka sendiri dan lingkungan sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang kapabilitas murid yang bertindak aktif dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab.

Albert Bandura (2006) mengemukakan empat sifat inti dari human agency atau student agency ini, yang disingkat IVAR.

  • I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya;
  • V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan);
  • A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator);
  • R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya.

Dalam pemahaman dan mempelajari kepemimpinan murid, kita perlu menguasai konsep kepemimpinan murid tersebut, antara lain suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid. Melalui suara, pilihan, dan kepemilikan ini murid akan mengembangkan kapasitas dirinya menjadi pemilik bagi proses belajar dirinya sendiri (kesadaran). Dalam hal ini, tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya positif, dimana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan terhadap pengelolaan program sekolah yang berdampak positif bagi murid.

Profil Pelajar Pancasila menjadi identitas pelajar di Indonesia Emas 2045 dan menjadi deskripsi capaian kepemimpinan murid di Indonesia. Dimensi-dimensi pada profil ini dibagi menjadi 6 dimensi, yakni beriman, bertakwa dan berakhlak mulia; mandiri; berkebinekaan global; kreatif; bernalar kritis; dan bergotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun